Mohon tunggu...
Fini RosyidatunNisa
Fini RosyidatunNisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Hobby saya adalah membaca, menulis, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bisik-Bisik Lato-Lato

12 Januari 2023   22:57 Diperbarui: 13 Januari 2023   05:43 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tenang-tenang para ibu-ibu. Si pujangga Ine akan menuturkannya. Manusia dalam menjalani hidup mesti mencurahkan apa yang dimiliki dengan berbagai keadaan. Terkadang ada suatu hal yang mengharuskan untuk berjalan lambat, cepat, sedikit berlari, atau bahkan berhenti karena merasa terpuruk. Tapi perihal berlari, orang-orang begitu berambisi untuk meraih mimpi yang mana terkadang jarang ada yang peduli jika bisa saja ada pintu-pintu kegagalan terlebih dahulu yang harus dilewati. Sehingga sekencang apa berlari, kalau waktunya jatuh ya harus diterima dengan lapang dada, tak perlu marah atau bahkan takdir dicela."

Kami dibuat terpukau dengan penjelasan Ine. "Wah wah bisa saja kamu Ine, good good" pujiku untuk nya.

Sehingga pendapat semua teman-temanku, dari benda viral yang bernama lato-lato. Manusia bisa saja berpikir, merenung, menghayati mengambil pelajaran kehidupan dari 2 bola kecil yang jika dibenturkan berbunyi tek-tek.

Sama halnya dari jawaban Ana sampai Ine, kesimpulannya adalah kehidupan adalah harapan yang memberikan kesempatan kepada kita untuk berusaha menaklukan semua kesulitan. Dan semua itu tentu tidak bisa dilupakan begitu saja, pasti setiap perjalanannya akan memberi kenangan dan kesan sebagai bentuk manusia merupakan makhluk yang serba terbatas. Terbukti bahwa sekencang bagaimanapun saat berlari menggapai mimpi, ada masa-masa kegagalan yang harus dihadapi. Justru berawal dari gagal, seharusnya manusia harus lebih power percaya bahwa Allah Ta'ala adalah Rabb Yang Maha Sempurna.  Sehingga manusia menjadi sadar, bahwa setinggi apapun gita cita kehidupan, tetap membutuhkan untuk bersujud ke tanah bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun