Mohon tunggu...
Firasat Nikmatullah
Firasat Nikmatullah Mohon Tunggu... Editor - @sekjend.kafir

Aku adalah apa yang kamu pikirkan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siswa Dipaksa Bersujud dan Mengonggong: Potret Suram Dunia Pendidikan Kita

13 November 2024   20:30 Diperbarui: 13 November 2024   20:31 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anjing bersujud dan mengonggong. (Foto: Shutterstok/Alexi_tm)

Bayangkan ini: hari yang cerah di sekolah, teman-teman berkumpul, canda tawa meramaikan suasana. Tetapi, di sudut sekolah yang lain, ada pemandangan yang membuat hati kita meringis.

Seorang siswa dipaksa bersujud dan mengonggong seperti anjing. Sepertinya adegan ini lebih cocok di film horor daripada di halaman sekolah, bukan?

Kasus ini berawal dari suatu insiden sederhana yang kemudian berkembang menjadi polemik besar.

Pada 21 Oktober 2024, seorang siswa dari SMA Kristen Gloria 2 Surabaya, berinisial EV, dituduh mengejek siswa dari SMA Cita Hati, berinisial AL, dengan menyebut AL seperti anjing poodle.

Kejadian ini terjadi saat pertandingan basket di Ciputra World. Ejekan sederhana ini kemudian berubah menjadi insiden yang memicu kemarahan orang tua AL.

Ayah AL, Ivan Sugianto, memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri. Tidak puas dengan sekadar teguran atau diskusi, ia memilih untuk mendatangi SMA Kristen Gloria 2 bersama rombongan dan meminta EV untuk bersujud dan mengonggong seperti anjing sebagai bentuk permintaan maaf.

Di era digital seperti sekarang, kejadian ini tentu saja tidak luput dari kamera ponsel. Namun, video tersebut baru viral di media sosial beberapa hari yang lalu, menimbulkan gelombang reaksi marah dari netizen.

Viral orang tua murid ngamuk nyuruh siswa bersujud dan mengonggong seperti anjing. (Foto: Warta Kota Production)
Viral orang tua murid ngamuk nyuruh siswa bersujud dan mengonggong seperti anjing. (Foto: Warta Kota Production)

Penghinaan ini bukan hanya merusak harga diri EV, tetapi juga menciptakan trauma psikologis yang mendalam.

Ini mengingatkan kita pada praktik pendidikan kuno yang tidak menghargai martabat dan hak asasi manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun