Bismillah...Kumulai menggunakan tinta emas yang selama ini mulai usang karena tak digunakan
Dengan menuliskan namamu
Sebagai langkah awal.
Proses keterpisahan yang begitu lama membuat gejolak jiwa yang begitu besar. Membuat rasa ini seakan begitu takut kembali mengeksplorasi belantara kebahagian yang sudah pasti diakhiri dengan sakit hati itu.
Kalau berita kegagalan menjelajahi belantara ruang rasa itu tersebar begitu cepat dikarenakan ternyata Tuhan belum menginginkanya.Â
Kali ini Tuhan memberikanku sebuah mustika yang kutemukan di tengah tengah proses keterasingan diri yang mulai mendalam
Mungkin saja mustika ini adalah sosok yang telah dijanjikan Tuhan yang akan menjadi kedirianku dan menemani diri ini mengelilingi gejolak gejolak rasa yang begitu membingungkan ini.
Namun, mustika ini masih memerlukan perhatian yang lebih dalam lagi walaupun telah di tinggalkan oleh penjelajah sebelumnya, apakah dia benar benar sebuah kebenaran yang di torehkan sang Maha benar sebagai pembenaran dari setiap kata benar yang selama ini kucari. Karena cahaya yang kucari darinya masih mengeluarkan nama sang penjelajah lainnya.Â
Bila tak mampu ku sampaikan dalam bentuk kata, maka biarkanlah kusimpan dalam dada harapan dan kata "semoga", bahwa benar adanya Tuhanlah yang membawaMU.
Makassar, 19 November 2018
03.35
Ditulis ditengah kecamuk rasa ngantuk yang begitu menggelora.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H