Mohon tunggu...
Firda DeaJenitista
Firda DeaJenitista Mohon Tunggu... Mahasiswa - Firda

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masalah di Era Saat Ini Dengan Iklan Digital dan Budaya Konsumsi Instan

29 November 2024   09:22 Diperbarui: 29 November 2024   09:22 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Iklan telah berubah di era digital dari sekadar iklan tradisional menjadi pengalaman yang disesuaikan khusus untuk setiap pengguna. Bisnis sekarang dapat menargetkan pelanggan dengan akurat berdasarkan perilaku dan minat online mereka berkat iklan digital yang didukung oleh teknologi seperti big data dan algoritma. Meskipun inovasi ini mempercepat proses pemasaran dan konsumsi, perhatian yang lebih hati-hati harus diberikan pada bagaimana hal ini mempengaruhi perilaku masyarakat dan budaya konsumsi instan. 

Kenaikan pembelian impulsif adalah salah satu tren yang paling mencolok. Pelanggan dapat membeli produk atau layanan dengan satu klik tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Platform jejaring sosial dan e-commerce sering kali menggabungkan pengalaman pengguna dengan iklan untuk membuat hal-hal tampak menarik dan mudah diakses. Penjualan kilat, diskon mendadak, dan iklan "hanya hari ini" adalah beberapa contoh taktik yang memanfaatkan FOMO untuk membuat orang melakukan pembelian terburu-buru. 

Karena mereka membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan, banyak orang berakhir dalam tekanan keuangan. Selain itu, karena meningkatnya keinginan akan barang-barang konsumen sering kali menyebabkan pemborosan dan penggunaan berlebihan sumber daya alam, budaya konsumsi instan ini juga merusak prinsip-prinsip kesadaran lingkungan. 

Perlindungan konsumen, terutama bagi generasi muda yang paling rentan terhadap pengaruhnya, adalah alasan mengapa mendesak untuk menangani efek iklan digital. Generasi ini dibesarkan dalam lingkungan digital di mana iklan sering kali disisipkan ke dalam materi yang mereka tonton, seperti media sosial, video, dan ulasan influencer, daripada muncul sebagai iklan. 

Pelanggan yang kurang memiliki literasi digital yang memadai lebih rentan terhadap manipulasi karena mereka tidak dapat membedakan antara iklan berbayar dan konten organik. Selain itu, tekanan sosial untuk memenuhi ideal hidup tertentu yang disebabkan oleh paparan iklan yang terus-menerus dapat menyebabkan stres atau bahkan masalah kesehatan mental. 

Solusi untuk menuju ekosistem iklan yang lebih bertanggung jawab 

1. Peningkatan literasi digital konsumen 

2. Regulasi yang ketat terhadap iklan digital 

3. Mendorong perusahaan untuk bertanggung jawab 

4. Meningkatkan kesadaran lingkungan dalam konsumsi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun