Mohon tunggu...
FirasN
FirasN Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sans

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nasionalisme di Zaman Rasulullah

26 November 2019   23:33 Diperbarui: 27 November 2019   00:01 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Maulid Nabi Muhammad, Habib Luthfi Ingatkan Sejarah dan Nasionalisme ujar Habib Luthfi di halaman Masjid Jami' Baturrahman, Duren Sawit, Jakarta Timur, Sabtu (23/11/2019).

Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya atau Habib Luthfi mengisi acara Maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam ceramahnya Habib Luthfi mengingatkan peringatan Maulid Nabi salah satunya untuk tidak melupakan sejarah. "Letaknya maulid di dalamkan supaya kita tidak melupakan sejarah, jadi sudah dirintis masalah sejarah semenjak Nabi Allah Ibrahim," ujar Habib Luthfi

Habib Luthfi mengatakan, Nabi Muhammad SAW tidak hanya mencontohkan bagaimana caranya membangun peradaban masyarakat. Namun, menurutnya Nabi Muhammad juga mengajarkan tentang nasionalisme.

"Dari sebelum lahir sampai dilahirkannya, bagaimana perjuangannya beliau dalam membangun umat, membangun masyarakat, dan lain sebagainya. Tidak dalam satu sisi agama saja, nasionalisme pun sudah diajarkan oleh Baginda Nabi SAW," kata ulama kharismatik kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, ini.

Habib Luthfi mengatakan kecintaan Nabi Muhammad pada Negara Arab merupakan contoh ajaran nabi terhadap nasionalisme. Sehingga menurutnya, warga Indonesia perlu mencontoh kecintaan terhadap Tanah Airnya.

"Kecintaan kepada dunia Arab, saya adalah bangsa Arab. Status kebangsaan Rasullulah dengan tegas memberikan contoh pada kita semua saya adalah bangsa Indonesia," ujar Habib Luthfi.

Habib Luthfi menyebut bila memiliki rasa nasionalisme, namun tidak mengetahui sejarah maka hal tersebut tidak baik. Menurutnya, muslim yang kuat merupakan muslim yang tidak melupakan sejarah.

"Nasionalisme kita tidak tahu sejarah ngambang, kalau kita ingin menjadi muslim yang kuat jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Baru kita memiliki kepada umat ini, pada bangsa ini, kasih sayang ini, pada umat karena kita tau sejarah," tutur ulama yang kerap bicara soal persatuan dan kebangsaan ini. Alfatihah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun