Mohon tunggu...
FIRDAUS AGUNG
FIRDAUS AGUNG Mohon Tunggu... -

Firdaus Agung lahir di Pasuruan, 29 April 1985. Menempuh sekolah dasar hingga perguruan tinggi di Kota Malang, Jawa Timur. Saat ini bekerja sebagai Marketing Staff di Erlangga Publishing, Jakarta. Rutin menulis di weblog pribadi www.widjojodipo.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Infotainmen

14 Desember 2010   15:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:44 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Seperti telur dan tahi ayam, kira-kira demikian perumpamaan produk jurnalisme profesional dengan tayangan infotainmen. Maka tak heran jika Effendi Choirie dalam sebuah acara talkshow mengatakan bahwa tayangan rasan-rasan tersebut haram dianggap sebagai salah satu bagian dari jurnalisme.

Sejak keluarnya fatwa MUI tentang infotainmen berikut blow up besar-besaran terhadapnya kesadaran publik seakan digiring untuk turut mencermati program informasi selebritis yang terlanjur akrab dengan mereka itu. Lepas dari segala daya pikatnya yang selalu mengundang penasaran dan rasa ingin tahu, dan kecenderungannya yang mengumbar sensualitas kehidupan para artis dan figur terkenal, masyarakat akhirnya siuman: tayangan tersebut tak jarang menelisik kehidupan privat seseorang terlalu dalam.

Sekarang, mari melompat beberapa bulan pasca keluarnya fatwa tersebut. Mungkin karena khawatir mengundang reaksi lanjutan, para awak program tersebut terlihat lebih berhati-hati dalam memilih konten berita. Celakanya, informasi yang biasanya disiarkan oleh program berita yang lain, seperti Seputar Indonesia (RCTI), Liputan 6 (SCTV), Topik Malam (TV One), dan Metro Pagi (Metro TV), mulai dari air sungai yang meluap, gunung meletus, bom bunuh diri, kebakaran hutan, lakalantas, hingga penertiban pasar liar kini juga disiarkan oleh infotainmen (!).

Meski berita-berita tersebut sedikit banyak dikaitkan dengan kehidupan para bintang sinetron, musisi top, hingga pelawak terkenal, namun pergeseran konten berita tersebut terkesan begitu dipaksakan. Pertanyaan kita: apa karena reaksi sebagian kalangan yang memandang negatif substansi berita infotainmen lantas para pembuatnya kehilangan akal untuk survive?

Mungkin itu krisis yang diidap oleh para pekerja infotainmen. Daya kreatif dan profesionalisme mereka teramat kering untuk menampilkan berita yang faktual, obyektif, dan berimbang tantang sosok seorang selebritis. Sebab, mereka terbiasa bekerja dengan gosip.

Ah, jangan ikut ngegosip deh! Ehehehehe…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun