Kebanyakan dari kalangan masyarakat Indonesia menganggap bila ingin meneruskan sekolah tinggi agar mendapatkan pekerjaan yang layak, mendapatkan gaji besar, hingga menjadi pemimpin di perusahaan swasta maupun pemerintahan. Memiliki persepsi seperti itu tidaklah salah, namun penulis menganggap tidaklah 'tepat'. Kenapa demikian? Apakah itu satu-satunya tujuan kuliah?
Memiliki pekerjaan atau karier yang menjanjikan adalah keinginan setiap orang, sehingga dengan cara apapun akan dilakukan untuk mendapatkannya. Tentu tidak sedikit diantara kita berusaha melalui jalur 'sekolah tinggi', dengan berharap memiliki gelar sarjana agar mempermudah keinginannya.
Menurut penulis, cara pemikiran seperti ini 'kurang tepat'. Justru membawa beban ketika menjalani masa perkuliahan hingga sampai menjadi seorang sarjana. Beban terberat yang ia rasakan saat sudah menyelesaikan perkuliahan. Ia akan menganggap, "harus mendapatkan pekerjaan yang layak nih" dan mendapatkan gaji besar, masa karier harus sama si dengan yang lulusan SMK? saya kan memiliki pendidikan yang cukup tinggi. Mungkin tidak sedikit yang berkata dalam hati ungkapan tersebut.
Ketika realita yang dihadapi tidaklah seperti ekspektasi dirinya, lalu bagaimana? Misalnya, ia tidak mendapatkan pekerjaan saat lulus kuliah? atau tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai yang diinginkannya? Tentu ia akan merasa kuliah yang dijalani selama 4 tahun akan merasa percuma. Ekspektasi yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kekecewaan dan merasa "rendah diri" jika realita tidak sesuai harapan.
Ibarat seseorang bersedekah, ia berharap agar Tuhan menggantikan uangnya berkali-kali lipat. Namun, ia tidak mendapatkan itu dalam sedekahnya, tentu keikhlasan bisa berubah dan berhenti bersedekah. Begitu pun, seseorang yang menuntut ilmu dengan harapan mendapatkan materi besar (gaji besar), tentu ia akan kehilangan motivasi belajar ketika tidak mendapatkan gaji tersebut, dan juga ia akan berhenti belajar, ketika ia sudah mendapatkan apa yang ia inginkan.
Ketahuilah, kuliah adalah keberuntungan yang dimiliki seseorang. Banyak di sekitaran kita, tidak bisa merasakan menjadi seorang mahasiswa maupun sebagai sarjana. Bila kita pahami, menjadi sarjana adalah nikmat yang Tuhan diberikan kepada kita, tentu ini menjadi sebuah takdir yang baik. Begitu pun, ketika kita bisa bersedekah, kita sudah dipilih oleh Tuhan menjadi pelaku sedekah, berapa banyak seseorang yang memiliki harta banyak, namun tidak menjadi pelaku sedekah? Tentu ini adalah analogi supaya mudah dipahami. Lalu apa yang harus diniatkan ketika berkuliah? Penulis akan menjawab dengan pengalaman pribadi maupun sisi pengalaman orang lain.
Niat pertama adalah karena ikhlas. Dengan begitu, apapun yang ia dapatkan saat lulus nanti, kecil maupun besar, ia akan merasakan kepuasan tersendiri, karena ketika ingin melanjutkan ke perguruan tinggi ia memiliki hati yang ikhlas, ikhlas dalam mendapatkan ilmu, ikhlas dalam mengeluarkan biaya, tenaga, hingga pikirannya. Bukankah orang yang selalu ikhlas dalam berbuat kebaikan selalu mendapatkan hasil yang baik? Semua agama apapun pasti membahas itu dan mempercayainya. Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai.
Niat kedua, relasi. Memiliki tujuan mendapatkan relasi atau pertemanan, bukankah itu ber-silaturahmi? Bukankah Tuhan akan berikan rejeki bagi yang menjalin silaturahmi? Dengan memiliki relasi, kita akan mudah mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Tentu dengan menjaga hubungan baik kepada siapapun. Teman, dan kerabat kita tentu akan memberikan kesempatan kepada kita, bahkan mengajak kerjasama dalam bisnis atau pekerjaan misalnya. Dengan banyak memiliki relasi, mempermudah langkah kita dalam masuk ke berbagai circle tertentu.
Niat ketiga, merubah cara berpikir. Tentu ini sulit dan butuh waktu untuk mempelajari-nya, apalagi kita bukan dari keturunan keluarga privilege. Dengan memiliki niat agar bisa merubah cara berpikir, tentu kita akan bertindak, belajar, dan berkomunikasi lebih baik lagi dari sebelum menjadi mahasiswa. Tentu ini berdampak pada peluang kita dalam meraih kesuksesan dalam hidup. Ketika cara berpikir kita lebih baik dalam menjalani hidup, tentu kita tidak akan mengambil keputusan secara keanak-anakan, kita akan lebih dewasa secara psikologis maupun tindakan. Berpikir atau mindset yang baik, akan menghasilkan pemikiran yang baik pula. Seseorang yang baik, tentu akan mendapatkan pekerjaan yang baik.
"Kuliah bukan hanya tentang meraih gelar atau pekerjaan yang layak, melainkan tentang menemukan tujuan sejati hidup. Dengan niat yang tepat - ikhlas, relasi, dan merubah cara berpikir - kita dapat meraih kesuksesan yang sebenarnya dan menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan biarkan ekspektasi materi menghalangi kepuasan dan kesadaran akan nikmat yang telah diberikan. Tetaplah bersemangat, belajar, dan berbagi. Karena apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H