Mohon tunggu...
Hai_Ly19
Hai_Ly19 Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

Baru saja lulus dari tingkat Sekolah Dasar, sedang berjuang di pondok, slow respon, silahkan follow

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Empati

15 Januari 2023   14:17 Diperbarui: 15 Januari 2023   14:25 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Karena bingung ingin melakukan apa lagi aku makan sambil membaca buku di ruang tengah, cuaca saat ini bisa dibilang cerah namun cukup panas bagi yang berjemur di luar, oh iya aku baru ingat ini sudah jam enam belas sudah cukup sore.

Kami dijemput ayah dan ibu setelah mereka pulang kerja saat matahari sudah hampir ditelan bumi, sesampainya di rumah, Zari langsung sakit kembali entah kenapa, tadi di tempat Embah ia sudah mulai panas.

Ayah dan ibuku pun jadi tidak bisa tidur lagi karena harus menjaga Zari yang sakit kembali, aku dan adikku persis seperti malam kemarin yang langsung masuk ke dalam dunia mimpi dan tidak memedulikan adikku.

Bulan mulai meredup cahayanya karena sinar matahari sudah mulai menyentuh daun-daun di ranting pohon yang penghuninya memulai untuk mencari rezeki yang telah di berikan Allah.

Sekarang adalah hari Ahad atau orang-orang biasa menyebutnya sebagai hari Minggu, Zari masih sakit, hari ini ada Ahad pagi di masjid desaku, aku berangkat bersama ayahku ke sana, ibuku tidak ikut karena harus menjaga Zari.

Sore harinya Zari akan diperiksa di laboratorium Rumah Sakit untuk cek darah, tapi berangkatnya sebelum isya'. Aku dan adikku yang bernama Abdul dan Ahmad pun tinggal di rumah bersama nenek, aku tidak tahu selama Zari cek darah di Laboratorium, karena aku hanya di rumah bersama adikku.

Setelah menunggu sekitar satu jam akhirnya mereka pulang, saat itu aku sedang membaca buku di kamarku dan adik-adikku bermain di dekatku, saat datang Zari langsung menunjukkan bekas luka suntikannya lalu langsung dipeluk kasur hingga terlelap.

Zari kekurangan Trombosit dan Leukosit,  malam itu aku sibuk menyiapkan jadwal dan mengatur adik-adik agar tidak mengganggu Zari, karena orang sakit itu sangat sensitif dan mudah marah ketika diganggu.

Esoknya menit dan jam telah berjalan dan rupanya waktu sudah menunjukkan pukul tiga lebih, aku pun Shalat tahajud dan mendoakan Zari agar segera sembuh, hari ini aku berangkat sekolah diantar ibu.

Ayah tidak berangkat karena akan memeriksakan Zari ke laboratorium lagi, ada yang berbeda bagiku biasanya kami berangkat selalu bersama Zari makanya hari ini terasa aneh, di sekolah banyak yang mencari Zari, mengingat dia cukup terkenal.

Saat aku mau pulang tiba-tiba salah satu temannya Zari memanggilku, aku menebak-nebak di dalam hati bahwa pasti ia bertanya tentang Zari, dugaanku tidak melesat ia memang bertanya kepadaku tentang Zari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun