Allah menciptakan manusia sebagai khalifah (pemimpin) di bumi, hal ini tidak terlepas dari penciptaan manusia yang selain di beri akal manusia juga memiliki nafsu sehingga segala sesuatu yang ada di bumi dapat dimanfaatkan secara berimbang. Tidak seperti hewan yang hanya memiliki nafsu namun tidak diberi akal.
Nafsu pada manusia itu sendiri terdapat 3 macam tingkatan yang digarisbawahi dalam Al-Qur'an yakni Nafsu Ammarah, Nafsu Lawammah, dan Nafsu Mutmainnah. "Ketiga tingkat tersebut telah diterangkan dalam Qur'an surat Fatir ayat 32 yang didalamnya Allah SWT menyebut tiga kelompok manusia berdasarkan tiga nafsu tersebut" jelas KH Adib Rofiuddin Izza, Ketua Umum Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren.
Disisi lain nafsu juga memiliki konotasi tersendiri di kalangan masyarakat sosial. Nafsu pada umumnya dipahami sebagai hasrat yang buruk yang seringkali merujuk pada tindakan asusila. Sebagaimana yang ramai diperbincangkan di dunia maya akhir-akhir ini, dimana seorang ustadz lecehkan 2 anak didiknya. Bertamengkan kata 'khilaf' ustadz tersebut bahkan enggan mengakui kesalahannya di depan pihak yang berwajib.
Nafsu, yang demikian adalah contoh kegagalan manusia dalam mengendalikan nafsunya, ia menuruti hasratnya meski ia tau bahwa Zina adalah haram hukumnya. Gagal mengendalikan nafsu sama dengan gagal mengendalikan hidupnya. Jangan sampai hidup kita dikendalikan oleh hawa nafsu keburukan yang justru akan menjerumuskan pada kemaksiatan.
Kita senantiasa memiliki wewenang atas akal dan nafsu diri kita sendiri. Tidak ada pembenaran terhadap perbuatan Zina terlebih yang bertamengkan agama.
 Segala sesuatu yang terjadi di bumi memang berdasar takdir Allah, namun kita perlu ingat bahwa kita juga diberi akal oleh Allah yang salah satu fungsinya adalah untuk beribadah kepada Allah dengan menjauhi larangan Allah dan menaati perintah-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H