Zaman yang serba canggih ini menuntut saya dan kita untuk tetap bijak menghadapi setiap situasi.Gaya bicara kita sangat menentukan kenyamanan orang lain. Memang kita tidak tercipta untuk menyenagkan setiap pribadi tapi kita berhak untuk menciptakan ruang yang nyaman bagi setiap orang. Untuk menciptakan ruang yang nyaman itu tentulah kita harus mengasah etika juga memiliki etika dan skill dalam berbicara, salah satu contohnya itu adalah soft spoken.
Kebiasaan bertutur kata yang lembut dan sopan akan membuat orang lain nyaman bersama kita dimanapun kita berada. Saya sendiri mengupayakan gaya komunikasi ini baik ketika ditempat kerja maupun di tempat umum bahkan dalam menjalin relasi dengan orang-orang tertentu. Saya merasakan banyak manfaatnya ketika saya menerapkan soft spoken dalam diri saya. Ketika saya bertutur kata yang lembut dan sopan kepada setiap orang , saya merasa bahagia sendiri dan orang lain nyaman berbicara dengan saya. Bahkan ketika orang lain melakukan kesalahan  terhadap saya , saya tetap bisa menjawabnya dengan lembut dan sopan. Tidak membalas amarah dengan amarah melainkan membalas amarah dengan sapaan yang lembut.
Beberapa waktu yang lalu ketika mengakhiri tahun 2024, saya menghubungi teman saya via telepon. Dalam telepon tersebut saya menanyakan sesuatu hal yang kebetulan penting. Tetapi entah apa yang sedang dipikirkan saya dibentak, suaranya besar, dengan sigap saya mengakhiri telepon itu. Sejenak saya bermenung , apakah ada kata-kata yang salah yang saya lontarkan dan seingat saya tidak ada kata yang membuatnya harus marah. Mendengar suara bentakan itu saya terkejut dan shock. Pengalaman membuat saya bertanya-tanya mengapa dan mengapa. Saya memutuskan untuk menghubunginya kembali menanyakan ada apa sebenarnya yang terjadi. Singkat cerita alasannya karena suatu hal. Mulai dari pengalaman kecil ini saya berprinsip bahwa saya tidak akan pernah membentak orang dengan alasan yang tidak jelas karena saya memang sungguh tidak tahu situasi batin seseorang ketika saya bertelepon.Â
Pengalaman kecil ini membuat saya mengalami traumatik dalam hal bertelepon. Dampak positif dari pengalaman ini untuk saya adalah berusaha untuk tetap bertutur kata yang lembut dan sopan. Soft spoken bagi saya adalah salah satu skil dalam membangun kepribadian. Saya berpikir bahwa kalau tutur kata saya mampu memuat orang lain tersenyum dan berbahagia mengapa saya harus melukainya dengan kata-kata atau dengan bentakan. Saya berharap kehadiran saya sungguh menjadi kabar gembira bagi setiap orang yang saya jumpai dan saya layani. Sekalipun tidak mudah setidaknya saya mau berusaha untuk mewujudkan itu.
Memang tidak gampang membalas air tuba dengan air susu tetapi saya memiliki cara tersendiri untuk mewujudkannya, yakni :
1. Berpikir sebelum berbicara
Saya memikirkan kata-kata apa yang hendak saya sampaikan supaya saya dan dia sama-sama merasa enak. Memilih kata-kata yang tepat adalah cara yang paling ampuh untuk mempertahankan relasi agar tetap baik dan utuh.
2. Melakukan Dischermen
Menimbang kata-kata yang harus disampaikan adalah langkah awal untuk memulai perbincangan yang sehat. Jangan asal bunyi atau asal ngomong. Hendaknya setiap kata yang keluar dari mulut kita itu memiliki makna dan bermanfaat.Â
3. Tepat sasaran