Mohon tunggu...
Fikry Ramadhan
Fikry Ramadhan Mohon Tunggu... Auditor - Mahasiswa UIN SMH Banten

Semoga kebaikan kebahagiaan selalu tumbuh dan bernafas 🌹

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perjumpaan Abadi

27 Maret 2021   17:40 Diperbarui: 27 Maret 2021   17:41 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjumpaan itu
Masih menjadi suatu hal yang paling ditunggu
Semoga lekas bertemu
Sebab kepergianmu, adalah siksa bagiku.

Terlalu sendu
Jika harus mengingat masa itu
Ketika rindu namun tak dapat bertemu
Bahkan untuk menggapainya saja aku tak mampu.

Masih terekam jelas dalam otak
Membekaskan jejak
Menggoreskan sesak
Hingga terciptanya sajak.

Kepergian memang suatu hal yang menyesakkan
Namun akan menjadi suatu kebahagiaan
Jika setelah kepergian
Berakhir dengan pertemuan dalam keabadian.

Seindah apapun perpisahan
Bukan kah akan tetap menyakitkan?
Bahkan kenangan pun tak mampu memberi alasan,
Mengapa perpisahan harus selalu bersanding dengan tangisan.

Ketika waktu tak lagi berpihak pada mu
Ketika rindu tak lagi membawa mu pada temu
Ketika jarak kembali memisahkannya dengan mu
Ketika bayang tentangnya kembali semu .

Lantas apa?
Tak lain hanya do'a
Yang mampu menjaganya dari kejauhan sana
Yang mampu memastikan bahwa ia akan tetap baik baik saja.

Ketika mata tak lagi mampu menatap nya secara nyata
Ketika telinga tak lagi mampu mendengar indah gelak tawanya
Ketika tangan tak mampu menyentuh hangat kulitnya
Namun dengan moleknya jiwa menampakkan kedekatannya.

Ini waktunya
Rindu kembali menahan temu nya untuk sabar
Raga kembali menahan jiwa nya untuk tegar
Bersiaplah dengan pertemuan yang lebih menggelegar.

Ketika kau ingin mengetahui alur cerita dalam buku
Bukan kah kau harus membaca dengan tuntas dahulu buku itu?
Maka seperti itulah perihal menunggu
Sebelum mencapai pada titik itu, kau harus sabar menapaki tiap lembaran kehidupan dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun