Mohon tunggu...
MUHAMAD SYAFIQ GUSMALIANTO
MUHAMAD SYAFIQ GUSMALIANTO Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

Assalamualaikum Semua

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Film "Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak": Refleksi Estetik dan Tematis

17 Juni 2024   00:02 Diperbarui: 17 Juni 2024   00:14 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

"Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak" adalah film Indonesia yang dirilis pada tahun 2017, disutradarai oleh Mouly Surya dan dibintangi oleh Marsha Timothy. Film ini mengisahkan tentang Marlina, seorang janda di Sumba, yang berusaha mencari keadilan setelah mengalami kekerasan. Narasi film ini dibagi menjadi empat babak yang mencerminkan perjalanan Marlina dalam menghadapi trauma dan mencari pembalasan. Film ini tidak hanya menawarkan cerita yang kuat, tetapi juga kaya akan unsur estetika dan tematis yang menarik untuk dianalisis. Kritik ini bertujuan untuk menggali lebih dalam elemen naratif, estetika visual, serta konteks sosial-budaya yang dihadirkan dalam film ini.

Kejelasan Berbahasa dan Gaya Penulisan

Kritik ini ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, dengan gaya penulisan yang komunikatif dan populer. Argumentasi disusun secara runut dan terstruktur, sehingga alur pemikiran dalam tulisan ini mudah dipahami. Transisi antarparagraf disajikan dengan jelas untuk memastikan koneksi yang logis antara satu argumen dengan yang lain. Sebagai kritik film ilmiah-populer, tulisan ini menghindari penggunaan jargon yang terlalu teknis dan tetap mempertahankan kejelasan dalam penyampaian ide.

Argumentasi dan Analisis Film

Pengembangan Cerita dan Karakter

Cerita dalam "Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak" dibangun dengan kuat, menggunakan pembagian babak sebagai struktur naratif yang efektif. Setiap babak merepresentasikan tahap berbeda dalam perjalanan Marlina, mulai dari menghadapi kekerasan, pembalasan, pencarian keadilan, hingga refleksi dan penyelesaian. Karakter Marlina, diperankan dengan sangat baik oleh Marsha Timothy, menunjukkan perkembangan yang signifikan sepanjang film. Marlina berubah dari seorang korban menjadi agen aktif yang berusaha mengendalikan nasibnya sendiri.

Estetika Visual dan Elemen Naratif

Estetika film ini menonjol dengan penggunaan sinematografi yang memukau. Lokasi pengambilan gambar di Sumba memberikan latar yang eksotis dan sekaligus keras, mencerminkan kondisi sosial dan alam yang dihadapi oleh karakter. Penggunaan pencahayaan alami dan pemandangan luas memperkuat nuansa kesepian dan isolasi yang dialami oleh Marlina. Setiap babak memiliki palet warna dan komposisi visual yang berbeda, mencerminkan perubahan suasana hati dan perkembangan cerita.

Editing, Sinematografi, Penyutradaraan dan Mise-en-Scene

Editing dalam film ini dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga ritme cerita yang lambat namun intens. Penyutradaraan Mouly Surya menunjukkan kontrol yang kuat atas semua elemen film, memastikan setiap adegan berkontribusi pada keseluruhan narasi. Mise-en-scene dalam film ini juga dipikirkan dengan baik, mulai dari desain set, kostum tradisional Sumba, hingga properti yang digunakan oleh karakter. Semua elemen ini tidak hanya memperkuat setting film tetapi juga mendukung narasi dan pengembangan karakter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun