Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akhirnya resmi memilih jalur partai politik untuk maju dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017. Ahok dinilai tidak konsisten dan bukan kriteria seorang pemimpin.
Pengamat Politik Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing sudah memprediksi, bila Ahok akan maju melalui jalur partai politik (parpol). Sebab, sebagai politikus cair, Ahok sadar bila kendaraan ideal di negara demokrasi adalah partai politik.
Menurut dia, terbentuknya relawan Teman Ahok memang diciptakan untuk menarik partai politik mengusungnya mengingat Ahok tidak punya partai politik.
Pengumpulan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dilakukan relawan 'Teman Ahok' tidak bisa dibuktikan kebenarannya dan membuat Ahok tambah ragu apakah lolos verifikasi atau tidak.
Kendati demikian, sebagai calon petahanan, Ahok harusnya konsisten agar warga dapat menilai bila Ahok merupakan seorang pemimpin yang ideal.
Terlebih, dia berulangkali mengucapkan untuk maju melalui jalur independent lantaran menghargai kerja keras 'Teman Ahok' yang sudah mengumpulkan satu juta Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai syarat untuk maju melalui jalur independent.
Seorang pemimpin itu harus konsisten. Ahok harus minta maaf secara referendum terhadap pemilik KTP yang diberikan untuk Ahok. Termasuk dengan Heru yang disebut sebagai wakil dirinya di jalur independent. Saya yakin pemilik KTP pastinya kecewa dengan ini.
Dengan adanya tindakan semacam ini , makin mencerminkan bahwa Ahok merupakan seorang politikus cair yang sudah seringkali meninggalkan partai pendukungnya ketika sudah mendapat kekuasaan.
Artinya, apapun akan dilakukan Ahok demi kekuasaan semata. Dia berharap agar para partai lain memiliki ideologis untuk dapat menciptakan kader partai politik menjadi pemimpin yang konisten dan bekerja demi kepentingan rakyat.
Khususnya PDIP yang jelas terkenal dengan partai ideologis dibanding partai lain.
Â