2. Saat Kelahiran (fase natal)
Pada fase ini hal-hal yang bisa menyebabkan anak mengalami tunadaksa, yaitu: proses kelahiran yang terlalu lama, pemakaian alat bantu berupa tang, pemakaian anestesi yang berlebihan, usia kandungan yang belum cukup umur (Premature).
3. Setelah kelahiran (fase post-natal)
Hal-hal yang menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir, antara lain: kecelakaan/ trauma pada kepala, amputasi, infeksi penyakit yang menyerang otak, dan virus yang menyerang sumsum tulang belakang.
Layanan Pendidikan bagi Anak Tunadaksa
Setiap anak yang dilahirkan ke dunia berhak untuk mendapatkan pendidikan. Terutama anak-anak penyandang disabilitas, mereka juga berhak untuk mendapatkan pendidikan seperti anak normal. Sasaran pendidikan pada anak tunadaksa sendiri bersifat dual purpose (ganda), yaitu berkaitan dengan pemulihan fungsi fisik dan pengembangan dalam pendidikannya. Karena tunadaksa memiliki hambatan pada anggota geraknya, maka layanan pendidikan yang diberikan adalah pemulihan fungsi fisiknya dan juga pengembangan dalam pendidikan.
Pendidikan yang perlu dikembangkan pada anak tunadaksa meliputi tujuh aspek, diantaranya:
- Pengembangan intelektual dan akademik, dilakukan dengan cara pemberian berbagai mata pelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan dalam kurikulum.
- Membantu perkembangan fisik, seperti pemberian latihan-latihan fisik dan olahraga.
- Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak, memberikan ceramah keagamaan dan menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif.
- Mematangkan aspek sosial, dengan membawa anak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan melalui partisipasi dalam kehidupan keluarganya.
- Mematangkan moral dan spiritual, dilaksanakan dalam pelajaran agama dan PPKN.
- Meningkatkan ekspresi diri, dilakukan dalam kegiatan seni dan keterampilan atau kerajinan tangan.
- Mempersiapkan masa depan anak, dengan memberikan latihan kerja, keterampilan akademik, dan membekali keterampilan relasi antar pribadi yang sehat.
Kemudian model layanan pendidikan yang bisa diterapkan untuk anak tunadaksa dikutip dari laman Ayuwldr.blogspot.com adalah:
- Kelas biasa (regular class) mengarah pada pendidikan inklusi, anak tunadaksa belajar di sekolah umum bersama-sama dengan anak normal.
- Kelas atau sekolah khusus, anak belajar dengan sesama anak tunadaksa lainnya di sekolah khusus (SLB-D).
- Pengajaran di rumah (home instruction), anak belajar di rumah, dan guru berkunjung ke rumah.
- Sekolah di rumah sakit (school in the hospital or convalescent home), anak belajar di rumah sakit karena lama dirawat agar tidak ketinggalan pelajaran, maka guru yang datang ke rumah sakit.
Kemudian yang terakhir adalah pendekatan-pendekatan yang bisa dilakukan dalam memberikan layanan pendidikan pada anak tunadaksa, antara lain:
- Pendekatan guru kelas, pelaksanaannya semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas tersebut disampaikan oleh satu guru, biasanya dilaksanakan pada kelas kecil.
- Pendekatan guru mata pelajaran/bidang studi, pelaksanaan pengajarannya oleh banyak guru sesuai dengan bidang studinya masing-masing.
- Pendekatan campuran, pelaksanaannya disampaikan oleh guru kelas juga guru mapel.
- Pengajaran tim, pelaksanaannya oleh tim/beberapa guru.
Nah, sekian bahasan tentang anak tunadaksa mulai dari definisi, penyebab dan cara memberikan layanan pendidikannya. Semoga artikel ini bermanfaat.
Sumber Rujukan