Tulisan ini hanya merupakan analisis politik penulis, dilihat dari berbagai sisi dan situasi politik tanah air melalui sudut pandang yang berbeda.
Si yang paling dinanti, "Siapa Capres PDIP?"
Meskipun publik belum tahu siapa yang akan dijagokan oleh PDIP, namun gema politik sudah terdengar riuh menjagokan Ganjar sebagai kandidat dengan elektabilitas tertinggi. Akan tetapi, kepastian calon dari partai Banteng ini sepertinya baru akan diumumkan pada masa "injury time" untuk memberikan efek kejut kepada lawan. Ganjar sendiri sudah menyatakan kepatuhannya sebagai kader partai Banteng dan akan tegak lurus pada keputusan partai. Dengan begitu, skenario politik yang akan bergulir selanjutnya berada di ujung pena Megawati Soekarno Putri selaku Ketua Umum PDI Perjuangan.
Tidak bisa dipungkiri, karakter Megawati sudah sejak lama teruji dengan berbagai intrik politik sehingga keputusannya sangat dinanti oleh semua partai. Apakah PDIP akan maju sendiri ataupun berkoalisi dengan partai lain tentu sudah dikalkulasi dengan matang. Bukan tidak mungkin, koalisi dengan Nasdem terjadi di masa depan jika skenario politik utamanya adalah PDIP vs Gerindra yang mengulang kontestasi 2019. Hanya waktu yang akan menjawab.
Dengan bergulirnya nama Puan dan Ganjar selama beberapa pekan ke belakang, tentu sangat menguntungkan PDIP karena dengan begitu, banyak analis hingga media ramai membahas sosok keduanya. Ujung-ujungnya nama PDIP semakin sering menggema dalam ruang-ruang publik, dibahas secara gratis hingga sampai ke telinga masyarakat. Strategi ini tidak hanya menguntungkan bagi PDIP, tapi juga bagi Puan dan Ganjar selaku kader partai PDIP. Hal ini membuktikan bahwa PDIP sebagai partai pemenang pemilu berhasil melakukan kaderisasi internal.
Nasdem terdepan: Mengusung Anies jadi Capres
Sirine politik Indonesia mulai nyaring berbunyi seiring dengan dideklarasikannya Anis Baswedan sebagai kandidat calon presiden dari Nasdem pada Senin, 3 oktober 2022 yang lalu. Deklarasi pengusungan Anis tersebut mendapat banyak reaksi dari berbagai kalangan, pro maupun kontra sama hebohnya. Namun, yang harus diperhatikan, apa yang membuat Nasdem selaku Partai dengan perolehan kursi DPR tahun 2019 hanya sebesar 10,26% berani mengambil langkah tajam mengusung seorang Anies? Bukankah ambang batas 20% menjadi kendala yang amat berarti bagi suksesi pemilu 2024?
Meskipun begitu, Nasdem kini tengah menjajaki koalisi dengan Demokrat dan PKS yang jika berhasil, koalisi ini akan mengantongi tiket pencalonan presiden dan wakil presiden sebesar 28,35%. Lebih dari cukup untuk memuluskan jalan seorang Anies dalam kontestasi kedepan. Namun dalam imajinasi penulis, apakah Nasdem akan memilih jalan sederhana tersebut? Atau justru posisinya kini tengah menunggu PDIP? Tentu deklarasi Anies kemarin bisa saja mengusik sang Banteng merah yang lagi asyik "pemanasan" menuju pertarungan 2024.
Faktanya posisi Anies saat ini sebagai calon Presiden yang akan diusung oleh Nasdem terus menguat, meskipun diikuti pula oleh suara-suara kader partai yang tidak setuju. Namun hal tersebut tidak membuat langkah Anies terhenti. Dalam beberapa hari setelah Deklarasi, Anies dengan mantap melakukan "pendekatan politik", yang nampak jelas adalah ketika ia berkunjung ke Demokrat menemui Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat. Selain itu, Anies dan petinggi partai PKS juga sempat beberapa kali terlihat vertemu secara informal. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut memang belum ada kesepakatan politik yang muncul, namun publik mulai menerka-nerka jika Demokrat akan ikut bergabung dalam gerbong politik yang mulai dibangun oleh Nasdem, mengusulkan Anies sebagai kandidat calon presiden 2024.