Mohon tunggu...
Fiona Harumia
Fiona Harumia Mohon Tunggu... Lainnya - penulis

Lahir di Surabaya, Jawa Timur. Punya gairah menulis dan tertarik pada seni, khususnya seni sastra, musik, dan peran sejak masih SD. Mulai serius dengan dunia kepenulisan sejak saat di bangku kuliah. Pernah bekerja setelah lulus kuliah, namun kembali mempertimbangkan untuk kembali ke dunia menulis lagi sampai saat ini. Secara singkat tentang kepribadian saya, saya termasuk orang yang suka berpikir dan berinovasi dan suka mewujudkan itu dalam kehidupan. Biasanya saya terlihat pendiam, tapi sebenarnya sangat antusias bila diajak bicara tentang topik yang saya suka dan hal-hal mendalam. Terlihat kaku dan cuek, namun sebenarnya ramah dan suka bekerja di bidang kreatif dan fleksibel. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Grit, Sebuah Formula Sukses Masa Depan

17 Desember 2022   20:33 Diperbarui: 17 Desember 2022   20:37 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang yang mengira bahwa keberhasilan dapat dicapai karena bakat luar biasa yang dimiliki seseorang. Tak hanya itu, status sosial, geografis, dan modal yang cukup juga dianggap alasan utama kesuksesan seseorang, namun ternyata banyak perjuangan yang harus dilakukan dan menjadi faktor yang lebih penting daripada semua itu. Hal-hal yang terlihat dipermukaan membuat kita mengesampingkan fakta yang jarang terlihat dibalik keberhasilan seseorang, bahwa diperlukan dorongan yang sangat kuat dari dalam diri seseorang untuk menjadi hebat dalam bidangnya masing-masing.

Grit merupakan sebuah faktor yang membuat seseorang mampu melakukan hal-hal yang luar biasa dalam bidangnya masing-masing. Grit menuntut seseorang untuk memiliki ketekunan yang berkelanjutan dalam mencapai  tujuan jangka panjang. Hal yang membuat grit menjadi syarat yang sulit untuk dilakukan adalah bahwa seseorang harus tetap fokus dan gigih dalam meraih tujuannya tanpa bergantung pada penghargaan dan pengakuan dari orang lain. Grit juga memiliki dua dimensi yang saling melengkapi satu sama lain, passion (minat yang berkepanjangan) dan perseverance (kegigihan). 

Passion memang penting dalam membangun grit yang tinggi. Tanpa passion, kinerja seseorang memiliki kualitas yang rendah, walaupun sudah memiliki kegigihan dalam bekerja. Hal ini juga akan mengganggu kondisi mental orang tersebut, karena tertekan dan tidak bisa merasakan kepuasan dan momen flow dalam melakukan pekerjaannya. Passion merupakan konsistensi minat, kemampuan mempertahankan, dan mendalami hal yang diminati dalam waktu yang panjang. Passion sendiri memerlukan waktu yang lama untuk ditemukan karena butuh pelatihan dan pengembangan yang terus-menerus. Passion juga tidak hanya harus terdiri dari satu bidang yang spesifik tapi juga bisa terdiri dari beberapa bidang yang diminati.

Ketika sudah mengenali grit, maka perlu diketahui bahwa grit juga memiliki empat tipologi yaitu achiever, planner, executor, dan pivoter. Orang yang termasuk golongan achiever sudah mampu menetapkan tujuan dan tekun dalam mencapai tujuan itu. Seperti namanya, planner merupakan orang yang mampu merancang tujuan, tahu passion yang menjadi sasarannya, dan memiliki ketekunan. Berbeda dengan dua golongan diatas, executor hanya memiliki ketekunan namun belum bisa menentukan arah atau tujuan, sehingga masih perlu bimbingan dari mentor. Pada level pivoter, golongan ini belum mengenali minat pribadi, sehingga masih butuh bantuan agar tidak menyerah atau hilang fokus.

Ketika kita sudah bisa mendeteksi golongan grit yang menggambarkan diri kita, maka lebih mudah untuk kita mengevaluasi dan membangun grit dengan cara tertentu. Membangun grit juga memerlukan aspek harapan. Harapan berisi optimisme bahwa kita bisa memperbaiki masa depan. Kita harus bergerak aktif memperbaiki masa depan, bukan hanya berharap dalam imajinasi bahwa masa depan akan lebih baik. Harapan dibangun dengan mengubah cara kita berpikir mengenai kegagalan, dari pesimis menjadi optimis. Cara berikutnya adalah dengan melakukan deliberate practice atau latihan yang diniatkan. Melakukan latihan yang diniatkan memang menimbulkan rasa yang tidak nyaman, namun timbal baliknya adalah rasa puas. Rasa puas juga bisa ditemukan saat melakukan deliberate practice. Pertama, dengan melihat gambaran besar dari apa yang kita lakukan (tujuan dan makna besar). Kedua, dengan menumbuhkan motivasi intrinsik yang merupakan motivasi dari dalam diri sendiri. Ketiga adalah mengurangi motivasi eksternal, seperti popularitas, tuntutan orang tua, dan lain sebagainya. Melakukan deliberate practice juga diperlukan beberapa hal seperti membuat tujuan yang jelas dan spesifik, konsentrasi dan fokus penuh, ada umpan balik, dan melakukan latihan berulang-ulang dengan refleksi dan perbaikan, bukan hanya sekedar mengulang namun harus ada peningkatan.

 Setelah berlatih, tentunya wajib ada peningkatan yang berkelanjutan. Ada tiga kurva yang menggambarkan peningkatan kemampuan kita, yaitu arrested development, dropout, continuous improvement. Arrested development adalah titik dimana kita pernah merasa cukup berkompeten, namun tidak mengasahnya lagi. Lama-lama aktivitas itu jadi membosankan dan tidak ada tantangan. Dropout adalah posisi saat kita tidak lagi melatih kemampuan yang dahulu sempat dipelajari, sehingga kemampuan itu menurun drastis. Continuous improvement adalah posisi saat kita terus menerus berlatih dan mengasah kemampuan kita dalam jangka waktu panjang, sehingga kemampuan tersebut terus meningkat seiring waktu.

Latihan yang terus menerus akan membawa kita pada titik yang lebih tinggi. Kita bisa memperoleh pencapaian yang dapat diperoleh dengan rumus achievement. Rumus achievement yang pertama adalah talenta yang dibarengi dengan usaha akan menghasilkan skill. Kita perlu melatih minat dengan disiplin dan fokus sehingga akan berkembang menjadi skill, yaitu ketika kita sudah menguasai bidang yang kita suka (mastery). Rumus kedua adalah skill yang dibarengi usaha akan menghasilkan achievement. Kita bisa meraih pencapaian dalam bidang yang kita kuasai ketika skill kita pupuk dengan usaha yang tekun.

Meskipun grit adalah sebuah nilai positif yang dimiliki seseorang, grit juga memiliki dampak buruk jika tidak disertai dengan self-control yang baik. Seseorang bisa menjadi sangat keras kepala karena berlebihan dalam berusaha untuk meraih tujuan tanpa menghiraukan tanda bahaya dan memperbesar masalah bila usahanya tetap dilanjutkan. Selain itu, seseorang bisa melupakan hal penting lainnya yang tak kalah penting, seperti relasi dengan keluarga atau teman dan kesehatannya. Maka dari itu, perlu bijaksana untuk mengetahui saatnya untuk berhenti melanjutkan usaha kita dan melakukan hal yang tepat di waktu yang tepat. Ketika kita sudah berada dalam  kondisi sangat sulit dan merasa sangat jenuh dalam usaha mencapai sesuatu untuk meningkatkan peforma, itulah kondisi the dip. Berhentilah melanjutkan usaha ketika suatu hal tidak membawa kita kemana-mana, tidak menunjukkan perkembangan dan memberikan umpan balik positif pada diri kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun