Pernahkah mendengar sebuah kisah seorang anak masih berusia belia yang hafal Al-Qur’an? Wahh.. ternyata kisah seperti itu sudah sangat banyak kita temui pada zaman ini dan bukan hanya ada di zaman Imam Syafi’i. Dewasa ini, saya juga sering mendapati ribuan bahkan puluhan ribu kaum Muslimin di seantero dunia yang menghafal Al Quran, dan mayoritas dari mereka adalah anak-anak yang belum menginjak usia baligh. Berdasarkan berita-berita yang saya ketahui di Bangladesh telah banyak anak yang telah hafal Al Quran saat ia berusia sembilan tahun. Dan saat dicoba hafalannya, ternyata hafalannya amat bagus. Begitu juga di Mesir anak yang telah hafal Al Quran saat ia berusia tujuh tahun, sering saya saksikan dalam Musabaqah Tahfizh AlQuran.
Sang muallaf akhirnya mulai tahu juga bahwa salah satu standar (bukan satu-satunya) seorang penuntut ilmu adalah dilihat dari seberapa jauh interaksinya dengan Al-Qur’an. Dengan banyaknya para penghafal Al-Qur’an ini juga bisa dijadikan sebagai bukti bahwa lafazh-lafazh Al Quran, redaksi-redaksinya, dan ayat-ayatnya mengandung keindahan, kenikmatan dan kemudahan, sehingga mudah unuk dihafal bagi orang yang ingin menghafalnya, menyimpan dalam hatinya, dan menjadikan hatinya sebagai tempat Al Quran. Subhanallah sekali yaa..
Istimewa sekali bukan? Seseorang ternyata bisa memperoleh kekuatan, kemapanan, dan kemudahan dari Allah Ta’ala dalam hafalan, terutama hafalan Al-Qur’an. Apalagi di usia muda belia.
Etika Penghafal Al-Qur’an
- Selalu bersama Al-qur’an
Penghafal Al Quran harus menjadikan Al Quran sebagai temannya dalam kesendiriannya, serta penghiburnya dalam kegelisahannya, sehingga ia tidak berkurang dari hafalannya. Qasim bin Abdurrahman berkata: Aku bertanya kepada sebagian kaum sufi: tidak ada seorangpun yang menjadi teman kesepianmu di sini? Ia mengulurkan tangannya ke mushaf, dan meletakkannya di atas batu dan berkata: inilah temah kesepianku!
- Berakhlaq dengan akhlaq Al-Qur’an
Penghafal Al-Quran harus menjadi kaca yang padanya orang dapat melihat aqidah Al-Quran, nilai-nilainya, etika-etikanya, dan akhlaknya, dan agar ia membaca Al-Quran dan ayat-ayat itu sesuai dengan perilakunya.
Ibnu Mas`ud r.a. berkata: “Penghafal Al-Quran harus dikenal dengan malamnya saat manusia tidur, dan dengan siangnya saat manusia sedang tertawa, dengan diamnya saat manusia berbicara, dan dengan khusyu`nya saat manusia gelisah. Penghafal Al-Quran harus tenang dan lembut, tidak keras, tidak sombong, tidak bersuara kasar atau berisik dan tidak cepat marah”. Nah, dari apa yang dikatakan Ibnu Mas’ud tersebut, Semoga kita dijadikan sebagai orang yang betul-betul sesuai dengan prediket penghafal Al-Quran.
- Ikhlas dalam mempelajari Al-Qur’an
Para pengkaji dan penghafal Al-Quran harus mengikhlaskan niatnya, dan mencari keridhaan Allah SWT semata, dan semata untuk Allah SWT ia mempelajari dan mengajarkan Al-Quran itu, tidak untuk bersikap riya’ (pamer) di hadapan manusia, juga tidak untuk mencari dunia.
Abu Daud dan Tirmizi meriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya semata untuk Allah, namun ia mencarinya untuk mendapatkan dunia, maka ia tidak dapat mencium bau surga pada hari Kiamat”
Kaidah dan Ketentuan Mengahafal Al-Qur’an
- Menghafal kepada seorang guru atau syekh yang hafidz, fasih dan bisa membenarkan bacaan Al-qur’an amda. Carilah lingkungan yang bagus, yang bisa mendukung anda dalam menghafal Al-Qur’an, semisal hidup di Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an
- Hafalkanlah setiap hari sebanyak 2 halaman, 1 halaman setelah subuh dan 1 halaman setelah ashar atau maghrib, dengan cara ini insya Allah anda akan bisa menghafal al-qur an secara mutqin dalam kurun waktu satu tahun, akan tetapi jika anda memperbanyak kapasitas hafalan setiap harinya maka anda akan sulit untuk menjaga dan memantapkannya, sehingga hafalan anda akan menjadi lemah dan banyak yang dilupakan. Untuk mengantisipasi mudahnya hilangnya hafalan, maka seringlah muroja’ah atau mengulang-ulang hafalan anda setiap waktu sholat dan sebelum tidur.
- Sebaiknya gunakanlah satu mushaf tertentu baik dalam cetakan maupun bentuknya, hal itu agar lebih mudah untuk menguatkan hafalan dan agar lebih mudah mengingat setiap ayatnya serta permulaan dan akhir setiap halamannya.
- Setiap yang menghafalkan al-quran pada 2 tahun pertama biasanya akan mudah hilang apa yang telah ia hafalkan, masa ini disebut masa "tajmi'" (pengumpulan hafalan), maka jangan bersedih karena sulitnya mengulang atau banyak kelirunya dalam hafalan, ini merupakan masa cobaan bagi para penghafal al-qur an, dan ini adalah masa yang rentan dan bisa menjadi pintu syetan untuk menggoda dan berusaha untuk menghentikan dari menghafal, maka jangan pedulikan godaannya dan teruslah menghafal, karena meghafal al-quran merupakan harta yang sangat berharga dan tidak tidak diberikan kecuali kepada oramg yang dikaruniai Allah swt, akhirnya kita memohon kepada-Nya agar termasuk menjadi hamba-hamba-Nya yang diberi taufiq untuk menghafal dan mengamalkan kitabNya dan mengikuti sunnah nabi-Nya dalam kehidupan yang fana ini. Amin yarabal 'alamin.