Mohon tunggu...
Taufiqur Rahman
Taufiqur Rahman Mohon Tunggu... -

Saya lahir di sebuah kabupaten yang paling ujung timur di Pulau Jawa, Banyuwangi pada 2 Oktober 1992. Keluarga dari darah ormas Islam terbesar di Indonesia yaitu NU namun saya juga berdarah Muhammadiyah karena nenek saya di Jogja adalah Muhammadiyah. Saya melakukan eksplorasi pendidikan selama 14 tahun terbukti semenjak TK hingga SMA saya pernah menjalaninya. Pendidikan menurut saya sangat penting bahkan sebuah kebutuhan. Bukan hanya pada saat ini saja namun sudah dari nenek moyang kita dulu. Saya memiliki hobi yang cukup unik yaitu berdakwah. Mengapa harus berdakwah dan apa yang membuatnya menarik?Berdakwah adalah sebuah pencerahan. Pencerahan membuat orang di sekitar kita tahu dan tercerahkan dan tak kan lagi kembali kepada sebuah jalan kesesatan. berdakwah sangat menarik selain menambah kawan ternyata ini adalah sebuah tugas yang sangat mulia dan disayangi oleh Allah Swt. Itulah yang menjadi motivasi saya mengapa harus memilih hobi yang dibilang cukup aneh pada zaman sekarang ini. Motto hidup adalah "Hidup sekali, Bergerak Berkali-kali karena mati hanya sekali"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Penguasaku, Penguasa Pembebek

2 Januari 2012   06:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:27 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kerumunan orang-orang yang berjas hitam dengan memakai sepatu yang berlabel jutaan rupiah, berjalannya pun dengan tegap, tanpa menoleh siapapun yang ada di samping kanan kirinya. Merasa dia adalah sang penguasa yang tak berdosa bagi dunia ini. Dunia yang satu, satu tujuan baginya yakni imperealisme. Penjajahan memang tak pernah dirasakan negeriku ini secara langsung namun lambat laun apa yang menjadi harapan rakyat telah pupus semua karena kebijakan politik yang omong kosong, banyak beretorika tapi isinya nggak ada. Tak ada  yang bagus dalam benak rakyat negeriku ini tentangnya. Yah, sangat banyak sekali pembohongan yang telah dilakukan olehnya. Bahkan pada beberapa tahun ini, ada beberapa media massa dari negeri bebek melaporkan kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya dari tahun ke tahun makin menurun. Yah beginilah, kondisi negeriku. Negeri bebek yang kusayangi telah hancur begitu saja karena ulah sosok penguasa yang otoriter tak bertanggung jawab. Negeriku pada hari ini juga akan menyambut kawannya yang akrab dari negeri penaklukan Christoporus Columbus. Baginya sangat bahagia sekali ketika didatangi oleh Obama, sang penguasa seantero dunia yang telah menguasai banyak sekali SDA di negeri orang.

Penguasa di negeriku sudah dibutakan oleh kapitalisme global hingga membiarkan beratus-ratus juta rakyat dalam kesengsaraan. Dan dia menginstruksikan kepada segenap rakyat bangsa ini untuk menyambut Obama yang menjadi sahabatnya. Penyambutannya pun sangat spesial hingga melepaskan kedaulatan negeri ini kepada mereka dengan membiarkan militernya keluar masuk mengatur dan menginjakkan kaki di negeriku.

Penguasaku, oh penguasaku…

Apakah engkau masih belum sadar akan semua ini. Kau pernah menjadi salah seorang oknum militer waktu itu, kau tahu jika di sebuah negeri dikatakan tak berdaulat lagi ketika militer negeri orang masuk ke sebuah negeri dan mengatur begitu saja. Sadarlah, engkau telah dibutakan dengan yang namanya materi yang melimpah. Apakah engkau tidak teringat bagaimana penindasan yang dilakukan oleh Obama di negeri-negeri sahabat seakidah Islam kita seperti invansi AS di Irak, Afghanistan, Palestina, Pakistan dan negeri-negeri muslim lainnya. Lupakah engkau dengan hadits Rasulullah Saw yang berbunyi,” Muslim itu saudara bagi Muslim yang lain. Ia tidak saling mengkhianati, saling mendustakan dan saling menghinakan. Setiap Muslim adalah haram bagi Muslim yang lain menyangkut kehormatan, harta dan darahnya.” (HR at-Tirmidzi).

Mengapa engkau terus membebek Barat yang sudah jelas-jelas Liberalnya yang pasti tak kan memberikan sebuah keadilan bagi rakyatmu. Ingat kedatangannya dalam KTT ASEAN ke-19 dan East Asia Summit (EAS) di Bali nanti hanya akan mengokohkan pemberontakan dan Imperealisme Paman Sham di Asia Tenggara. Dia memiliki agenda terselubung untuk mendesak negara-negara ASEAN+ (ASEAN plus India, Jepang, Korea Selatan dan Australia) untuk bersatu melawan kekuatan Cina dalam persoalan Laut Cina Selatan. Pada akhirnya AS akan mencengkeram lebih kuat penguasaan SDA (minyak dan gas) serta memperkokoh militernya di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Kita cinta negeri ini, bukan karena nasionalisme atau kesukuan tapi karena ukhuwah Islamiyah. Jadi kita bukan hanya memikirkan kami sendiri yang ada di Indonesia namun di negeri-negeri muslim lainnya. Kita sebagai rakyat muslim Indonesia serta rakyat muslim seantero dunia  menolak menyambutnya. Meski dia adalah tamu, tapi dia adalah tamu yang sangat pasti menghancurkan negeriku.  Kami tak mau itu.

Ingatlah penguasaku, ada beberapa nasehat dari Imam Abdurrahman bin Amru al-Auza’iy kepada Khalifah Abu Ja’far al-Manshur, ketika ulama besar itu dimintai nasihat, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya kesulitan yang paling besar adalah menegakkan hak Allah dan kemuliaan yang paling tinggi di sisi Allah adalah takwa.  Barangsiapa meminta kemuliaan dengan ketaatan kepada Allah, niscaya Allah akan mengangkat dan memuliakannya.  Sebaliknya, barangsiapa mencari kemuliaan dengan bermaksiyat kepadaNya, Allah akan menghinakan dan merendahkannya.  Inilah nasihat untukmu, semoga keselamatan tetap bersamamu”.[Imam al-Ghazali, Al-Ihya', juz 7, hal. 77]

Kapitalisme telah membawa kita kearah kehancuran, ketertindasan dan ketidakadilan. Apakah kita masih mengharap pada Demokrasi yang sudah nyata-nyata bohongnya? Oleh karena itu, kita harus menegakkan hak Allah dan kemuliaanya. Agar negeriku dan negeri-negeri Muslim lainnya bisa hidup mulia dan sejahtera. Kemuliaan dan kesejateraan itu tentu hanya dapat diraih dengan Syari’at Islam. Tentu Syari’at Islam takkan bisa diterapkan secara menyeluruh jikalau tak ada sebuah wadah untuk menerapkannya. Wadah itulah yang kini harus kita tegakkan yakni Khilafah Islamiyah ‘ala minhajin Nubuwwah.

meluruskan pipa-pipa pemikiran yang bengkok melalui goresan tinta yang merobohkan tembok-tembok dunia. (elmuhariqin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun