Oleh: Firdaus, S.Pd.I.M.Pd.I*
- Pendahuluan
Kurikulum dan pembelajaran mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena model-model pembelajaran yang beragam berasal dari satu kurikulum atau beberapa kurikulum. Sedangkan kurikulum di pengaruhi oleh Asas-asasnya berupa landasan filosofis, psokologis, social dan organisatiris.
Kemudian kurikulum dapat di lihat dalam fase tradisional dan modern. Kurikulum tradisional ini masih menganut fisafat essensial dan perennial, yang menganggap nilai-nilai masa lampau dan abad pertengahan sebagai sesuatu yang ideal. Sehingga materi kurikulumnya adalah hasil-hasil permikiran masa lampau tersebut : Mata pelajaran diberikan terpisah-pisah dan pendidikan sangat mendominasi. Kurikulum hanya berupa mata pelajaran sedangkan murid hanya di lihat dari satu sisi yakni kognitif saja, dan metodenya adalah hafalan.
Kemudian timbullah kritik terhadap kurikulum tradisional tersebut dengan kelebihan dan kekurangannya, maka dimulailah fase kurikulum modern, yang melihat anak didik bukan hanya dari unsure kognitif saja, tapi juga dari sisi potensi manusia yang lain. Kemudian di sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni (IPTEKS) juga semakin berkembang perkembangan dan kemajuan ini mempengaruhi cara pandang terhadap kurikulum.
Kemudian dalam organisasi kurikulum terjadi perubahan yang awalnya Subject Center Curriculum, Correlated Curriculum dan Integrasi Curriculum. Semua perubahan yang terjadi mempengaruhi kurikulum dan selanjutnya mengubah model pembelajaran.
B. Pembahasan
1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata curir artinya pelari. Kata Curere artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan jarak yang ditempuh oleh seorang pelari. Pada saat itu kurikulum di artikan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa / murid untuk mencapai ijazah. Rumusan kurikulum tersebut mengandung makna bahwa isi kurikulum tidak lai adalah sejumnlah mata pelajarn (subjek matter) yang harus di kuasai siswa, agar siswa memperoleh ijazah. Itulah sebabnya kurikulum sering di pandang sebagai rencana pelajaran untuk siswa. (Sudjana, 2002:1-2) Selanjutnya untuk lebih memahami makna kurikulum yang berbeda-beda dan selalu berkembang dapat di paparkan sebagai berikut :
1. Menuruit J. Galen Saylor dan William M, Alexander, sebagai mana di kutip S. Nasution : "Jadi segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas di halaman sekolah atau di luar sekolah termasuk kurikulum." (Nasution, 2008: 4-5)
2. Di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahu 2003 kurikulum adalah : "Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu."(Anonim, 2003:4)
3. Menurut Oliva, Sebagaimana di kutip oleh Muhaimin bahwa kurikulum adalah : "Sebagai rencana atau program yang menyangkut semua pengalaman yang dihayati peserta didik di bawah pengarahan sekolah atau perguruan tinggi."(Muhaimin, 2007:3)
4. Menurut Ronald C. Doll yang di kutip Dede Rosyada yang menjelaskan ; "Bahwa kurikulum sudah tidak lagi bermaskna sebagai rangkaian bahan yang akan dipelajari siswa, tetapi seluruh pengalaman yang ditawarkan pada anak-anak peaserta didik di bawah arahan dan bimbingan sekolah."(Rosyada, 2007:20)
5. Menurut Susanto : "Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan program pendidikan yang memuat tujuan, isi, bahan, metode, dan teknik pengukuran keberhasilan pembelajaran."( Susanto, 2007:11 ).
Dari berbagai tafsiran tersebut, maka dapat digolongkan kedalam beberapa gologan berikut ini :
1. Kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil karya para pengembang kurikulum, biasanya dalam suatu panitia. Hasilnya dituangkan dalam bentuk buku atau pedoman kurikulum, yang misalnya berisi sejumlah mata pelajaran yang harus diajarkan.
2. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai program, yakni alat yang dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya. Ini dapat berupa mengajarkan berbagai mata pelajaran tetapi dapat juga meliputi segala kegiatan yang dianggap dapat mepengaruhi perkembangan siswa misalnya perkumpulan sekolah, pertandingan, pramuka, warung sekolah dan lain-lain.
3. Kurikulum dapat pula di pandang sebagai hal-hal yang diharapkan akan di pelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap, keterampilan tertentu. Apa yang diharapkan akan dipelajari tidak selalu sama dengan apa yang benar-benar dipelajari.
4. Kurikulum sebagai pengalaman siswa. Ketiga pandangan di atas berkenan dengan perencanaan kurikulum sedangkan pandangan ini mengenai apa yang secara actual menjadi kenyataan pada tiap siswa. Ada kemungkinan, bahwa apa yang di wujudkan pada diri anak berbeda dengan apa yang di harapkan menurut rencana.( Nasution, 2008:9 ).
Jadi pengertian kurikulum selalu berubah-rubah sesuai dengan sudut pandang dan kebutuhan. Dan kurikulum modern saat ini tidak lagi memandang dari segi materi dan rencana saja, tetapi sudah mencakup segala aktifitas yang mempengaruhi peserta didik.
- Pendekatan-pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum.
Ada lima pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu : Pendketan Subjek Akademis ; pendekatan humanistis ; pendekatan teknologis ; dan pendekatan rekonstruksi sosial ; ( Muhaimin, 2007:139 ) dan ditambah satu lagi pendekatan proses pengembangan kognitif (akal).( Hasibuan, 2008: 9 ).
a. Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau program : "pendidikan di dasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu yang berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subjek akademis di lakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran / mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk (persapan) pengembangan disiplin ilmu."( Muhaimin, 2007:14 ).
Sebagai contoh di dalam pendidikan agama Islam (PAI) terdapat pemisahan mata pelajaran berupa : al-qur'an hadis, aqidah akhlak, fiqih, dan sejarah kebudayaan Islam. Dan pada pelajaran lainnya dapat berupa pelajaran sejarah, ekonomi, geigrafi, fisika, kimia, biologi dan lain-lain, yang semuanya di ajarkan secara terpisah-pisah dan terkadang atau bahkan tidak sama sekali di hubungkan dengan mata pelajaran lain yang serumpun.
b. Pendekatan Humanitis
Pendekatan Humanistis adalah "bertolak dari ide" memanusiakan manusia". Penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan." ( Muhaimin, 2007: 142 ).
Pendekatan humanistik "lebih menitik beratkan individu guru sebagai manusia dari pada sebagai pemberi ilmu. Cara-cara bagaimana individu memandang dirinya, orang lain, dan  pelajran yang diberikan adalah menjadi dasar di bangunnya teori pengajaran tersebut." ( Amin, dkk, 1979: 9 ). Pendekatan humanistic ini juga menekankan pada kepentingan peserta didik. ( Hasibuan, 2008: 2 ).
Pendekatan ini muncul adalah sebagai akibat dari pendidikan tradisional yang subjek akademis dan menjadikan peserta didik seperti yang di kritik oleh Paulo Freire sebagai "modal pembelajaran pasif mendiktekan, murid mencatat, guru bertanya, murid menjawab, dan seterusnya. Paulo Freire menyebutnya dengan pendidikan gaya bank, yakni pendidikanmodel deposito, guru sebagai deposan yang mendepositokan pengetahuan serta berbagai pengalamannya pada siswa, siswa hanya menerima, mencatat dan menfilekan semua yang disampaikan guru. Pendidikan model bank tersebut menurut Freire merupakan salah satu bentuk penindasan terhadap siswa-siswa karena menghambat kreativitas dan pengembangan potensi mereka." ( Rosyasa, 2007: 91 ).
Jadi dalam pendekatan humanistic ini terjadi pola hubungan guru-murid dari monologis menjadi proses dialogis.
c. Pendekatan Teknologis
"Pendekatan Teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisakompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan, criteria evaluasi sukses, dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisa tugas (job analysis) tersebut. Kurikulum berbaris kompetensi yang saat ini sedang digalakkan di sekolah / madrasah termasuk dalam kategori pendekatan teknologis." ( Muhaimin, 2007: 163-164 ).
- Pendekatan Rekontruksi Sosial.
Pedekatan ini berdasarkan fisafat rekonstruksionalisme, yang menekan : " Bahwa kurikulum mampu mengatarkan siswa-siswanya untuk bisa hidup sesuai dengan perkembangan nilai, dan kultur yang berkembang di tengah-tengah masyarakatnya. Pendidikan adalah sebuah aktivitas dari sebuah pembebasan, yakni pembebasan dari ketertinggalan, ketakutan, alinasi serta berbagai social desease lainnya. Bahkan lebih jauh, bahwa pendidikan harus mampu memengaruhi proses perubahan social, dengan pengembangan nilai serta kultur yang di kehendaki untuk dikembangkan dalam bentuk berbagai perilaku sosial oleh para siswanya." ( Rosyada, 2007:40 ).
Sebagai contoh, bila narkotika dan obat-obatan terlarang (Narkoba) telah menjamur di masyarakat, maka di perlukan pendekatan Rekonstruksi sosial ini untuk membangun masyarakat tanpa narkoba, dan lain-lain.
e. Pendekatan Proses Pengembangan Kognitif.
Pendekatan ini cenderung konservatif dan menekankan bahwa pendidikan adalah proses pembinaan skill dan kemampuan kognitif, seperti John Dewey yang menekankan bahwa siswa-siswa harus di latih untuk berfikir reflektif, yakni mencoba melatih mereka untuk mengaplikasikan teori pada kasus dan situasi yang baru. Konsep likasikan teori pada kasus dan situasi yang baru. Konsep tersebut juga di angkat oleh Bloom dengan teksonominya yang masih popular sampai sekarang ( Rosyada, 2007: 39 ). Taksonomi Bloom dalam bidang kognitif adalah : (1). Tipe hasil belajar Pengetahuan Hafalan. (2)Tipe hasil belajar Human (Comprehention) (3). Tipe hasil belajar Penerapan (aplikasi). (4). Tipe hasil belajar Analisis. (5) Tipe hasil belajar Sintesis. (6).Tipe hasil belajar Evaluasi. (Sudjana, 2002: 50-52 ).
Enam pendekatan di atas mempunyai landasan filosofisnya masing --masing. Perennial-esensialis lebih cenderung kepadapendekatan teknologis tipologi perennial-esensialis kontekstual falsifikatif juga cenderung menggunakan pendekatan subjek akademis dan dalam beberapa hal berorentasi pada pendekatan teknologis dan humanistis. Tipologi modernis lebih berorentasi pada pendekatan teknologis dan humanistis sedangkan tipologi rekonstruksi sosial lebih berorentasi pada pendekatan rekonstruksi sosial. ( Muhaimin, 2007: 139-140 ). Sedangkan pembinaan (perkembangan) proses kognitif di angkat dari aliran esensialisme. ( Rosyada, 2007: 39 ).
3. Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum dapat berupa ; (1). Subject Centered Curriculum, yang masih berpijak pada pandangan-pandangan "displin ilmu" (2). Correlated Curriculum, yang mengembalikan setiap ilmu kepada kelompok dan cabang ilmunya. Setiap ilmu tidak dapat dilihat berdiri sendiri, dan setiap ilmu tidakdiajarkan berdiri sendiri. Kemudian sebagai perkembangan dari Correlated Curriculum ini, maka timbullah yang ke-(3). Integrated Curriculum, yang mengkaji berbagai fungsi dari unit tersebut di dalam kehidupan manusia.
( Hasibuan, 2008: 208-211 ).
Perubahan organisasi kurikulum ini, tidak terlepas dari cara pandang orang terhadap ilmu dan dampak dari ilmu itu sendiri. Pemahaman satu bidang ilmu tanpa mengaitkan dengan ilmu lainnya bisa menimbulkan pemecahanmasalah-masalah kehidupan hanya sebahagian, tidak keseluruhan.
Kemudian perubahan-perubahan ini dapat pula di sebabkan dari impikasi mempelajari dan memahami filsafat ilmu, yakni setiap aktifitas keilmuan nyaris tidak dapat lepaskan dari konteks kehidupan social kemasyarakatan (Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, 2001: 53 ) termasuk bidang ilmu lainnya.
4. Model -- Model Pembelajaran
a. Pengertian.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pengertian model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan di buat atau di hasilakan. ( Hasan Alwi, dkk, 2007: 751 ).
Sedangkan Pembelajaran adalah proses, cara perbuatan menjadi orang atas mekhluk hidupn belajar. ( Hamalik, 2008: 57 ). Kemudian pembelajaran juga diartikan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Undang-undang system pendidikan Nasional tahun 2003 pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran dapat di fahami sebagai proses saling interaksi antara pendidik, peserta didik, dan sumber belajar dengan menggunakan cara dan sarana yang menjadikan peserta didik mau belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun model pembelajaran sebagaimana di definisikan Dewey yang di kutip oleh Ahmad Zayadi dan Abdul Majid adalah "a plan or pattern tahat we can use to desing and to shape instructional material, " (suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka dikelas atau pembelajaran tembahan di luar kelas dan untuk menjamkan materi pengajaran.) (Ahmad Zayadi dan Abdul Majid, 2005: 10 ).
Dari pengertian model pembelajaran di atas dapat di fahami bahwa :
1. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan dalam menyampaikan materi pengajaran.
2. Model pembelajaran merupakan suatu pola, yang berarti tidak terikat pada satu pola, dan pola-pola tersebut bisa bermacam-macam tergantung landasan pemikiran dari si pernacang (pendidik).
b. Model-model Pembelajaran dan Latar Belakang Kurikulum.
Model --model pembelajaran banyak sekali. Hal ini di latar belakangi oleh kurikulum yang beragam. Sedangkan kurikulum berbeda-beda karena terjadi perbedaan Asas yang di anut oleh masing-masing kurikulum dan berbeda dalam organisasi kurikulum pandangan Kolot dan Modern.
Secara umum pembelajaran di kelompokkan pada model pembelajaran tradisional (kolot) dan modern. Pembelajaran kolot menekankan pada guru (Teacher Oriented), sedangkan pembelajaran Modern menekan pada siswa (Student Oriented).
1). Model Gaya Bank
Ini adalah bahasa Paulo Freire ( Rosyada, 2007: 91 ) terhadap pendidikan pasif yakni model guru menerangkan, murid mendengarkan, guru mendiktekan, murid mencatat, guru bertanya, murid menjawab, dan seterusnya.
Model initerkadang juga di sebut gaya kumando yang menurut Moston yang juga di kutip Dede Rosyada sebagai bentuk akhir polarisasi aliran behaviourisme dan model ini biasanya di sandarkan pada subject Centered Curriculum yang menggunakan pendketan Subjek Akademis. Sedangkan pendekatan ini berdasarkan filsafat perensial dan esensialis. ( Muhaimin, 2007: 136 ). Perenialisme berpandangan bahwa tugas pendidikan adalah melestarikan warisan nilai dan budaya manusia termasuk di dalamhnya agama. ( Muhaimin, 2007: 72 ). Dan aliran idealisme juga termasuk dasar subjek akademis.
b). Model Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Model CBSA berawal dari istilah student active learning (SAL) yang di gunakan oleh P3G sekitar tahun 1976, yang mengembangkan keterampilan proses Model ini yang menekankan pentingnya aktivitas siswa dalam belajar yang berdasarkan teori belajar behavioristik dan kognitif. ( Nana Sudjana dan Wari Suwairiyah, 91: 1-2 ). Dan secara filosofis bisa di kategorikan aliran pragmatisme dan rekonstruksionisme.
c). Model Pembelajaran Iquiry
Model ini juga berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. ( Mulyasa, 2003: 234 ).
Model inquiry ini dapat di fahami dari langkah-langkahnya sebagai berikut :
1).Menyadarkan peserta didik bahwa mereka memilki keingin tahuan terhadap sesuatu.
2). Memperdugakan jawaban (hipotesis)
3). Mentes jawaban tentative berdasarkan data dan teori
4). Menarik kesimpulan
5). Menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data baru. ( Mulyasa, 2004: 235 ).
Bedasarkan langkah-langkah di atas makadapat di ketahui filsafat yang mendasari model ini dalah progressifisme dan pragmatisme.
b. Model Pembelajaran Grammar
Dalam pembelajaran bahasa model ini mengajarkan tata bahasa dan penerapan kaidah-kaidah tata bahasa dalam metode ini guru tidak mengajar bahasa, tetapi banyak mengisi jam mengajarnya untuk mengajar tentang bahasa metode ini di golongkan suatu mental disiplin.[1] Model ini tergolong konservatif yang berdasarkan filsafat esensialisme dan denganpendekatan perkembangan proses kognitif.
c. Model Pembelajaran Kotekstual
Model pembelajaran kontektual menurut Zaharik yang dikutip AShmad Zayadi dan Abdul Majid di bangun atas dasar asumsi bahwa Knowledge is Constructed by human.[2] Dan kurikulum berbasis kopetensi bahanajarnya di kembangkan melalui pendekatan Contextual Teaching and learnig ( CTL). Adapun pendekatan dari KBK yangmenekankan kompetensi lebih dekat dengan p[endekatan teknologis karena menurut Muhaimin "pendekatan teknologis dalammenyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisis kopetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.[3]
Model-model pembelajaran banyak sekali, dan semuanya tergamntung dari kurikulum yang mendasarinya, sedangkan kurikulum tergantung dari pendekatan dan Asas-asasnya yang berupa : Filosofis, Psikologis, Sosiologis dan Organisatoris.
C. Kesimpulan.
1. Kurikulum memilki banyak pengertian, dan dapat di golongkandalam beberapa golongan yaitu di lihat sebagai : Produk, Program, hal-hal yang harus di pelajari siswa, dan sebagai pengalaman sisiwa.
2. Pendekatan-pendekatan dalam kurikulum berupa : Subjek Akademis, humanistis, teknologis, Rekonstruksi social dan proses pengembangan kognitif.
3. Organisasi kurikulum dapat beruapa : Subject Centered Curriculum, Correlated Curriculum dan Integrated Curriculum.
4. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka di kelas atau pembelajaran tambahan di luar kelas dan untuk menajamkan materi pengajaran.'
5. Kurikulum sangat memepengaruhi suatu model pembelajaran karena memang setiap model pembelajaran kurikulumnya masing-masing.
6. Model-model pembelajaran sangat banyak dan tergantung latar belakang kurikulumnya, dan secara ada yang teacher oriented dan student oriented atau keseimbangan dari keduanya.
* Guru MTs Negeri  1 Tebo
dan Dosen IAI Tebo
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2003). Undang-undang Sisdiknas th. 2003, Sinar Garafika, Jakarta.
Hasan Alwui dkk, (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pusataka, Jakarta.
Ahmad Zayadi dan Abdul Majid, (2005) Pembelajaran PAI Berdasarkan Pendekatan Kontekstual, Rajawali Pers, Jakarta.
Nana Sudjana, (2002). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung.
S. Nasution, (2008). Asas-asas Kurikulum, Bumi Aksara, Jakarta.
Dede Rosyada, (2007). Paradigma Pendidikan Demokratis, Kencana, Jakarta.
Muhaimin, (2007). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Rajawali Pers, Jakarta.
Susanto, (2007). Pengembangan KTSP Dengan Perspektif Manajemen Visi, Mata Pena.
Lias Hasibuan, (2008). Penyusunan Kurikulum PTAIS Berbasis Daya Saing, PPS IAIN STS, Jambi (makalah seminar internasional).
Moh. Amin dkk, (1979). Humanistik Education, LPPD-IKIP, Bandung.
Lias Hasibuan, (2008). Melejitkan Mutu Pendidikan, SAPA Project, Jambi.
Rizal Muntasyir dan Misnal Munir, (2001). Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Oemar Hamalik (2008). Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.
Nana Sudjana dan Wari Suwairiyah, (1991). Model-model Mengajar CBSA, Sinar Baru, Bandung.
E.Mulyasa, (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi, PT Rosda Karya, Bandung.
Muljanto Sumardi, (1975). Pengajaran Bahasa Asing, Bulan Bintang, Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H