[caption id="attachment_314202" align="aligncenter" width="640" caption="Bandar Udara Mali, Alor, NTT. "][/caption]
Sejak awal saya sadar, namanya wartawan harus siap ditugaskan kemana saja. Mau ke tempat wisata, daerah konflik, hingga medan perang sekalipun, pokoknya mesti siap. Termasuk undangan meliput festival serat dan warna alam SWARNAFest 2013 di Alor, Nusa Tenggara Timur, November 2013.
Undangan lewat email itu saya forward ke atasan dan mengijinkan salah satu dari tim kami yang berangkat. Saya berinisiatif mengajukan diri walaupun perjalanan menuju ke sana lumayan panjang dan hanya sebentar, dua hari satu malam saja.
Saya menyerahkan copy identitas ke panitia untuk dipesankan tiket pesawat. Nah, dari sini saja cukup bikin saya was-was. Bakal naik pesawat dari maskapai mana ya? Karena jujur saja, saya ini norak. Lumayan takut naik pesawat. Apalagi dari maskapai yang banyak dapat berita jelek.
Dua hari sebelum berangkat, saya dikirimkan dua tiket online sekaligus. Pertama tujuan Jakarta - Kupang, dan Kupang - Alor via pesawat perintis. Saya sudah menduga bakalan naik singa merah karena ketika browsing, cuma maskapai ini yang melayani rute terbanyak ke sana. Hati saya langsung ciut. Kalau saya bisa memilih, tentu merek lain yang saya pakai.
Selanjutnya, tiket kedua Kupang - Alor menggunakan pesawat perintis Trans Nusa. Ini merupakan pengalaman pertama naik pesawat kecil yang membuat kecemasan bertambah dua kali lipat. Lagi-lagi saya browsing mengenai track record maskapai, juga jenis pesawat yang digunakan. Saya jadi mengira-ngira akan naik pesawat jenis yang mana? Fokker, Twin Otter, ATR, atau apa?.
Lalu, muncul-lah penyakit menjelang naik pesawat. Cemas berlebihan sehingga saya benar-benar tidak konsen bikin berita. Ada perasaan ragu, berangkat enggak berangkat enggak. Batalin aja apa? Segudang pikiran negatif numplek di otak.
Tapi, kemudian, jiwa kewartawanan saya melawan. "Enggak, gue harus tetap berangkat!Profesional-lah. Tanggung jawab dong, kan gue yang mau ke Alor!". Pertarungan batin (ciee..) kaya gitu saya rasakan sampai saya tiba di Bandara Internasional Soekarno - Hatta, Rabu dini hari pukul 00.30 WIB.
[caption id="attachment_314203" align="aligncenter" width="640" caption="Bandar Udara Eltari, Kupang, NTT. "]
Cemas makin menjadi ketika tahu bahwa dari panitia tidak ada yang jadi koordinator karena sudah sampai duluan. Walaupun saya berangkat bersama teman dari Kompas dan beberapa media lain, tetap saja saya belum kenalan dan enggak tahu mukanya. Dalam hati ngeluh lagi, "Duh, bakalan sendiri deh gue".
Jadwal keberangkatan pukul 02.30 WIB. Berangkat dari rumah jam 12 malem. Ini pengalaman perdana dimana pagi-pagi buta jalan ke bandara. Otomatis jalanan sepi banget. Dari counter check in sampai ruang tunggu juga sama, kayak bukan bandara. Sudah ngantuk, cemas lagi.