Mohon tunggu...
finiez habeahan
finiez habeahan Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah cara sederhana untuk berbagi

Nemo dat Quot Non Habet

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesetiaan

12 September 2024   10:57 Diperbarui: 12 September 2024   11:00 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang anda pikirkan tentang kesetiaan ? Berbicara tentang kesetiaan bukanlah hal mudah. Kesetiaan tidaklah sekedar kata tapi lebih pada tindakan dan sikap kita. Suatu waktu saya dan teman-teman meluangkan waktu untuk membahas tentang kesetiaan yang mencair. Topik ini adalah salah satu poin dari salah satu ensiklik yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus.

Saya mengingat sebuah pengalaman, pada suatu kesempatan saya menghadiri pesta pemberkatan nikah teman saya. Dalam kesempatan itu saya menyaksikan bahwa mereka pasangan suami istri, dihadapan para imam, orangtua dan keluarga lainnya menyaksikan mereka berjanji setia antara yang satu dengan yang lain baik dalam suka maupun duka. Janji kesetiaan itu diteguhkan oleh Imam dan disaksikan banyak orang. Saat mengucapkan janji setia mereka terlihat semangat dan siap untuk menghadapi apapun yang menjadi konsekuensinya.

Sayangnya ,dalam perjalanan waktu ikatan itu menjadi pupus. Kesetian itu menjadi cair dan tidak lagi menjadi suatu pengikat diantara mereka dikarenakan salah satu dari mereka berpaling dari janji tersebut. Barangkali lebih tepat dikatakan kehilangan kontrol diri dan memilih jalan lain.

Mengingat pengalaman ini saya sebagai biarawati dihantar untuk merefleksikan kesetiaan yang juga sudah saya janjikan dihadapan para imam dan disaksikan oleh banyak orang. Kesetiaan saya maknai sebagai suatu aset yang mahal yang tidak bisa saya dapatkan dua kali. Kesetiaan itu saya ungkapkan melalui janji saya terhadap kongregasi dan saya hidupi melalui tugas peretusan saya, pilihan hidup saya dan setia terhadap proses yang saya lalui.

Saya tidak menyangkal bahwa kesetiaan itu akan mendatangkan banyak konsekuensi. Misalnya aturan-aturan yang ada, batas-batas yang tidak boleh saya lewati artinya kebebasan dalam hal tertentu memiliki tapal batas. Namun, sekalipun ada aturan-aturan yang ada tidak menghambat saya untuk menikmati rahmat Tuhan. Dengan aturan itu saya bisa memaksimalkan kualitas diri saya sebagai seorang selibat. Sehingga kata selibat itu tidak hanya sebagai label melainkan menyatu dengan diri, menjadi identitas diri kemanapun saya pergi.

Sebagai seorang selibat yang menghidupi kesetiaan saya berani berkata ya terhadap tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada saya. Disisi lain saya juga membangun sikap yang terbuka terhadap sesama agar saya tertolong dalam mengatasi persoalan-persoalan yang terajadi seperti krisis. Banyak orang berpendapat bahwa krisis itu akan dialami setiap orang dalam fase-fase tertentu. Bagi saya krisis itu bukanlah suatu hal yang lumrah terjadi. Mau mengalami krisis atau tidak diri sendirilah yang menjadi penentunya.

Menurut permenungan saya, ketika saya mampu berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan maka saya tidak akan pernah mengalami krisis. Penyerahan diri secara total tentu akan membantu saya untuk tetap fokus berpikir akan karya dan kehendak Allah dalam diriku. Saya akan mengarahkan hati dan pikiran saya terhadap hal-hal yang membuat saya semakin dekat dengan Tuhan.

Inilah gambaran kesetiaan yang saya hidupi selama ini. Saya berusaha agar self kontrol itu tetap ada. Sekalipun banyak tantangan yang mengahadang, perasaan-perasaan yang mengganggu ,ketika saya mampu membangun relasi yang sehat dengan sesama dan Tuhan maka saya akan keluar dari segala problema hidup.

Jadi berbicara tentang kesetiaan untuk saat ini memang tidak menarik. Tapi mau tidak mau kita harus membuktikannya kepada dunia bahwa kita mampu berlaku setia terhadap apa yang kita imani, terhadap tugas-tugas kita, terhadap pasangan ,terhadap pilihan hidup kita juga terhadap proses yang kita alami setiap saat.

Kesetiaan tentu menjadi sarana bagi kita untuk mewujudkan cinta sejati. Semoga kita mampu menjadi pribadi-pribadi yang setia dalam hal apapun. Janganlah kiranya kesetiaan kita itu menjadi pudar dan hilang begitu saja. Ingatlah, bahwa kesetiaan itu adalah salah satu aset yang membuat kita dekat dengan sang pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun