Mohon tunggu...
findhy trisniaty
findhy trisniaty Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

magister ilmu komunikasi yang memilih jadi ibu rumah tangga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bila Anak Melihat “yang Tidak Kasat Mata”, Apa yang Harus Dilakukan?

3 November 2015   09:36 Diperbarui: 3 November 2015   10:11 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mama, di rumah itu lho ada setannya”.

Kalimat itu tiba-tiba diucapkan anak kedua saya, Gaizan Ahza, ketika melewati sebuah rumah di seberang jalan pada akhir pekan kemarin. Selama ini, bocah berusia 2,5 tahun ini memang pendengar dan pengingat yang hebat. Dia mampu mengingat ucapan saya, dongeng pengantar tidur ayahnya, juga celotehan kakaknya dengan sangat baik untuk kemudian diucapkannya ulang.

Namun, kalimat yang dia ucapkan di atas itu baru pertama kali ia ucapkan. Ya ketika lewat di depan rumah di seberang jalan tersebut. Kejadiannya pun siang hari. Tidak pernah ada yang mengajarinya omongan itu. Dia juga tidak pernah mendengar omongan seperti itu. Tahu-tahu, spontan dia bicara seperti itu. Dan saya menganggap omongan itu memang spontanitasnya, bukan dibuat-buat.

Tidak sekali ini, anak kedua saya itu berucap hal yang membuat saya sempat kaget. Dulu, pernah sekali waktu di depan rumah, dia tiba-tiba bilang “Mama, ada anjing sama pak tua” sambil menujuk arah ke atas pohon. Padahal di atas pohon itu tidak ada apa-apa. Saya menganggap anak kedua saya itu sensitif terhadap lingkungannya.

Nah, apa yang seharusnya kita lakukan bila anak-anak kita mulai memperlihatkan kepekaan dan sensitif nya terhadap keberadaan makhluk astral di sekitarnya (yang memang ada tetapi tak terlihat oleh mata biasa manusia)?

Yang paling penting adalah kita sebagai orang tua harus tetap bersikap tenang dan tidak bereaksi berlebihan. Juga tidak memperlihatkan kekhawatiran di depan mereka. Sebab, ketika kita mampu bersikap tenang, maka anak juga akan merasa nyaman dan tidak merasa ada yang aneh dengan yang ia alami.

Jangan sekali-kali menganggap kepekaan dan sensitifnya anak terhadap makhluk tak kasat mata itu sebagai bahan becandaan dan guyonan, apalagi untuk menakut-nakuti dia agar misalnya segera tidur atau tidak bermain di luar rumah. Sebab, itu justru akan membekas lama dalam ingatannya dan cenderung membuatnya tumbuh menjadi pribadi penakut dan tertutup.

Ketika anak saya bilang dirinya melihat ada seekor anjing bersama pak tua di atas pohon, saya cuma bilang ke dia agar anjing sama pak tuanya itu disuruh pergi karena dia di rumah sudah bersama mama, ayah dan kakak. Saya lalu mengajaknya masuk ke rumah dan berusaha untuk mengajaknya ngobrol hal lain sehingga dia tidak memikirkan atau mengobrol tentang penglihatannya itu terus-menerus. Toh, anak kecil seperti dia akan mudah teralihkan dengan tema obrolan yang baru.

Kita juga bisa memulai untuk memberi tahu si kecil perihal adanya makhluk lain selain manusia yang diciptakan oleh Tuhan di dunia ini, tentunya dengan penjelasan sederhana yang bisa dia pahami. Saya meyakini, anak kecil bisa mudah menerima penjelasan, meski kita harus siap dengan pertanyaan dia yang terkadang tidak kita duga.

Tetapi yang paling penting dilakukan bila si anak peka melihat makhluk halus, jangan menganggap anak kita berbeda, apalagi bila anggapan itu kemudian diwujudkan dalam sikap kita sehingga dia merasa dirinya aneh. Jangan pula sekali-kali membawanya ke dukun atau ‘orang pintar’ dengan dalih mencari solusi mengatasi kemampuannya itu.

Yakinlah, selama orang tua bisa memberikan pendampingan dengan cara benar dan menenangkan, tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan. Dan terpenting dari yang terpenting, ambil peran sebagai orang tua yang terbuka menerima curhatan anak-anak dan meresponnya dengan cara yang menyenangka dan menenangkan. Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun