Mohon tunggu...
Fiola Beta Resti
Fiola Beta Resti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Halo semua selamat datang!!! terima kasih sudah mengunjungi profile kami.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemerataan Akses Pendidikan Berkualitas Di Indonesia

25 Agustus 2023   04:59 Diperbarui: 25 Agustus 2023   05:06 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jejak Anak Muda Indonesia: Gagasan Ksatria Airlangga melalui Akselerasi Kajian SDGs Untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045

Pemerataan pendidikan adalah suatu pemberian hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak kepada seluruh warga Indonesia tanpa terkecuali. Kata "layak" dan "seluruh warga Indonesia tanpa terkecuali" sebagai topik utama dalam hal ini. Sehingga pemerataan pendidikan yang berkualitas sendiri berarti seluruh warga Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas tanpa terkecuali.

Pentingnya kualitas pendidikan bagi bangsa sebagai acuan dalam mewujudkan visi "Indonesia Emas 2045" sebagai penentu kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan. Pendidikan juga merupakan kunci untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Salah satu tujuan SDGs yang berkaitan dengan pendidikan adalah tujuan ke-4, yaitu menjamin pendidikan inklusif dan berkualitas serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua.

Namun, kualitas Pendidikan di Indonesia masih belum bisa mencapai tujuan SDGs tersebut dikarenakan oleh banyak faktor yaitu perbedaan perlakuan pendidikan untuk masing-masing wilayah, kurangnya sarana dan prasarana yang memadai, kurangnya kualitas dan kesejahteraan guru, kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan, kurangnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan juga tingginya biaya pendidikan. Hal ini yang menyebabkan Masyarakat Indonesia menganggap Pendidikan tidak perlu menjadi prioritas mereka sehingga memilih untuk bekerja sedini mungkin.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), IPM Indonesia pada tahun 2020 adalah 71,92, yang menempatkan Indonesia di peringkat 107 dari 189 negara 1. Dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia (82,75), Singapura (85,81), atau Thailand (76,16), IPM Indonesia masih tergolong rendah 2.

Angka Partisipasi Sekolah (APS). APS adalah persentase penduduk usia sekolah tertentu yang mengikuti pendidikan formal pada jenjang tertentu. Menurut data BPS, APS Indonesia pada tahun 2020 adalah 95,67% untuk usia 7-12 tahun (SD), 79,07% untuk usia 13-15 tahun (SMP), dan 57,45% untuk usia 16-18 tahun (SMA) 3. 

Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian anak usia sekolah yang tidak mendapatkan pendidikan formal, terutama di jenjang SMP dan SMA. Angka Melek Huruf (AMH). AMH adalah persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf Latin atau Arab dengan lancar. Menurut data BPS, AMH Indonesia pada tahun 2020 adalah 95,34%, yang artinya masih ada sekitar 4,66% atau sekitar 10 juta penduduk Indonesia yang buta huruf 4. Angka ini masih jauh dari target Pendidikan untuk Semua (Education for All/EFA) yang ditetapkan UNESCO, yaitu mencapai AMH minimal 97% pada tahun 2015.

Adapun hasil PISA (Programme for International Student Assessment) tentang minat baca Masyarakat indonesia. Menurut hasil PISA tahun 2018, Indonesia berada di peringkat 73 dari 79 negara dengan skor rata-rata 371 untuk literasi membaca, 379 untuk matematika, dan 396 untuk sains. Skor ini masih di bawah rata-rata OECD yang masing-masing adalah 487, 489, dan 489.

Padahal untuk menghadapi era kemajuan zaman, sumber daya manusia harus memiliki kualitas agar negara tidak tertinggal dengan negara lainnya. Semua hal ini didasari oleh satu permasalahan pokok yaitu pemerataan pendidikan.

Sehingga kami Ksatria Airlangga sebagai anak bangsa ingin ikut serta dalam memberi solusi untuk hal ini. Salah satu cara yang dilakukan oleh Ksatria Airlangga untuk mewujudkan gagasannya adalah melalui akselerasi kajian SDGs. Seperti pengembangan program pendidikan inklusif bagi anak-anak berkebutuhan khusus melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Program ini bertujuan untuk memberikan akses yang setara bagi anak-anak berkebutuhan khusus ke pendidikan berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun