Mohon tunggu...
Rizky Rizky
Rizky Rizky Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya seorang yang ingin belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Indahnya Berbagi Sekalipun Sekedar Masker

15 Februari 2014   06:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:48 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Seperti  biasa tadi pagi saya bangun  jam 4.30 dan dilanjutkan sholat subuh….selanjutnya saya tidur lagi..hhmm kebiasaan yang sebetulnya kurang baik. Kemudian jam 7.00 pagi tadi aku kembali terbangun dan terkejut karena hari seolah masih gelap…”Ah..jam dinding itu ngacau” pikirku. Aku coba cek jam di hape yang ternyata  juga tepat jam 7 pagi, tapi mengapa hari masih terasa gelap?  Setelah aku tengok jendela, terjawablah rasa penasaran itu, “Hujan Abu…!!”.

[caption id="attachment_295509" align="alignnone" width="564" caption="sumber: dok pribadi"]

1392394842270533322
1392394842270533322
[/caption]

Erupsi Gunung Kelud di Malang itu sungguh dahsyat, sekalipun berjarak kurang lebih 210 km dari rumahku hujan abu itu betul-betul tebal, bahkan lebih tebal dari Erupsi Merapi yang terjadi  tahun 2010 yang lalu. Daun-daun tanaman disekitar rumah hampir semua berubah  warna menjadi abu-abu, pun demikian dengan genting rumah dan jalan-jalan di kampung. Saya iseng-iseng coba ukur seberapa tebal  abu tersebut menyelimuti  jalan setapak di muka rumahku…woow  1 cm lebih. Abu ini jelas lebih tebal dari Erupsi Merapi yang lalu padahal merapi hanya 30 km dari tenpat  tinggalku. Artinya? Letusan Gunung Kelud amatlah dahsyat. Saya tidak bisa membayangkan  bagaimana nasib saudara-saudata kita yang  tinggal di sekitar Gunung Kelud, semoga saudara-saudara kita yang tingggal di Kediri,  Blitar dan Malang tidak ada korban jiwa akibat erups i ini. Amien.

[caption id="attachment_295510" align="alignnone" width="605" caption="sumber: dok.pribadi"]

13923950151349043669
13923950151349043669
[/caption]

Aku mulai malas beraktifitas mengingat hujan abu yang juga tidak kujung reda, namun SMS dan bunyi telepon itu merubah persepsiku. “ Ayo kita bekerja sebagai relawan” demikian suara Mas Slamet di ujung telepon sana. Mas Slamet adalah Koordinator Relawan di Omah Paseduluran, sebuah organisasi sosial yang peduli terhadap persoalan tanggap bencana. “ Banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan masker sekarang, padahal persediaan di Apotik terbatas” lanjutnya.

“Siap “ jawabku. “ Kita barusaha memperoleh donasi  4500 buah masker  untuk dibagikan kepada warga  Yogyakarta” tegas Mas Slamet berusaha menyakinkan.

Perjalananku menuju kantor sungguh merupakan perjuangan, jalan acapkali tertutup debu yang beterbangan tersapu mobil yang melintas berlainan arah. Adakalanya saya juga berhenti  karena arah jalan betul betul tidak terlihat. Lampu tanda bahaya terus dinyalakan sebagai pengaman di  jalan. Sesampai  di kantor sudah banyak teman lain berkumpul. Kita dibagi menjadi 2 tim dengan mobil yang berbeda-beda. Satu tim menelusuri keramaian Kota Jogja yang saat itu cenderung sepi dan diteruskan menelusuri di daerah Sleman.  Tim lain yang dipimpin mas Slamet menelusuri Bantul Kota , dan menelusuri jalan-jalan pedesaan di Sewon, Jetis, Imogiri, Pandak dan Srandakan.

[caption id="attachment_295512" align="alignnone" width="551" caption="sumber : dok pribadi"]

1392395140573318111
1392395140573318111
[/caption]

Pekerjaan ini  awalnya sangat membosankan, mata kadang perih terkena debu, rambut jadi  kusut, pun demikian dengan pakaian yang  tampak kumal dan lusuh  terkena debu. Setelah jam 15 kerjaan baru terasa asyiik… hampir semua masyarakat di Bantul keluar rumah bekerja bakti, mereka menyiram halaman, trotoar bahkan jalan-jalan raya yang berdebu tebal.

Mobil kami terus bergerak dari satu tempat ke tempat lain…kami selalu berhenti  jika ada kerumunan orang yang berkerja bakti, kami bagikan masker..mereka mendekat dan tersenyum bahagia ….”jangan berebut dan jangan kuatir saudaraku masker ini masih cukup untuk kita semua” pikirku. Lumayan capek namun senang ikut berbagi .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun