"Tahukah kau, aku jauh lebih cerdas darimu."
Kalimat itu tak bisa kubantah. Jack memang sangat cerdas melebihi siapapun. Apa tujuan dan maksud setiap perbuatannya, takkan pernah kita mengerti. Menurutnya perempuan secantik Lily yang buta itu adalah bagian dari kebobrokan semesta.
"Apa semesta bisa menjawabku, ketika perempuan sesempurna Lily harus mendapatkan kekurangan pada penglihatannya," kata Jack.
Aku hanya bergumam. Tak mungkin kubantah ucapannya, hanya semakin menambah panjang perdebatan.
Pada perjalanan terakhir kami bertemu, aku dan Jack melihat sebuah pertikaian. Perang yang selalu terjadi di kota itu. Aku dan Jack melihat perempuan tewas terkena peluru mortir. Anak-anak menangis, sebagian bersimbah darah. Namun, perang tetap berkecamuk. Tanpa takut apapun, Jack berdiri di tengah-tengah perang itu dengan mengantongkan kedua lengannya.
Aku menariknya, mencari tempat yang aman. "Apa yang kau lakukan Jack, kau bisa mebahayakan dirimu,"
"Itulah semesta, yang tak pernah menghindari pertikaian, peperangan. Semesta membuat kita serakah akan dunia. Sudahkah kau melihatnya dengan jelas Dave."
"Lalu, kita harus apa Jack. Semesta sudah memang begini sejak dulu. Kita berdua tak akan mampu merubahnya," kataku meyakinkan.
"Maka, aku akan menghapus semesta dari diriku," jawab Jack.
Sejak itu aku tak pernah lagi bertemu dengannya. Sebenarnya aku sangat merindukan sosoknya. Terlebih pesta pernikahanku sudah dekat. Entah kemana dia, tak memberiku kesempatan untuk menjadikannya sosok penting dalam pernikahanku.
Sehari sebelum pernikahanku, aku melewati tempat perempuan buta penjual bunga kertas. Lily, ada yang beda darinya. Saat kedatanganku, aku merasakan dia seperti melihatku dengan jelas. Matanya sangat mirip dengan mata Jack.