Mohon tunggu...
Fina Nurjannah Umbola
Fina Nurjannah Umbola Mohon Tunggu... -

embun yang menyejukkan, jingga yang menenangkan, segaris merah di Timur pemberi harapan | penulis dan director Film (mimpi besarku) dan selalu berproses

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ruang “Terkurung dengan ‘Mata’ Sosial”

27 April 2014   07:47 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:09 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat pagi mulai menyapa, adzan subuh yang merdu membangunkan perempuan Ini dari tidurnya, “bangun, sholat subuh,yuk”. Disela-sela merdunya adzan, terselip suara merdu perempuan Ini yang membangunkan perempuan Itu. “apa sih!! Masih gelap”. Balasan perempuan Itu terdengar ketus dan marah. Tanpa berkata lagi, perempuan Ini langsung bergeas dari bangunnya dan langsung menunaikan kewajiban. Sementara perempuan Itu masih nyaman bersembunyi dibalik selimut.

Setelah matahari menampakkan wujudnya, perempuan Ini membuka kain penutup jendela kamar. Perempuan Itu tiba-tiba tersadar dari tidurnya dan berkata. “apa-apaan sih? Masih ngntuk!!”. Nada suara perempuan Itu terdengar lantang dan menentang. Perempuan Itu kembali menutup tirai jendela, dan kembali ke kasur.  perempuan Ini yang  sudah rapih dengan pakaian kerjanya tidak berkata-kata lagi dan duduk dimeja rias sambil bercermin. Perempuan Itu gelisah di atas kasur karena mata engan terpejam lagi. Sesekali dia menutup kepalanya dengan bantal untuk mencoba tidur, akan tetapi semua usahanya sia-sia. Perempuan Ini terlalu mengusik kenyamaan perempuan Itu. Tak lama setelah bermalas-malasan dikasur, perempuan Itu pun bangun dari tidurnya dan memainkan Hp nya. Perempuan Ini masih sibuk dengan berkaca. Tak lama memainkan Hpnya, perempuan Itu pun menyalakan musik di Hpnya dan menyambungkan ke speacker yang berada di meja samping tempat tidur dan menyetel lagu R&B dengan kencang. Sontak perempuan Ini melihat ke arah perempuan Itu dan berkata, “sana mandi, habis itu aku dandanin”. Dengan kesal, perempuan Itu berdiri dari kasur dan berjalan ke arah cermin. Sementara perempuan Ini yang berada di depan cermin, melangkah ke arah jendela untuk membuka kembali tirai penutup jendela dan mematikan lampu tidur.

Perempuan Itu duduk manis didepan cermin dan menyalakan sebatang rokok. Perempuan Ini sibuk membereskan kasur yang berantakan. Tak lama, asap rokok mulai memenuhi ruang kamar, perempuan Ini pun berkata, “cewek enggak baik merokok”. Dengan nada sinis setelah menghisap rokok yang terselip disela jarinya, perempuan Itu pun berkata, “kau tau apa?. Memang cewek berjilbab sudah pasti baik?”. Dengan ekspresi kesal, perempuan Itu menghembuskan asap rokok dari mulutnya. “tapi, tetap aja tidak baik”, perempuan Ini pun kembali berkata. “halah.. banyak kali muncung kau?!! Kau tu apa? Masih pagi sudah dandan!”. Dengan kesal, perempuan Itu berkata. “cewek tiu suka dengan keindahan, ya wajar kalau saya berdandan”. Setelah perkataan perempuan Ini, perempuan Itu tidak lagi menggubris, perempuan Itu tetap asik dengan lintingan tembakau dicampur dengan cengkeh yang mesra terselip di jari-jari panjangnya.

“udah bagus kayak gini?”. Perempuan Ini bertanya kepada perempuan Itu sambil berdiri dibelakang perempuan Itu dan bercermin. “memang kenapa?. Ujar perempuan Itu. “biar enak dipandang orang”. Ujar perempuan Ini. “kenapa memang? Nda akan ada yang perhatiin kau!”. Perempuan Itu masih dengan nada ketusnya. Perempuan Ini tak berkata lagi, perempuan Ini kembali bercermin. Sementara perempuan Itu berdiri dari duduknya dan mematikan rokok kemudian emnghembuskan asap rokok dari mulutnya ke arah perempuan Ini dan berkata. “kau, berisik!!”. Kemudian Perempuan Itu berjalan menuju ke arah kamar mandi. Terlihat perempuan Ini terdiam dengan muka memerah. Saat perempuan Itu akan menutup pintu kamar mandi, dengan sigap, perempuan Ini menahan pintu kamar mandi dengan tanggannya dan lngsung mencekek perempuan Itu. “woy!!gila kau!!”. Perempuan Itu mencoba melawan dengan mendorong keras-keras kedua pundak perempuan ini dengan kedua tangannya. Perempuan Ini pun jatuh tersungkur didepan pintu kamar mandi, perempuan Ini tak hanya diam, dia kembali menendang ke arah kaki perempuan Itu. Perempuan Itu pun terseudut di kamar mandi. Melihat perempuan Itu lenggah, perempuan Ini dengan sigap berdiri dan kembali mencekek leher perempuan Itu. Perempuan Itu tak hanya diam dan pasrah, perempuan Itu langsung menarik penutup kepala perempuan Ini dengan keras sampai perempuan Ini kewalahan. Saat perempuan ini kehilangan fokus, antara mencekek dan kepalanya yang kesakitan, serangan bertubi-tubi datang dari perempuan Itu dengan balik mencekik dan sesekali membekap mulut dan hidung perempuan Ini sampai perempuan Ini kehilangan kekuatannya. Saat perempuan Ini hilang daya, perempuan Itu menarik perempuan Ini ke dalam lemari dan mengkuncinya dari luar. Terdengar perempuan Ini berontak didalam lemari. Akan tetapi, perempuan Itu tak memperdulikannya. “Diam!!”. Kata perempuan Itu dan kemudian dia menelepon seseorang. Setelah telepon ditutup, perempuan Itu menggambil baju kerjanya di kemari dan masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah dari kamar mandi, perempuan itu berdandan di depan cermin, merapikan pakaiannya. Setelah semua terlihat “sempurnya”, perempuan itu menyambar tas yang berada di meja dan berangkat kerja.

-disini hanya berbicara sosok perempuan "Ini" yang selalu di anggap "benar" dan "wajar". sementara "Itu", kebalikkan dari "Ini".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun