Mohon tunggu...
Fingga Martin
Fingga Martin Mohon Tunggu... Penulis - Penyair Jalan

CP: fingga.martin86@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lika-Liku Luka

18 September 2019   22:07 Diperbarui: 18 September 2019   22:11 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang sabdakan luka sedari jahanam malam, hingga menggantungkannya lewat lika-liku menuju bulan resah. Dan bintang-bintang terjajah. Sementara mentari dikebiri hari semakin tua. Dia bukan dewa mabuk. Tapi ocehan simpang tiga kian memberinya permadani merah. Warna permadani yang tak biasa baginya. Sebuah warna yang tercelup dari masbah darah, serupa sayatan di kepala.

Di ujung pintu terbuka, aku menghampirinya membawa keranjang berisi buah, dan kotak 'P tiga K'. Tapi percuma saja, dia menatapku meratap menganggap kehadiranku adalah bagian rintang bercabang ranting. Aku belum menyerah. Biar kesia-siaan bala bantuan itu menjadi benih yang terbuang. Karena aku percaya, suatu ketika ada yang tumbuh dan ada juga yang rentan ditebang. Terlepas dari sesiapa yang memiliki tangan-tangan jahil dan hasrat berkabung pitam.

Di ujung pintu terbuka, kutitipkan bala bantuan itu, yang seketika berubah menjadi kasih sayang, kepada lampu temaram. Atau mungkin sebaiknya kasih sayang itu kubawa pulang saja. Lalu membuatkan satu jus tomat untuk memperbaiki paru-paruku yang berontak, ketika melihat seseorang yang lebih dulu melebarkan bahu untuknya bersandar. Serta menaruh kotak 'P tiga K' di simpang tiga. Supaya aku mendapat giliran di antara barisan lika-liku luka, berjalan di atas permadani merah. Serupa sayatan di kepala. Mungkin juga lebih dari padanya. Menanti rantai kasih sayang selanjutnya.       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun