Mohon tunggu...
finiez habeahan
finiez habeahan Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah cara sederhana untuk berbagi

Nemo dat Quot Non Habet

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Aku Melihat Tuhan

17 Juli 2024   21:46 Diperbarui: 17 Juli 2024   22:06 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini sedang viral berita duka yang mengharukan. Berita ini dikemas sedemikian mungkin dan disebarkan di aneka jejaring medsos. Sepasang suami istri yang sudah lansia meninggal dalam waktu yang berdekatan tanpa didampingi dan diketahui oleh anak-anaknya, benar tidaknya berita ini saya kurang tahu juga.

Berita duka ini menghantar saya pada sebuah permenungan panjang terkait peran kedua orang tuaku sepanjang usiaku. Saya teringat sejak saya dikandungan, dilahirkan dirawat dan dijaga bahkan distudikan supaya mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari mereka. Untuk saya sendiri orang tuaku adalah Tuhan yang kulihat dan kurasakan dalam setiap detik kehidupanku. Tentulah segala yang kuperoleh, kumiliki dan kesuksesanku tidak lepas dari doa dan dukungan mereka.

Orangtua ibarat cahaya dalam hidup, tidak pernah habis. Walau kadang redup, kadang terang, kadang berkilau. Namun, itu semua adalah cara mereka membentuk saya menjadi pribadi yang lebih baik,lebih dewasa dan mandiri. Ayah adalah sosok pahlawan dalam hidupku yang menjadi garda terdepan ketika saya dilanda kesulitan, dilanda amarah sementara Ibu adalah buku yang tidak pernah habis saya baca. Dari Ibu saya banyak belajar tentang ilmu kehidupan hingga cara menghadapi kerasnya dunia dengan hati yang sabar dan lembut.

Jika demikian adanya, apa salahnya mencintai orang tua ? Masa kecilku sudah dibentuk dengan cinta, saya mengalami limpah kasih sayang dari mereka. Kedua orang tua menghabiskan seluruh energinya untuk mendidik dan menghidupi saya. Saat ini mereka sudah lansia dan aku sudah beranjak dewasa. Giliran kedua orang tuaku sudah selesai sekarang giliranku untuk menjaga dan menaruh cinta kepada mereka.

Saya sadar ketika orangtuaku memasuki usia senja mereka hanyalah membutuhkan perhatianku. Saya yakin bahwa mereka tidak menginginkan banyak hal seperti yang mereka harapkan terhadapku ketika mereka menjaga dan merawat aku. Sekedar menyapa dan senyum saja sudah membuat umur mereka bertambah. 

Saya adalah seorang biarawati yang jauh dari orang tua. Tidak banyak hal yang saya lakukan terhadap mereka. Namun setiap hari saya meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan mereka, sekedar menanyakan kabar, sudah makan atau minum, bahkan bercerita tentang pelayananku dan hasil kebun mereka. 

Komunikasi sederhana ini sungguh menjadi sumber kegembiraan untuk kami. Setiap tahun saya pulang kekampung halaman untuk menjenguk mereka. Melakukan pekerjaan sederhana yang biasa dilakukan Ibu misalnya memasak, membersihkan rumah, merapikan pakaian dan lain sebagainya. Inilah yang bisa saya lakukan untuk menyenangkan hati mereka.

Jadi teman-teman, Orangtua adalah perwujudan Tuhan yang saya lihat di dunia ini. Orangtua menjadi saluran rahmat Tuhan bagi saya. Apapun yang menjadi kesuksesan dan keberhasilanku saat ini tentu semuanya itu berkat doa dan dukungan mereka ditambah usaha saya sendiri. Saya berjanji kepada diri sendiri bahwa sebisa mungkin saya akan membahagiakan kedua orangtuaku selagi mereka masih hidup. Jangan sampai penyesalan datang menghampiri dan kita menjadi anak durhaka.

Mari kita cintai orangtua kita sebagaimana mereka mencintai kita. Kesempatan mencintai tidak akan pernah datang dua kali. sayangi mereka selagi mereka hidup.

semoga bermanfaat...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun