Beberapa bilang ini bentuk sensor, yang lain bilang mungkin ada ancaman atau tekanan dari orang-orang yang merasa dirugikan.
Teori konspirasi alam semesta kek buku karangan Fiersa Besari pun bermunculan bak jamur di musim hujan.
Tapi di balik semua spekulasi itu, ada satu hal yang jelas: betapa kuatnya pengaruh media sosial dalam membentuk opini publik.
Satu klik bisa menyebarkan informasi ke jutaan orang dalam hitungan detik. Makanya, penting banget buat kita jadi pengguna yang bijak dan nggak gampang termakan hoaks.
Kasus ini juga ngingetin kita tentang pentingnya transparansi dan kebebasan berekspresi. Di satu sisi, kita harus menghormati privasi dan hak-hak individu.
Tapi di sisi lain, informasi yang disampaikan ke publik juga harus akurat dan nggak menyesatkan. Jadi, nggak ada salahnya kita kritis dan selalu cross-check setiap info yang kita terima.
Menariknya, penghapusan postingan oleh akun Fufufafa ini juga memicu diskusi lebih luas tentang etika penggunaan media sosial.
Bagaimana seharusnya kita sebagai pengguna media sosial berperilaku? Apakah kita bebas memposting apapun tanpa konsekuensi, atau ada batasan-batasan tertentu yang harus kita patuhi?
Ini adalah pertanyaan-pertanyaan penting yang perlu kita renungkan bersama.
Di era di mana informasi bisa menyebar dengan sangat cepat, tanggung jawab untuk menyebarkan informasi yang benar dan tidak menyesatkan menjadi semakin besar.
Netizen harus selalu waspada dan tidak mudah percaya dengan informasi yang belum terverifikasi, contoh: akun kompasianer 'Firasat Nikmatullah' satu ini, hehe.Â