Mohon tunggu...
Bung Fiqhoy
Bung Fiqhoy Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat sastra dan jelajah rasa

Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya untuk Indonesia Raya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terlengkap! Mengenal Pakaian Adat Suku Gorontalo, Apa Saja?

7 Oktober 2022   17:16 Diperbarui: 12 Oktober 2022   15:58 11485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan Gorontalo menggunakan Madipungu berwarna merah

Sekilas tentang Gorontalo

Jazirah Gorontalo luasnya terbentang tepat di lengan bagian utara Pulau Sulawesi dan diapit oleh Laut Sulawesi dan Teluk Tomini. Dengan letaknya yang strategis, Gorontalo telah sejak zaman Kerajaan dahulu menjadi hub atau pusat lalu lintas perniagaan dan mobilitas penduduk dari berbagai daerah di Indonesia hingga migrasi penduduk dari Jazirah Arab maupun Tiongkok. 

Selama berpuluh-puluh tahun, kemajemukan penduduk di Gorontalo akhirnya menjadu padu, menyatu dan memperkaya kebudayaan asli masyarakat Gorontalo hingga menjadi seperti sekarang ini yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. 

Pada tahun 1907, sebuah tulisan ilmiah dari Profesor Cornelis van mengkalisifikasikan Gorontalo sebagai wilayah hukum adat ke-9 di Indonesia, yang lengkapnya adalah sebagai berikut:

  • Tanah Aceh
  • Tanah Gayo dan Batak
  • Tanah Minangkabau
  • Sumatera Selatan (seluruh wilayah di Sumatera bagian Selatan)
  • Tanah Melayu (Seluruh wilayah Timur Sumatera, Lingga-Riau, Indragiri)
  • Bangka dan Belitung
  • Borneo (seluruh tanah Dayak Kalimantan kecuali Sarawak dan Borneo Utara)
  • Minahasa
  • Gorontalo
  • Sulawesi Selatan
  • Wilayah Toraja
  • Kepulauan Ternate
  • Ambon dan Maluku
  • Tanah Papua
  • Kepulauan Timor
  • Bali dan Lombok
  • Jawa Tengah, Jawa Timur serta Madura
  • Daerah Kerajaan (Yogyakarta dan Surakarta)
  • Jawa Barat (Tanah Pasundan)

Dalam adat istiadat masyarakat Gorontalo, perempuan mendapatkan status sosial maupun kedudukan yang istimewa dan paling dihormati, misalnya seperti dalam posisi pengantin, perempuan akan berada disisi kanan suami, berbeda dari pelaminan pada umumnya.

Sebagai suku dengan populasi terbesar di wilayah utara Pulau Sulawesi, Gorontalo memiliki banyak tradisi dan kebudayaan yang mengakar bersama nilai-nilai Islam yang menjadi filosofi dasar masyarakat berjuluk negeri Serambi Madinah ini. Salah satunya adalah pakaian adat yang dikenakan oleh pria maupun Wanita Gorontalo yang terdiri dari:

Pakaian Adat Wanita Gorontalo

  • Bili'u

Bili'u adalah salah satu pakaian adat Gorontalo yang wajib digunakan mempelai wanita dalam upacara adat pernikahan. Dalam tata urutan pakaian adat perempuan Gorontalo, Bili'u adalah pakaian tradisional yang paling lengkap ornamen adatnya, dan paling tinggi kedudukannya karena disertai pula dengan penggunaan mahkota adat yang lengkap.

Pakaian Bili'u berwarna merah bata digunakan oleh perempuan Gorontalo
Pakaian Bili'u berwarna merah bata digunakan oleh perempuan Gorontalo

Bili'u berasal dari kata bilowato, artinya adalah "yang diangkat". Secara harfiah dimaknai bahwa perempuan yang menggunakan Bili'u akan diangkat derajatnya dengan memperlihatkan ayuwa (sikap) dan popoli (tingkah laku) yang santun, termasuk sifat dan pembawaanya yang baik di lingkungan keluarga. Pasangan dari pakaian adat Bili'u adalah Paluwala, sebagai pakaian adat yang digunakan oleh laki-laki suku Gorontalo.

  • Hamseyi

Hamseyi meupakan baju adat yang digunakan oleh perempuan Gorontalo dalam upacara adat tolobalango atau peminangan (lamaran) serta digunakan pula pada malam mopotilandahu (malam pertunangan). 

Hamseyi berbeda dengan pakaian adat gorontalo lainnya karena ornamen maupun aksesorisnya tidak sesederhana Madipungu dan tidak selengkap Bili'u.

Pakaian Hamseyi digunakan oleh perempuan Gorontalo
Pakaian Hamseyi digunakan oleh perempuan Gorontalo
  • Madipungu

Madipungu adalah baju adat yang digunakan oleh perempuan Gorontalo dalam berbagai kegiatan adat maupun kegiatan resmi pemerintahan. Madipungu biasanya digunakan dalam beberapa acara adat, yaitu:

  • Upacara adat Mome'ati (Be'at atau Bai'at atau Baiat), merupakan upacara adat yang dilaksanakan pada anak perempuan di masa remaja dan saat memasuki usia akil baligh.
  • Upacara adat Tolobalango (Peminangan atau Lamaran), merupakan upacara peminangan dengan adat Gorontalo

Perempuan Gorontalo menggunakan Madipungu berwarna merah
Perempuan Gorontalo menggunakan Madipungu berwarna merah

Perbedaan antara baju adat Bili'u, Hamseyi dan Madipungu yang digunakan oleh perempuan suku Gorontalo dapat dilihat dari 2 aspek utama yaitu bawahan rok yang digunakan serta ornamen pelindung tubuh antara leher dan perut. Jika pada Bili'u dan Hamseyi, rok bawah memiliki belahan terbuka memanjang, sedangkan pada Madipungu bawahan rok tidak memiliki belahan dan tertutup dihiasi oleh ornamen aksesoris khas Gorontalo.

Selain itu, ornamen bagian depan antara leher dan perut pada Madipungu berbeda dengan Bili'u dan Hamseyi karena jumlahnya sedikit dan tidak terlalu besar, sedangkan Bili'u dan Hamseyi memiliki penutup dada depan besar serta memanjang dari leher hingga ke perut.

  • Wolimomo

Wolimomo merupakan salah satu pakaian adat kebesaran perempuan suku Gorontalo yang wajib digunakan pada berbagai upacara adat, salah satunya pada saat akad nikah. Dalam tata urutan kehidupan masyarakat Gorontalo, Wolimomo pada prinsipnya digunakan pada 3 (tiga) peristiwa penting dalam perjalanan hidup perempuan gorontalo, yaitu:

  • Upacara adat Mome'ati (Be'at atau Bai'at atau Baiat), merupakan upacara adat yang dilaksanakan pada anak perempuan di masa remaja dan saat memasuki usia akil baligh
  • Upacara adat Akaji (ijab kabul pada akad nikah) merupakan rangkaian upacara adat pernikahan yang dijalani oleh mempelai perempuan saat menikah
  • Upacara adat Molontalo (Raba Puru atau Menyentuh Perut) merupakan upacara adat yang dilaksanakan pada perempuan yang memasuki bulan ke- 7 kehamilan

Wolimomo berwarna merah emas digunakan perempuan Gorontalo
Wolimomo berwarna merah emas digunakan perempuan Gorontalo

Disamping itu, Wolimomo juga digunakan dalam upacara adat Mome'ati (Be'at atau Bai'at), yang merupakan upacara adat bagi anak perempuan di masa remaja dan saat memasuki usia akil baligh.

  • Galenggo

Galenggo merupakan pakaian adat yang digunakan oleh para Mbu'i-Mbu'i (perempuan Gorontalo) dalam berbagai kegiatan upacara adat. Pada umumnya, Galenggo dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis baju kurung yang digunakan pada ragam kegiatan, diantaranya:

  • Upacara adat Pohutu Moponika (Upacara Pernikahan), digunakan oleh para perempuan dari pihak keluarga maupun para tamu undangan yang menghadiri acara tolobalango (peminangan atau lamaran), akaji (akad nikah), depito dutu (antar harta), dan saat resepsi pernikahan
  • Upacara adat Pulanga (Pemberian Gelar Adat Gorontalo), digunakan oleh para perempuan yang mendapatkan gelar adat maupun yang menghadiri upacara adat

Galenggo digunakan perempuan Gorontalo
Galenggo digunakan perempuan Gorontalo

Galenggo juga digunakan pada berbagai kegiatan seremonial resmi maupun kasual oleh para perempuan Gorontalo seperti acara peringatan proklamasi kemerdekaan, sidang paripurna, dan kegiatan lainnya sebagai ajang promosi budaya daerah layaknya penggunaan Kebaya pada acara-acara resmi

Pakaian Adat Pria Gorontalo

  • Paluwala

Paluwala merupakan baju adat yang digunakan oleh para pria suku Gorontalo dalam berbagai kegiatan kebesaran adat yang sakral. Pada zaman Kesultanan, pakaian ini menjadi salah satu pakaian kebesaran Sultan atau Raja yang dipakai saat menghadiri sidang adat. Pasangan dari pakaian adat Paluwala adalah Bili'u, yang dikenakan oleh para perempuan Gorontalo.

Paluwala berwarna merah digunakan oleh pria Gorontalo
Paluwala berwarna merah digunakan oleh pria Gorontalo

Paluwala pada hakikatnya bermakna sebagai tudung kepala atau mahkota. Secara filosofis maupun bentuknya, Paluwala diartikan sebagai sebuah pakaian yang memiliki ikatan kesetiaan secara vertikal maupun horizontal. Maknanya adalah seorang pria yang mengenakan Paluwala wajib menjaga keterikatan, kesetiaan, dan kehormatannya secara vertikal di hadapan Allah swt, Tuhan yang maha esa serta turut pula menjaga keterikatan, martabat, kesetiaan, dan kehormatannya di hadapan istri serta keluarga.

  • Payunga

Payunga merupakaian pakaian tradisional suku Gorontalo yang digunakan oleh para laki-laki. Secara umum, ada beberapa aktifitas yang wajib menggunakan Payunga, yaitu:

  • Upacara adat Moluna (khitan): digunakan oleh laki-laki Gorontalo saat dikhitan dan dibai'at atau be'at
  • Upacara Akaji atau Ijab Kabul pada acara akad nikah: pakaian payunga umumnya digunakan oleh mempelai laki-laki dalam acara akad nikah.
  • Upacara adat Molontalo: payunga juga wajib digunakan saat prosesi Molontalo (upacara adat selamatan 7 bulan kehamilan)
  • Upacara adat Pulanga: pada upacara pulanga (pemberian gelar adat kepada seseorang yang memiliki karya bakti kepada tanah leluhur, bangsa, dan negara), Payunga juga wajib digunakan.

Pakaian Payunga berwarna kuning emas digunakan pria Gorontalo
Pakaian Payunga berwarna kuning emas digunakan pria Gorontalo

Payunga biasanya digunakan bersama dengan Wolimomo, Hamseyi, maupun Madipungu yang digunakan oleh perempuan Gorontalo, tergantung dari upacara adat yang diikuti.

  • Takowa

Takowa adalah salah satu pakaian adat Gorontalo yang digunakan oleh laki-laki suku Gorontalo. Secara harfiah, kata Takowa berasal dari kata Taqwa atau Takwa, yang artinya meyakini keesaan Allah s.w.t dengan menjauhkan diri dari perbuatan syirik dan patuh akan segala perintah-Nya. Pakaian adat Takowa mengilhami setiap laki-laki Gorontalo yng mengenakannya agar senantiasa menjaga keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang maha esa dengan menjadi sebaik-baiknya muslim di dunia.

Pakaian Takowa Da'a berwarna ungu muda digunakan oleh Penjabat Gubernur Gorontalo
Pakaian Takowa Da'a berwarna ungu muda digunakan oleh Penjabat Gubernur Gorontalo

Pakaian Takowa banyak dipengaruhi oleh budaya melayu dan budaya arab yang berasimilasi dengan kebudayaan Gorontalo. Pakaian ini seringkali digunakan pada beberapa kegiatan, diantaranya:

  • Upacara adat Pohutu Moponika (upacara adat pernikahan), digunakan oleh orang tua laki-laki dari kedua belah mempelai. Selain itu juga digunakan oleh tamu laki-laki yang menghadiri acara
  • Upacara adat Pulanga (penobatan gelar adat), digunakan oleh penerima gelar pulanga maupun para tamu undangan pria yang hadir dalam acara tersebut. Perbedaannya terletak dari warna dan motif Takowa yang akan menerima Pulanga maupun yang telah mendapatkan gelar adat, berwarna hitam dan putih gading.
  • Acara perayaan keagamaan, dapat digunakan oleh laki-laki Gorontalo saat sholat idul fitri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun