Mohon tunggu...
finiez habeahan
finiez habeahan Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah cara sederhana untuk berbagi

Nemo dat Quot Non Habet

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Miskin Bukanlah Takdir Tuhan

12 Agustus 2024   21:51 Diperbarui: 12 Agustus 2024   21:54 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keterbatasan manusia untuk berpikir sering membanya pada jalan yang salah. Banyak orang beranggapan bahwa kemiskinan itu adalah takdir, sudah digariskan Tuhan sejak awal. Padahal Tuhan tidak pernah mentakdirkan ciptaannya untuk hidup miskin apalagi melarat melainkan Tuhan sudah memberi kita jalan menuju hidup yang bahagia ,damai serta berkecukupan. Seringkali kita mengaitkan kemiskinan dan kekayaan berdasarkan jumlat harta yang dimiliki padahal kita bisa memberantas pola pikir yang demikian dengan mindset.

Saya sangat yakin bahwa mindset memiliki kekuatan besar dalam membentuk realitas hidup kita. Ketika kita mampu melihat dunia sekitar dengan pikiran terbuka dan positif thinking maka kita akan melihat peluang dimana-mana sebaliknya jika kita memandang dunia sekitar dengan pola pikir yang sempit dan negatif thinking maka kita akan jatuh pada keterbatasan dan kesulitan. 

Maka, perlu kita tahu bahwa  kemiskinan bukanlah tentang berapa banyak uang yang ada di dompet kita, berapa penghasilan kita dalam satu bula, tetapi bagaimana cara kita untuk memandang dan merespon hidup yang sedang kita jalani.

Satu pengalaman yang menarik untuk saya akhir-akhir ini, sejak tahun ajaran baru saya kembali membuka les privat untuk anak-anak didik saya. Les privat ini tentu bertujuan untuk membantu anak-anak yang sulit dalam belajar bersama. Namun, pada akhirnya les privat ini bukan lagi hanya diperuntukkan kepada mereka yang masih kurang melainkan untuk semua siswa. Uang les perbulannya beradadibawah standar yakni Rp 80.000 / bulannya dan pertemuannya 3x seminggu. Jadi sebulan sekitar 12 kali pertemuan. Kalau dihitung-hitung pastilah tidak sesuai,Intinya lebih pada  keinginan untuk mencerdaskan anak-anak. 

Dari sekian banyak anak yang les adalah seorang siswa bertanya kepada saya begini nadanya ," Suster bolehkah saya ikut les tapi kata mama dengan harga 30.000 ribu/ bulan ? saya menjawab anak itu dengan lembut, " nak uang jajanmu sehari berapa ? jawabnya 5000 suster. Nah, kalau jajanmu saja 5000 sehari dikali 26 hari dalam sebulan sudah berapa ? seratus ribu lebih sedangkan untuk uang les kamu hanya membayar 30.000/ bulan, coba hitung berapakan kamu bayar sekali pertemuan ? 

Singkat cerita penjelasan saya itu ternyata sampai kepada orangtuanya. Esok harinya orangtuanya datang menghadap saya,sembari tersenyum manis ia pun menyampaikan permohonan maaf atas sikap yang kurang berkenan menurutnya. Sebenarnya untuk saya biasa saja tetapi saya hanya mencoba menjelaskan perbandingan antara uang jajan dan uang les ? mana yang lebih penting..

Dari cerita diatas, siorangtua jelas mengatakan " Kami adalah orang miskin". Tapi jika dilihat dari segi penampilan tidak layak disebut sebagai orang miskin. Lewat pengalaman diatas saya berpendapat demikian, jika kita terus berusaha pastilah Tuhan mencukupkan segala kebutuhan kita. Tidak ada usaha yang sia-sia. Kemiskinan itu bisa dikatakan ulah manusia sendiri,pilihan sendiri yang tanpa sadar kita lakukan. Kecenderungan kita adalah lebih memilih keinginan daripada kebutuhan sehingga kebutuhan utama kita tidak terpenuhi.

Kita memelihara sikap malas dalam belajar dan bekerja akibatnya uang juga malas mendatangi kita. Kita lebih peduli terhadap ego sendiri daripada hubungan antar sesama akibatnya tidak ada orang yang menaruh sikap peduli terhadap kita. Yang paling berbahaya ialah ketika kita berpikir negatif, berprasangka buruk terhadap orang lain akibatnya kita akan menuai nasib yang buruk. Kita persulit orang lain sehingga Tuhan juga mempersulit kita.

Nah, pikiran yang sempit dan hati yang tertutup sering membuat kita tidak mampu melihat dan merasakan rezeki Tuhan seluas samudera. Sesungguhnya dalam kesulitan kita akan melihat kemudahan, dan bersama jalan kemiskinan ada jalan kekayaan. tergantung cara kita meimilih dan pilihan itu tentu akan mempengaruhi nasib kita. Menurut saya selalu ada pola yang mudah untuk hidup,yang membuat sulit adalah pola pikir kita yang sempit.

So, jangan sampai kita dimiskinkan oleh pemikiran sendiri, mari buka pikiran dan hati untuk menyelamatkan diri kita dan orang-orang yang ada disekitar kita dari nasib yang sulit. Hanya dengan pikiran yang jernih, pikiran yang tenang kita akan merasakan kekayaan kasih Tuhan melimpah dalam hidup kita. Mari berantas kebodohan, karena kebodohan adalah akar dari kemiskinan, ketidak adilan dan kemiskinan peradaban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun