Allah Masih Sayang Kamu
Malam semakin  larut  hembusan angin malam menusuk tulang hingga membuat tubuhku  kaku seakan membeku. Kuhangatkan tubuh ini dengan segalas kopi hangat lalu diiringi dengan lantunan lagu melo ala 70-an yang aku dengarkan dari headset telepon genggamku. Kulihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 01.00 pagi. Semakin dalam aku mendengarkan semakin terbawa aku ke suasana kehidupan tahun 70-an. Tanpa aku sadari aku sedang menyusuri koridor sekolah, kulihat teman-temanku sedang bersenda gurau asyik dengan tema perbincangan game onlinenya. Ada juga Adit yang tengah sibuk dengan buku prediksi UN nya,  pantas saja gelar kutu buku di sematkan kepadanya. Akhirnya aku sampai di depan kelasku, tampak dari wajah teman-temanku terlihat seperti sedang ada masalah. Ooh..! aku baru ingat sepertinya tugas Karya Ilmiah dari Pa Rudi belum banyak selesai dikerjakan. Oleh karenanya mereka semua melamun. "Hai Rick, tugas karya Ilmiah kita sudah selesai?" Tanyaku pada Ricky yang duduk di sebelah mejaku. Dia tidak menoleh sedikitpun. Aku tepuk-tepuk pundaknya tetap dia tidak menghiraukanku seakan akan dia tidak melihatku. "Ah..., aku tidak mau ambil pusing. Dia rupanya sedang marah padaku, ini jugakan bukan kesalahanku, aku sudah berusaha mencari bahan dari berbagai sumber bacaan, masalahnya belum ketemu saja. Masa cuma gara-gara tugas Karya Ilmiah belum selesai saja marah, uu...uh!" Aku coba tanya Adit saja barang kali dia punya banyak bahan. "Dit...., Adit...!" Aneh, aku sudah teriak dia tidak dengar sih, padahal jarak tempat duduk dia  denganku kan bersebrangan, apa yang salah ya. Ku beranjak dari tempat dudukku dan berdiri di hadapan teman-temanku. Belum sempat  aku berbicara muncul Ibu maya Wali Kelasku masuk kelas. "Asslammualaikum Wr. Wb., baik anak-anak,  sebelum ibu mulai kegiatan sapa pagi ini Ibu mau mengabarkan berita duka. Ibu yakin kalian pun sudah tahu siapa teman kalian yang sampai saat ini masih terbaring di rumah sakit belum sadarkan diri dari koma." "Sejurus mataku langsung  memeriksa  ke sekeliling kelas, ku amati satu persatu  teman-temanku dan tidak ada yang sakit, izin, ataupu alpa, semuanya hadir tidak terkecuali aku, jadi siapa ya?  "Kita doakan mudah-mudahan teman kita Zeffy segera pulih kembali dan kita memohon kepada Allah agar Allah segera mengangkat penyakitnya. Amiin...!" Kata Bu Maya. Seakan di hantam godam hatiku hancur terkoyak setelah mendengar berita tersebut, aku lemas tak bertenaga, tangan dan kakiku bergetar, bibirku kelu seakan tidak percaya atas apa yang diucapkan oleh Ibu Maya. Siswa yang dimaksud itu adalah aku, Zeffy Triananto. Itulah kenapa semua teman-temanku tidak mendengarku, mereka tidak merasakan kehadiranku, ternyata mereka tengah berduka atas kepergianku. "Ya Robb, apa gerangan yang terjadi pada diriku, kenapa aku, dimana aku ya Robb....?"
      Aku terbangun dari tidurku dan ternyata itu hanya mimpi.  Lalu kuhadapkan wajah ke depan jendela kamarku yang terbuka untuk menghirup udara segar, kemudian aku melihat dari balik jendela tampak kerumunan warga sedang berkumpul di depan rumahku. Aku segera beranjak pergi menuju lantai dasar, satu persatu anak tangga aku turuni. Sesampainya tampak para tetangga yang kukenal, orang tuaku, saudaraku  tengah mengaji membacakan lantunan ayat suci Al Quran yang suratnya tidak asing di telingaku sangat indah terdengar, karena aku pernah mendengarkan surat ini saat mengikuti kegiatan Yasinan setiap malam Jumat. Ya Surat Yasin, mereka tengah membacakan surat Yasin. Tapi sebentar Surat Yasin itukan surat yang dibaca, dimana si pembacanya ingin pahala bacaannya ditujukan kepada ahli kubur yang sudah meninggal dunia. Itu kata Ustadz yang pernah aku dengar saat pengajian beberapa waktu lalu. Lalu siapa yang meninggal dunia. Kakek kan sudah meninggal setahun yang lalu selang tiga minggu, giliran Nenekku yang meninggal dunia.Â
Kemudian aku melihat jenazah yang sudah rapi terbungkus kain kafan tengah terbaring di ruang tamu. Tapi Aku tak pedulikan aku duduk di samping kedua orang tuaku dan turut serta membaca surat Yasin. Saat jeda aku sentuh tangan ibuku. "Bun, siapa yang meninggal, kok aku tidak di beritahu sih?" Tanyaku berbisik. Ibuku tidak merespon. Bahkan dia terus membaca ayat suci Al quran. Ya aku tahu beliau sedang khusyu terlihat dari matanya sudah sembab memerah, air mata tidak henti-hentinya mengalir deras di pipinya, begitu pula dengan saudaraku mereka terus menangisi dan  meratapi kepergian orang yang sudah meninggal ini. Aku menjadi penasaran siapakah orang yang meninggal ini. Lalu kuberanikan diri melihat dari dekat, "MasyaAllah...!" itu Aku.  Orang yang terbaring itu adalah aku.Â
Aku terperanjat bukan kepalang berteriak meminta pertolongan kepada ayah dan bundaku. Semuanya aku panggil, mereka tetap tidak menghiraukanku  Lalu tanpa sengaja mataku terkonsentrasi pada sosok laki-laki berperawakan besar berpakaian hitam tengah berdiri di sudut ruangan, aku tidak berani menatapnya, sorot matanya tajam mengarah kepadaku, aku menundukkan kepalaku dan sesekali aku menatapnya lagi. Namun matanya masih terus saja manatapku tajam. Tiba-tiba suara keras memanggil-manggil namaku yang terdengar di hampir semua sudut ruangan, "Zeffy..., Zeffy....?" Suaranya keras menggelegar seakan atap rumah mau roboh. Aku menoleh kepada orang-orang  disamping kiri dan kananku, kenapa mereka tidak terkejut mendengar suara itu. Mereka tetap tenang tidak bergerak dan masih berada di posisinya. Kenapa hanya aku yang mendengarnya. Suara itu terdengar lagi "Wahai anak adam inilah saatnya kau kembali kepada Tuhanmu, untuk mempertanggung jawbkan semua amal perbuatanmu." Sahut laki-laki besar itu. Aku terus berteriak meminta pertolongan kepada orang orang yang berada di sekitarku, lagi lagi mereka diam tak memperdulikanku.Tiba tiba tanganku terkunci tidak bisa bergerak, pandanganku pun menjadi gelap.
       Aku terbangun kembali dan kutemukan diriku tengah terbaring di suatu tempat yang tidak asing bagiku, sekolah. Aku terbangun kembali dan berjalan menyusuri koridor sekolah menuju kelasku, saat sudah di depan kelas. Tampak kulihat seorang yang ku kenal tengah menggeledah satu persatu tas teman-temanku yang sedang istirahat. Terlihat tiga buah telepon genggam, satu buah laptop dan dua buah jam tangan digital berada ditangannya. Sejenak pikiranku tertata ulang, aku baru ingat siswa yang mengambil barang-barang teman-temanku itu adalah aku. Akulah yang mengambil barang-barang mereka. Kemudian kuikuti sosok diriku yang pergi membawa barang-barang itu menuju kantin luar sekolah. Kudapati dia tengah berbicara dengan seorang laki-laki bertato naga di tangan kirinya. Dia berikan barang-barang itu semua kepadanya, sebagai imbalannya aku mendapatkan uang atas hasil barang curian itu. "Ya Allah, apa yang telah aku lakukan...?"Lirihku melihat perbuatanku. Pandangankupun  kembali gelap.
      Aku kembali terbangun dari tidurku, kini aku sudah berada di sebuah kafe yang letaknya tidak jauh dari rumah. Aku sering menghabiskan malam di kafe tersebut bersama dengan teman-temanku. Tanpa kusadari sosok diriku muncul kembali lewat dihadapanku memasuki kafe tersebut. Tampak dua orang temannya tengah menunggunya  di dalam. Kuperhatikan dari dekat sepertinya mereka sedang melakukan transaksi, salah satu dari mereka mengeluarkan isi dompet yang berisi 2 bungkus plastik kecil berisi serbuk putih. "Mana barangnya?" "Jangan buru-buru Bos.., duitnya dulu!" Dikeluarkannya uang hasil penjualan barang-barang curian teman-temanku itu.  "Ini...!" Dia ambil barang itu segera dan lari menuju toilet belakang kafe. Aku terus mengikuti langkahnya yang tiada lain adalah diriku sendiri hingga sampai di depan pintu toilet. Ku dengar rintihan kesakitan dalam toilet. Aku masuk kedalam dan kudapati diriku tengah overdosis meregang nyawa menunggu detik-detik ajal kematianku karena terlalu banyak mengkonsumsi heroin. Ku teriak kembali meminta pertolongan, namun tidak ada seorangpun yang mendengar teriakanku. "Ya Allah apa yang telah aku lakukan....?"Aku menangisi diriku sendiri menyesal atas semua perbuatanku. Air mata semakin deras mengalir dari kelopak mataku hingga menutupi pandanganku dan penglihatanku pun kembali gelap.
      Tiba-tiba tarikan kuat itu membawaku kembali melayang-layang seperti yang sebelumnya pernah aku alami. Akupun jatuh tertelungkup di suatu tempat yang asing bagiku. Aku bangun dan mengamati tempat aku berada.  Sosok laki-laki berperawakan besar berpakaian hitam itu muncul kembali, kali ini ia berdiri tepat dihadapanku. Tatapan itu sangat mengerikan, tubuhku seakan ringkih kala ia menatapku tajam. "Wahai Tuan siapakah gerangan engkau, mengapa sedari tadi kau menatapku seperti itu?" "Wahai anak Adam aku adalah pemutus segala kenikmatan, kehadiranku dinantikan oleh orang orang sholeh dan ditakuti oleh orang-orang yang bergelimang dosa." Sahut laki-laki itu yang hakekatnya adalah Malaikat Ijrail. "Dimana aku, tuan?" "Kau sekarang di negeri akhirat negeri dimana banyak orang mendustakannya. Tempat diperhitungknnya amal seluruh umat manusia. Dan tempatmu adalah disini....!" Tabir hitam itu terbuka lebar, lalu kudengar suara rintihan yang sangat memekakan telinga, teriakan dan jeritan  ratusan hingga ribuan orang di dalamnya sangat mengerikan. Kobaran api panas terus menjilat-jilati orang-orang di dalmnya. Mereka disiksa terus menerus tanpa henti oleh penjaga yang sangat bengis dan sangat kasar yang bernama "Zaabaniyah". Mereka dipanggang, dikuliti, dihantam dengan gada berduri hingga pecah berkeping-keping dan anehnya setelah hancur berkeping-keping, serpihan kepala itu menyatu kembali dan menjadi utuh kembali. Kemudian dipukul kembali hingga terus menerus. Sungguh pemandangan yang sangat mengerikan.Â
Aku sangat takut sekali  hingga aku berusaha keluar dari tempat itu. Namun tidak bisa kakiku sudah terikat oleh rantai besi besar. Penjaga itu datang mendekat. Aku terus berteriak meminta pertolongan. "Toloooong......., tolooong....!"Tiba-tiba tarikan kuat itu kembali menarikku, tarikan ini sangat singkat dibandingkan tarikan yang aku rasakan sebelumnya. "Astaghfirullaaahal'"Aldziim...., Lalu aku terbangun dari tidurku, samar-samar kulihat jam di dnding baru menunjukkan pukul 01.10. Kemudian aku luapkan kegembiraan ini, dengan segera mengambil air wudhu. Aku gelar sajadah dan langsung sholat sunnat Tobat. Aku bersyukur  karena Allah masih memberikan aku kesempatan hidup untuk bisa memperbaiki diri. Aku menangis dalam sholatku, mimpi itu seakan nyata. Lalu aku berlari menyambangi ibu yang tengah sholat malam. Lalu aku peluk Ibuku dengan erat. "Kenapa kamu Zeff....?" Tanya Ibu. .....maafkan Zeffy 'Bu." "Maaf kenapa?" Maafkan Zeffy yang selama ini berbohong pada Ibu. Zeffy banyak melakukan salah. Minggu lalu Zeffy mencuri Hp dan laptop teman, lalu Zeffy menjualnya, kemudian uangnya Zeffy belikan  obat-obatan terlarang. Zeffy benar benar menyesal. Zeffy bermimpi kalau Zeffy sudah meninggal dan masuk neraka Bu." Rintih Zeffy. "Itu berarti Allah masih sayang sama kamu." "Ibu tidak marah sama Zeffy kan!" "Cukuplah mimpi itu jadi peringatan untuk kamu, agar kamu tidak mengulangi perbuatanmu lagi. Besok kamu harus mengembalikkan semua barang teman-temanmu dan jangan lupa meminta maaf atas segala kekhilafanmu. Mari sama sama kita berdoa kepada Allah agar kita selalu di berikan petunjuk olehnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H