Mohon tunggu...
Fiqry Prayoga
Fiqry Prayoga Mohon Tunggu... Lainnya - universitas negeri yogyakarta

pendidikan adalah peita bangsa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sweet-Fiber: Lima Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta Berhasil Menciptakan Alternatif Set Alat Lukis Berbahan Limbah Tebu dalam Ajang PKM-K

3 Agustus 2024   14:56 Diperbarui: 3 Agustus 2024   15:33 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Lima mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta berhasil menciptakan produk inovatif alat lukis yang berasal dari limbah tebu. Ide ini muncul karena melihat potensi besar limbah tebu di Kabupaten Bantul, terutama dari Pabrik Gula Madukismo. Kelima mahasiswa kreatif tersebut adalah Fiqry Prayoga (Pendidikan Kriya), Regina Amanda Famaretha (Akuntansi), Rizki Aulia Apliananta (Pendidikan Kriya), Kinari Arsya (Pendidikan Seni Rupa), dan Yunita Rizky Alfiani (Tata Busana).

Fiqry menyebutkan bahwa produk ini bernama Sweet Fiber, nama yang diambil dari bahasa Inggris yang berarti 'serat manis'. Pembuatan produk alat lukis ini dilatarbelakangi oleh mahalnya perangkat set lukis di pasaran. Melihat melimpahnya bahan baku limbah tebu yang memiliki karakteristik mendekati bahan baku dari masing-masing alat set lukis, memunculkan inovasi baru ini. Selama ini, pemanfaatan ampas tebu (serat ampas tebu) masih terbatas sebagai makanan ternak, bahan bakar boiler, dan bahan baku untuk pembuatan pulp, pupuk, dan papan artikel. Pengaplikasian limbah tebu sebagai komponen pembuatan set alat lukis dapat dilakukan karena serat tebu memiliki komposit tarik sebesar 26,9 MPa serta teruji kekuatan dan kemuluran seratnya.

Rizki Aulia menambahkan bahwa ampas tebu berpotensi memiliki nilai jual dan diminati di pasaran karena harganya yang cukup ekonomis dan terjangkau untuk pelajar atau mahasiswa. "Target konsumen kami adalah para pelajar, mahasiswa, dan orang yang memiliki minat dalam bidang seni kreatif yang masih dalam tahapan pemula dan mencari produk dengan anggaran terbatas." Beberapa keunggulan lain dari Sweet Fiber adalah bahan baku yang murah, inovasi yang menarik menciptakan nilai tambah, serta kerjasama lokal yang dapat meningkatkan citra merek. Set alat lukis ini terdiri dari kuas yang terbagi menjadi tiga jenis: knife, round, dan flat; pensil arang terbagi menjadi tiga jenis: dark, grey, dan light grey, serta palet berukuran 14x21 cm.

Kinari Arsya memaparkan proses pembuatan set alat lukis ini yang dibagi menjadi tiga alur. Alur pertama adalah pembuatan isi pensil. Untuk membuat isi pensil, limbah tebu dibakar menjadi arang yang kemudian dihaluskan dan disaring. Setelah itu, dicampur dengan tanah liat dan tepung kanji. Adonan isi pensil dicetak menjadi isian pensil kemudian dirakit dan dipotong. Alur kedua adalah pembuatan palet serta komponen pensil dan kuas. Limbah ampas tebu dihaluskan dan menghasilkan blotong yang dicampur dengan lelehan limbah plastik kemasan. Tahap terakhir adalah dicetak dan finishing. Alur ketiga adalah pembuatan bulu kuas. Untuk membuat bulu kuas, limbah tebu direndam menggunakan larutan khusus kemudian dijemur. Setelah kering, serat disisir dan dibagi yang kemudian dirakit sesuai ukuran kuas.

"Untuk proses pengemasannya kami menggunakan packaging berbahan kertas duplek untuk mengurangi limbah plastik. Kami menggunakan warna hijau sebagai warna dominan yang identik dengan warna alam. Kemudian pada kemasan juga terdapat informasi mengenai keunggulan, jenis, dimensi produk, serta panduan penggunaannya," kata Regina.

Sweet Fiber diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama dalam upaya memperkenalkan produk inovasi dari limbah. "Kami berharap dengan adanya sejumlah set alat lukis limbah ampas tebu ini, para pengguna baik yang masih dalam tahap awal sampai profesional dapat memaksimalkan kreativitas dengan alat ini," ujar Yunita. Sweet Fiber bukan sekedar alat lukis biasa, tetapi sebagai medium untuk mengekspresikan diri dengan bebas tanpa khawatir akan terbatasnya biaya. Produk ini menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa UNY memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan para pelukis pemula. Inovasi ini memberikan dukungan nyata bagi para seniman muda yang membutuhkan alat lukis yang berkualitas namun ramah di kantong. Melalui produk ini, mahasiswa UNY membuktikan bahwa ide-ide memanfaatkan limbah dapat memberikan manfaat ganda bagi lingkungan dan masyarakat.

Karya ini berhasil meraih pendanaan dari Direktorat Belmawa Kemendikbudristek dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang PKMK tahun 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun