Duhai Sang pemiliak Alam, izinkan Malam ini aku mengadu dan mengukir cerita diatas layar. Mengadu cerita siangmu yang mengundang berjuta tanya..
Ah,rasanya aku sudah semakin buntu, nurani dan logikaku bercampur padu. Bagaimana aku bisa berdiri kokoh dengan pendirianku, manakala, seseorang yang kunanti ada dihadapanku?
Bagaimana kamu bisa memanggil hanya namaku,saat kau baru saja tiba ditempat keramaian? Apakah aku benar-benar berarti?
Terkadang aku ingin menertawai keluguanku,atau ini kebodohanku? Bagaimana bisa aku memutuskan untuk mengambil sepotong kue yang kau sodorkan,padahal masih tersedia kue-kue yang lain? Apakah aku dan kamu masih memiliki asa yang sama? Lantas apa kabar perasaanmu, saat kulihat kamu begitu antusias atas kehadiranku, namun pada akhirnya aku tak bisa membersamaimu? Rawut goresan kecewamu cukup membuat ku merasa bersedih dan bersalah, namun apalah dayaku, bukankah aku harus menuntaskan perjalanan perjuanganku? Agar aku bisa menempuh mimpi mimpi yang lain?
Lagi, aku ingin bertanya, bagaimana kamu bisa percaya diri menyatakan kata Kita, padahal kamu belum pernah meminta izin padaku? Apakah kamu merasa aku adalah bagian dirimu? Atau kamu sedang bercanda?
Setelah perjumpaan tadi, kita akhiri dengan ucapan hati-hati,,aku padamu dan kamu padaku..
Hati-hati aku masih peduli tentangmu..
Salam Pena,2698
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H