Mohon tunggu...
Ilma Amalia
Ilma Amalia Mohon Tunggu... Human Resources - Human Resource Development

Learner | An HR | Fakultas Sains Kognitif dan Pembangunan Manusia | University Malaysia Sarawak | blog pribadi: fiqrah-amalia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ayat-ayat Pedas

25 April 2018   19:03 Diperbarui: 25 April 2018   19:04 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jangan berharap semua tulisan berlandaskan kelemah lembutan layaknya ayat ayat cinta yang sendu. Ayat ayat pedas, seperti namanya terasa pedas untuk didengar dan dicerna. Maka dari itu ia hanya untuk mereka yang berhati baja menghadapinya. Atau sebenarnya ayat ayat inilah yang menguatkan.

Secara kategori mungkin ayat ayat pedas bisa berfungsi sebagai obat. Atau bisa juga sebagai racun. Tergantung siapa yang menelannya. Sekarang ayat ayat pedas amat sering kita jumpai. Apalagi di sosial media. Entah siapa yang memulai yang menanam, ayat ayat pedas amat laku dijual digunakan dan mau tidak mau dirasakan.

Kualitas ayat ayat pedas bisa tergantung siapa yang melontarkan. Bagi yang memiliki kualifikasi tinggi maka ayat pedasnya lebih halus, elegan namun menekan. Tapi bagi tingkat pasaran, maka ayat ayat pedasnya tak lepas dari hal hal murahan. Terlontar kasar dan rendah moral. Ayat ayat pedas digunakan temporer sesuai situasi.. dari kalimat seseorang, kita sebenarnya bisa tau seperti apa karakter penggunanya.

Dan terbedakanlah lagi ada yang pedasnya hanya lewat ujung telinga, ada juga yang menyusup resap hingga ke hati.

Kini, ayat ayat pedas tak lagi digunakan sebatas perorangan. Bahkan media media besar pun menggunakannya. Entah dengan niat apa, namun ayat ayat pedas layaknya peluru yang sedang ditargetkan pada sesuatu. Jika ayat ayat cinta berlaku pada para pencinta, maka seharusnya ayat ayat pedas dapat ditebak siapa yang suka menggunakannya.

Mari lebih berhati hati..

karena ayat ayat pedas yang terlalu sering dicerna cukup mampu membuat pikiran kita meradang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun