Barisan kata mengundang senyum, yang senyum itu mengundang cinta. Nah itulah puisi-puisi yang diciptakan oleh Prawoto. Dalam setiap kata ada kejujuran, yang berjingkat-jingkat mengendong rasa cinta. Membacanya seperti sedang minum es crim di senja yang temaram. (Nanang Fahrudin, Jurnalis Koran SINDO, Penulis buku Membaca Bojonegoro)
… Saya selalu senang jika berbincang dengan Prawoto, ada semangat didalam dirinya. Saya berharap semangat itu ditularkan dalam puisi-puisinya yang saat ini ada ditangan anda. Semangat untuk membaca, menulis dan bergerak! (Anas AG, Penulis buku si Pandir & Dongeng Anglingdarma)
…//di lubang telinga/ mesra terdengar/ menggetarkan asa,/ memenuhi perintah agama,/ menjadi ibadah kita bersama// katamu saat kau meng-iya-kan ku// (Puisi Meng-iya-kan). Puisi Prawoto R Sujadi ini menjadi bukti, setiap orang yang sedang pada puncak jatuh cinta akan mampu menuliskan puisi yang berenergi, bertenaga. Energi yang sama yang memampukannya menulis puisi sebegitu banyak dan semuanya tentang cinta baik dikatakan kepada yang dicintainya, kepada diri sendiri, kepada orang lain. (Yonanthan Raharjo, penulis Novel Lanang, pemenag sayembara novel di Dewan Kesenian Jakarta 2008)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H