Mohon tunggu...
fina siti fauziyah
fina siti fauziyah Mohon Tunggu... Freelancer - warisan diri, rekam jejak insan yang pernah singgah di bumi. semoga bermanfaat

kenang aku dalam jiwa, mari berdo'a senandung kebaikan, menjadi insan yang bermanfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Dunia Luar Bukan Dunia Liar

23 Maret 2017   07:26 Diperbarui: 23 Maret 2017   16:00 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Masa kanak-kanak adalah masa keemasan, dimana pada masa ini terjadinya proses pembentukan karakter dan kecerdasan pada diri seseorang. Namun permasalahan yang sering terjadi, orang tua salah mengartikan dunia luar sebagai dunia liar. Akibatnya, orang tua banyak membatasi kegiatan anak dengan dunia luar. Meskipun, pada hakikatnya setiap orang tua berkeinginan memberikan yang terbaik pada anaknya, namun pada kasus ini, tindakan tersebut tidak dibenarkan.
Dunia liar hanya akan terjadi jika orang tua tidak memberikan perhatian, kasih sayang dan pengontrolan pada anak dalam interaksi mereka dengan dunia luar. Dunia luar memberikan banyak pengalaman pada anak, dimana akan membantu proses pengoptimalan pada potensi anak. Hal ini tidak akan terjadi jika orang tua belum paham akan pentingnya dunia luar bagi anak. Dunia luar akan membantu proses pembelajaran anak dalam bersosialisasi pada lingkungan , mengenal alam, eksperimen, dan banyak hal unik lainnya. Namun, semua itu tidak akan terjadi jika orang tua tidak memberi kesempatan pada anak dan memberikan kontol yang baik pada anak.
Seperti dalam contoh kasus berikut, Kesya adalah seorang anak perempuan yang cerdas, kini ia duduk di kelas 8 SMP pada usia 13 tahun. Meskipun usianya paling kecil diantara teman-temannya namun ia selalu menjadi bintang kelas di sekolahnya. Namun permasalahannya, setiap teman yang mendekatinya merasa kesulitan, karena ia sangat pendiam, bahkan keluarganya pun mengakui hal yang sama, mereka merasakan sulit berkomunikasi dengan Kesya, selain ia sangat pendiam, takut mencoba hal yang baru, tidak suka keramaian dan ia juga cepat merasakan bosan ketika melakukan aktifitas. Melihat perilaku Kesya yang seperti itu, wali kelasnya menelusuri faktor penyebabnya. Ternyata, setelah bertemu orang tuanya, wali kelasnya pun memahami kenapa Kesya berprilaku seperti itu. Hal itu disebabkan, karena Kesya sejak kecil ditinggal oleh ayah dan ibunya ke kantor, dan menitipkannyadi rumah tantenya yang berprofesi sebagai pedagang, yang sibuk dengan pembeli-pembelinya. Selain itu, orang tuanya terlalu memberikan pengawasan yang ketat padanya, sehingga setiap pulang sekolah ia jarang bermain bersama teman-temannya, terkecuali teman-temannya yang datang kerumah. Sehingga hal ini memberikan dampak pada sikap yang dimiliki Kesya, yang kurang peka pada lingkungan sekitar.
Dari contoh kasus diatas, sebagai orang tua,baiknya kita memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi di dunia luar, selama kegiatan itu baik. Namun, kita juga tidak boleh lengah dalam memberikan perhatian dan pengontrolan yang baik, agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun