Mohon tunggu...
FIRDA HARYANI
FIRDA HARYANI Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Seorang penikmat seni dan sastra dengan latar belakang sebagai pendidik.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Manfaat Tidur Berkualitas untuk Kesehatan Fisik dan Mental

6 Januari 2025   09:52 Diperbarui: 6 Januari 2025   09:52 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tidur adalah kebutuhan dasar manusia yang sering kali diabaikan dalam kesibukan sehari-hari, padahal tidur yang cukup sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan mental. Kurang tidur bisa menyebabkan berbagai masalah, mulai dari kelelahan, menurunnya konsentrasi, hingga risiko penyakit kronis. Secara umum, manusia dewasa membutuhkan 7-9 jam tidur per malam, sedangkan remaja membutuhkan 8-10 jam untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka. Sayangnya, pola tidur ini sulit tercapai di era modern.

Banyak remaja sering begadang karena tugas sekolah atau kebiasaan bermain gawai hingga larut malam, sementara orang dewasa kerap mengorbankan waktu tidur demi pekerjaan atau hiburan semata. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 20-30% penduduk dunia mengalami gangguan tidur. Di Indonesia, hasil Survei Kesehatan Nasional (SKN) 2018 menunjukkan bahwa 23,4% penduduk mengalami gangguan tidur. Kurang tidur ini juga berdampak besar pada produktivitas, seperti yang ditemukan oleh penelitian Universitas Indonesia bahwa kurang tidur dapat menurunkan produktivitas kerja sebanyak 19,5%.

Melihat fakta-fakta ini, jadi kenapa kita tidak mulai memahami lebih jauh manfaat tidur berkualitas bagi kesehatan fisik maupun mental kita? Yuk, kita simak pembahasannya lebih lanjut!

Tidur berkualitas adalah tidur yang mampu memberikan efek pemulihan secara optimal bagi tubuh dan pikiran. Tidur semacam ini tidak hanya bergantung pada durasi, tetapi juga pada kedalaman dan kestabilan proses tidur itu sendiri. Umumnya, orang dewasa membutuhkan sekitar 7-9 jam tidur setiap malam, namun kebutuhan ini bisa bervariasi tergantung usia, aktivitas, dan kondisi kesehatan.

Tidur berkualitas ditandai oleh beberapa hal.

  • Tidur berlangsung tanpa banyak gangguan. Ini berarti seseorang dapat melewati setiap tahapan tidur---mulai dari tidur ringan, tidur dalam, hingga tidur REM (rapid eye movement)---dengan lancar. Tahap tidur dalam sangat penting untuk pemulihan fisik, sementara tahap REM diperlukan untuk pemulihan mental dan emosional.
  • Tidur berkualitas ditentukan oleh waktu tidur yang konsisten. Tidur dan bangun pada jam yang sama setiap hari membantu menjaga ritme sirkadian tubuh atau jam biologis. Pola ini mendukung produksi hormon melatonin yang mengatur tidur secara alami. Jika pola ini terganggu, seperti sering bergadang atau memiliki jadwal tidur yang tidak menentu, kualitas tidur bisa menurun meskipun durasinya cukup.
  • Faktor lingkungan juga memengaruhi tidur berkualitas. Ruangan yang nyaman, gelap, tenang, dan memiliki suhu ideal membantu tubuh rileks dan tidur lebih nyenyak. Sebaliknya, gangguan seperti cahaya terang, kebisingan, atau tempat tidur yang tidak nyaman bisa merusak kualitas tidur. Hindari penggunaan perangkat elektronik sebelum tidur karena cahaya biru dari layar dapat menekan produksi melatonin dan membuat sulit tidur.
  • Tidur berkualitas juga tercermin dari kondisi saat bangun. Jika seseorang merasa segar, berenergi, dan tidak lelah setelah tidur, itu menandakan tidur yang baik. Sebaliknya, bangun dengan perasaan lesu atau kelelahan meskipun tidur cukup lama mungkin menandakan adanya gangguan, seperti sleep apnea, insomnia, atau stres.

Tidur yang berkualitas memiliki peran yang sangat penting bagi kesehatan mental. Selama tidur, terutama pada tahap REM (rapid eye movement), otak memproses informasi dan pengalaman yang telah terjadi sepanjang hari. Proses ini membantu otak menyortir kenangan, memperkuat memori, dan mengelola emosi yang kompleks. Jika tidur terganggu, kemampuan otak untuk melakukan tugas-tugas ini menjadi terbatas, yang dapat menyebabkan perasaan cemas, suasana hati yang buruk, atau bahkan depresi.

Selain itu, tidur berkualitas membantu menstabilkan emosi. Ketika seseorang tidur cukup dan nyenyak, otak lebih mampu mengatur respons emosional terhadap stres atau situasi sulit. Hal ini berarti orang cenderung lebih sabar, tenang, dan mampu berpikir jernih saat menghadapi tekanan. Sebaliknya, kurang tidur sering kali membuat emosi lebih tidak terkendali, mudah tersinggung, atau sulit mengatasi konflik.

Tidur yang baik juga penting untuk meningkatkan konsentrasi dan fokus. Ketika seseorang mendapatkan tidur yang cukup, koneksi saraf di otak bekerja lebih optimal, sehingga memudahkan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan berpikir kreatif. Dengan otak yang segar, seseorang juga lebih mampu menyerap informasi baru dan menggunakannya dengan efektif.

Lebih jauh lagi, tidur berkualitas mampu mengurangi risiko gangguan psikologis seperti kecemasan dan depresi. Ketika tubuh dan pikiran tidak mendapatkan waktu pemulihan yang cukup melalui tidur, hormon stres seperti kortisol cenderung meningkat. Hal ini dapat memicu perasaan gelisah dan pikiran negatif yang sulit diatasi. Namun, dengan tidur yang baik, hormon ini dapat dikendalikan, menciptakan rasa tenang dan keseimbangan mental.

Ada banyak faktor yang dapat menghambat seseorang mendapatkan tidur yang berkualitas. Salah satunya adalah stres atau kecemasan yang berlebihan. Ketika pikiran dipenuhi oleh kekhawatiran atau tekanan, tubuh cenderung tetap berada dalam kondisi waspada, membuatnya sulit untuk rileks dan tertidur. Pikiran yang terus berputar sering kali mengganggu proses alami tubuh menuju tidur nyenyak.

Selain itu, pola hidup yang tidak sehat juga menjadi penghambat utama. Misalnya, kebiasaan mengonsumsi kafein atau alkohol menjelang waktu tidur dapat mengganggu siklus tidur. Meskipun alkohol mungkin membuat seseorang merasa mengantuk, efeknya justru mengurangi kualitas tidur dengan memperpendek tahap tidur dalam yang penting bagi pemulihan tubuh. Begitu juga dengan kebiasaan makan berat atau makanan berlemak tinggi sebelum tidur, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan pencernaan dan membuat tidur terganggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun