Mohon tunggu...
Fiqih P
Fiqih P Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Semarakkan literasi negeri

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langit Tanpa Awan

2 Juli 2018   11:29 Diperbarui: 2 Juli 2018   11:29 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita menuntaskan SMA bersama. Kita berpelukan usai melihat nama kelulusan kita di papan pengumuman. Sungguh aku mengikutinya dan benar-benar belajar untuk masuk perguruan tinggi negeri. Semua agar bisa bersamamu.

Aku berhasil. Kau sudah tentu berhasil, karena memang kau pintar. Di kampus itu kita selalu bersama. Kita sungguh dekat. Aku menyukaimu, tapi kita tidak dalam komitmen cinta.

Kita berdua lulus dari kampus dengan status cume laude. Yah tak heran, jika menapak tilas kebersamaan kita 6 tahun belakangan. Nyatanya kita lulus juga di tempat kerja yang sama.

***

"Bukankah cerita kita menarik?"

Kau menangis, kita berdua kini berada di halaman kantor. Sama seperti dulu saat langit tanpa awan. Kita ada di bawahnya.

"Aku takut kau hanya menganggap ku sahabatmu?"

"Ternyata kita memang selalu sama. Aku pun juga beranggapan seperti itu. Hingga aku tak dapat mengungkapkan perasaan ini,"

"Aku akan resign. Tak mungkin aku di kantor ini, melihatmu telah dimiliki lelaki lain,"

Sri Rampah 2/7/2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun