Ideologi tersebut dijunjung agar sebagai warga sekolah, kita dapat hidup dengan baik, teratur, tahu hokum, membangun komunikasi dan jiwa sosial yang baik antar sesame warga sekolah baik antara guru dengan siswa, guru dengan guru, siswa dengan guru, bahkan guru dengan staff tata usaha.
Namun, rupanya ada satu fenomena yang ditemukan di sana. Di mana, secara terang-terangan antar guru dan staff tata usaha berusaha saling sikut dan menjatuhkan satu dengan yang lainnya. Tentunya hal tersebut sangatlah bertolak belakang dengan apa yang seharusnya terjadi, dan dengan apa yang terkandung di dalam nilai-nilai Pancasila.
Memang bukan hal yang biasa, mengingat banyak sekolah-sekolah di Purwakarta yang antara guru dan staff tata usahanya memiliki hubungan yang tidak harmonis dari segi komunikasi. Seperti hal tersebut sudah menjadi sebuah penyakit di dalam dunia pendidikan. Sehingga, hal tersebut berdampak pada laju serta perkembangan proses menuju keberhasilan sebuah institusi pendidikan. Hal tersebut sangatlah dianggap tidak lazim dan tidak benar mengingat sebagai sesame warga sekolah, baik Kepala Sekolah, Guru maupun Staff Tata Usaha dituntut untuk dapat memberikan contoh yang baik kepada peserta didiknya.
Setelah diteliti dengan betul-betul, hal demikian terjadi karena adanya kecemburuan sosial antara tugas Guru dan Staff Tata Usaha. Dimana fungsional guru rata-rata sangat bergantung terhadap struktural tata usaha. Namun, hal tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alasan yang logis karena setiap  posisi di tempat kerja memiliki poksi yang berbeda-beda, begitupun tugas dan tanggung jawabnya.
Tetapi, hal tersebut diperkuat apabila di antara keduanya tidak dibangun rasa saling menghargai satu dengan yang lainnya, sehingga timbulah rasa saling memusuhi, tidak ingin bekerja secara team, serta berdampak pada saling sikut dan menjatuhkan. Padahal, di lingkungan pendidikan baik Guru, Staff Tata Usaha dan siswanya merupakan satu kesatuan yang sama-sama saling membutuhkan.
KESIMPULAN
Tujuan dari pendidikan adalah memanusiakan manusia, mengubah apa yang tadinya kita tidak tahu menjadi tahu, yang tidak dipahami menjadi paham. Hal tersebut sangat berarti untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya bagaimana caranya agar sebagai manusia kita hidup sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku, terarah untuk menjadi pribadi yang memiliki tingkah laku yang baik, jiwa sosial yang baik, menumbuhkan rasa bersatu, saling menyayangi dan mau bergotong royong dengan sesame manusia baik di lingkungan pribadi maupun tempat dimana kita bekerja.
Sebagai warga NKRI, dimanapun kita tumbuh dan berkembang jati diri kita dituntut untuk berpedoman pada nilai-nilai Pancasila dari sila ke 1 s.d 5 harus dapat kita aplikasikan di dalam lingkungan kita, di dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila hal tersebut sudah melekat di dalam diri kita, rasa saling menjatuhkan, saling membenci sesame rekan di lingkungan tempat kerja tidak akan pernah tumbuh karena kita benar-benar sudah menanamkan hidup bermasyarakat yang baik yakni dengan cara bersatu dan bergotong royong dalam mencapai tujuan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H