Bila ada ombak yang datang kami akan melindungi tumpukan pasir dari terpaan ombak, setelah jadi bila ada ombak besar kami membiarkannya saja, kami memang sengaja membiarkan ombak menerjang, agar mengetahui tumpukan pasir mana yang lebih kuat melawan ombak.
"Byuurrrrrr"
Air ombak datang dan setelah itu ia langsung menarik dirinya kembali ke dalam laut, aku dan Naka pun langsung menghampiri tumpukan pasir kami yang terkena ombak laut, ombak laut tadi cukup besar.
Seperti yang sudah kuduga sejak dari tadi, tidak ada dari kami berdua yang menang, air ombak tadi langsung melumatkan tumpukan pasir kami dengan sekali hempasan, tumpukan kami memang hanya terbuat dari pasir yang sangat mudah larut oleh air.
"Anila... Naka... ayo kita pulang" panggil ummiku dari kejauhan.
"iya mi... sebentar kami ganti baju dulu" jawabku.
Aku dan Naka pun segera menuju kamar ganti yang telah disediakan setelah mengambil baju ganti di mobil, setelah selesai  berganti baju aku menunggu Naka di mobil, tak lama kemudian Naka pun datang.
Sudah sedari tadi Abi dan ummiku menunggu, setelah memastikan tidak ada yang tertinggal kami pun kembali menatap hamparan aspal berwarna hitam dan garis marka jalan yang sangat berbeda atau kontras sekali dengan warna aspal.
"Anila  pengalaman seperti ini bisa dibuat menjadi tulisan loh" kata Abi ku.
"iya juga ya bi... tapi kan kita tidak bawa laptop?" tanyaku.
"kamu bawa tablet kan... di tablet juga bisa menulis atau di buku harianmu juga bisa" Abi ku memberi saran.