Mohon tunggu...
Firaya Efendi
Firaya Efendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

ordinary student

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teruslah Mengeluh hingga Kamu Membaca Ini

6 Juni 2024   21:29 Diperbarui: 6 Juni 2024   22:03 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

"Tak kenal maka tak sayang" 

Ungkapan di atas menjadi awalan saya untuk menuliskan kisah dari salah satu murid yang mengetuk hati saya untuk terus mengucapkan rasa syukur atas apa yang saya lalui selama hidup ini. Saya seorang mahasiswi Ilmu Sejarah yang gemar menulis sejak awal saya mendapatkan tugas sebagai seorang yang belajar sejarah. 

Pada semester kali ini, saya mencoba untuk keluar dari zona nyaman dengan mengikuti program Kampus Mengajar yang tentunya tidak semua mahasiswa bisa menikmati previllege ini. "Berat" adalah ungkapan yang tepat untuk mewakili perasaan saya selama bertugas di sekolah penugasan. Namun, lagi-lagi bersyukur menjadi keputusan tepat saat mengetahui kisah dari salah seorang siswi yang cukup mampu menampar saya. 

Kisah ini bermula dari kedekatan kami dengan salah satu siswi SMP yang berujung pada curahan hati lebih tepatnya kisah hidupnya yang diceritakan kepada kami. Dengan tujuan membagi keluh kesah, mengalirlah cerita yang membuat kami tidak percaya dengan apa yang telah dialami oleh siswa ini. 

Siswa yang selalu aktif saat kegiatan belajar berlangsung, ternyata memiliki keluarga yang kurang harmonis atau lebih tepatnya tidak harmonis dibalik keceriannya saat di sekolah. Tidak dianggap oleh ibu kandung hingga mendapatkan kekerasan secara verbal dan non verbal dari ibu tirinya adalah makanan sehari-hari yang dirasakannya selama bertahun-tahun. 

Tidak cukup penderitaan yang dirasakan di rumah, ia juga mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di sekolah. Karena memiliki warna kulit yang lebih gelap dari teman-temannya, ia seringkali dirundung oleh teman-teman sebaya bahkan oleh kakak kelasnya. Keaktifan ia saat di sekolah tidak membuat mereka berhenti untuk merundung siswi ini hanya karena warna kulitnya. Mendapat perlakuan tidak menyenangkan baik di rumah maupun di sekolah, tidak membuatnya patah semangat untuk menjalani hidup, karena ia percaya bahwa suatu saat nanti ia akan merasakan kebahagiaan apabila ia bisa sedikit saja untuk lebih bersabar. 

Dibalik sifat pantang menyerah yang menyimpan sejuta kepahitan hidup, ia tidak pernah menyerah dan selalu berusaha untuk menjadi yang lebih baik diantara teman-temannya. Apalagi sejak kedatangan mahasiswa Kampus Mengajar, ia mengaku senang karena bisa belajar dengan orang baru. Kami juga merasa sejak kedatangan kami di sekolah penugasan ini, siswi ini terlihat antusias dengan masuknya kami sekolah mereka. 

Oleh karena itu, ia menaruh kepercayaan kepada kami untuk menceritakan kisah pahit yang dialaminya. Mendengar kisah hidup dari siswi ini, menyadarkan saya bahwa bersyukur adalah langkah baik untuk memaknai hidup agar kita semakin baik kedepannya. Jika tidak mengikuti Kampus Mengajar ini, mungkin hingga saat ini saya sering mengeluh atas hidup yang saya jalani, padahal di luar sana masih banyak orang-orang yang bernasib tidak sebaik saya. Terima kasih Kampus Mengajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun