Kerumunan orang-orang yang berjas hitam dengan memakai sepatu yang berlabel jutaan rupiah, berjalannya pun dengan tegap, tanpa menoleh siapapun yang ada di samping kanan kirinya. Merasa dia adalah sang penguasa yang tak berdosa bagi dunia ini. Dunia yang satu, satu tujuan baginya yakni imperealisme. Penjajahan memang tak pernah dirasakan negeriku ini secara langsung namun lambat laun apa yang menjadi harapan rakyat telah pupus semua karena kebijakan politik yang omong kosong, banyak beretorika tapi isinya nggak ada. Tak ada yang bagus dalam benak rakyat negeriku ini tentangnya. Yah, sangat banyak sekali pembohongan yang telah dilakukan olehnya. Bahkan pada beberapa tahun ini, ada beberapa media massa dari negeri bebek melaporkan kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya dari tahun ke tahun makin menurun. Yah beginilah, kondisi negeriku. Negeri bebek yang kusayangi telah hancur begitu saja karena ulah sosok penguasa yang otoriter tak bertanggung jawab. Negeriku pada hari ini juga akan menyambut kawannya yang akrab dari negeri penaklukan Christoporus Columbus. Baginya sangat bahagia sekali ketika didatangi oleh Obama, sang penguasa seantero dunia yang telah menguasai banyak sekali SDA di negeri orang.
Penguasa di negeriku sudah dibutakan oleh kapitalisme global hingga membiarkan beratus-ratus juta rakyat dalam kesengsaraan. Dan dia menginstruksikan kepada segenap rakyat bangsa ini untuk menyambut Obama yang menjadi sahabatnya. Penyambutannya pun sangat spesial hingga melepaskan kedaulatan negeri ini kepada mereka dengan membiarkan militernya keluar masuk mengatur dan menginjakkan kaki di negeriku.
Penguasaku, oh penguasaku…
Apakah engkau masih belum sadar akan semua ini. Kau pernah menjadi salah seorang oknum militer waktu itu, kau tahu jika di sebuah negeri dikatakan tak berdaulat lagi ketika militer negeri orang masuk ke sebuah negeri dan mengatur begitu saja. Sadarlah, engkau telah dibutakan dengan yang namanya materi yang melimpah. Apakah engkau tidak teringat bagaimana penindasan yang dilakukan oleh Obama di negeri-negeri sahabat seakidah Islam kita seperti invansi AS di Irak, Afghanistan, Palestina, Pakistan dan negeri-negeri muslim lainnya. Lupakah engkau dengan hadits Rasulullah Saw yang berbunyi,” Muslim itu saudara bagi Muslim yang lain. Ia tidak saling mengkhianati, saling mendustakan dan saling menghinakan. Setiap Muslim adalah haram bagi Muslim yang lain menyangkut kehormatan, harta dan darahnya.” (HR at-Tirmidzi).
Mengapa engkau terus membebek Barat yang sudah jelas-jelas Liberalnya yang pasti tak kan memberikan sebuah keadilan bagi rakyatmu. Ingat kedatangannya dalam KTT ASEAN ke-19 dan East Asia Summit (EAS) di Bali nanti hanya akan mengokohkan pemberontakan dan Imperealisme Paman Sham di Asia Tenggara. Dia memiliki agenda terselubung untuk mendesak negara-negara ASEAN+ (ASEAN plus India, Jepang, Korea Selatan dan Australia) untuk bersatu melawan kekuatan Cina dalam persoalan Laut Cina Selatan. Pada akhirnya AS akan mencengkeram lebih kuat penguasaan SDA (minyak dan gas) serta memperkokoh militernya di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Kita cinta negeri ini, bukan karena nasionalisme atau kesukuan tapi karena ukhuwah Islamiyah. Jadi kita bukan hanya memikirkan kami sendiri yang ada di Indonesia namun di negeri-negeri muslim lainnya. Kita sebagai rakyat muslim Indonesia serta rakyat muslim seantero dunia menolak menyambutnya. Meski dia adalah tamu, tapi dia adalah tamu yang sangat pasti menghancurkan negeriku. Kami tak mau itu.
Ingatlah penguasaku, ada beberapa nasehat dari Imam Abdurrahman bin Amru al-Auza’iy kepada Khalifah Abu Ja’far al-Manshur, ketika ulama besar itu dimintai nasihat, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya kesulitan yang paling besar adalah menegakkan hak Allah dan kemuliaan yang paling tinggi di sisi Allah adalah takwa. Barangsiapa meminta kemuliaan dengan ketaatan kepada Allah, niscaya Allah akan mengangkat dan memuliakannya. Sebaliknya, barangsiapa mencari kemuliaan dengan bermaksiyat kepadaNya, Allah akan menghinakan dan merendahkannya. Inilah nasihat untukmu, semoga keselamatan tetap bersamamu”.[Imam al-Ghazali, Al-Ihya', juz 7, hal. 77]
Kapitalisme telah membawa kita kearah kehancuran, ketertindasan dan ketidakadilan. Apakah kita masih mengharap pada Demokrasi yang sudah nyata-nyata bohongnya? Oleh karena itu, kita harus menegakkan hak Allah dan kemuliaanya. Agar negeriku dan negeri-negeri Muslim lainnya bisa hidup mulia dan sejahtera. Kemuliaan dan kesejateraan itu tentu hanya dapat diraih dengan Syari’at Islam. Tentu Syari’at Islam takkan bisa diterapkan secara menyeluruh jikalau tak ada sebuah wadah untuk menerapkannya. Wadah itulah yang kini harus kita tegakkan yakni Khilafah Islamiyah ‘ala minhajin Nubuwwah.
meluruskan pipa-pipa pemikiran yang bengkok melalui goresan tinta yang merobohkan tembok-tembok dunia. (elmuhariqin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H