Pola asuh bapak part 2
Kala itu aku duduk di bangku kelas XII MAN, masa dimana penentuan melanjutkan ke perguruan tinggi. Aku sendiri masih bimbang memilih universitas mana yang akan aku pilih dan kota mana yang akan menjadi tempat menimba ilmuku selanjutnya. Sebenarnya mimpi tertundaku ingin merantau jauh, kalau bisa keluar negri. Hanya saja kalau langsung meminta izin untuk pergi ke luar negri sepertinya orang tuaku belum memberi izin, hingga akhirnya aku putuskan untuk memilih malang sebagai tempat destinasi belajarku. Awalnya orang tuaku belum mengizinkan hanya saja mereka memberiku opsi, kata bapak "jika aku mau kuliah di Malang, jurusan yang diambil harus berhubungan dengan Pendidikan Anak Usia Dini", berhubung dirumah sudah ada yayasan RA. Awalnya aku sempat kecewa, kenapa aku diberi penekanan seperti ini, padahal kakak-kakak ku sebelumnya, mereka bebas memilih apa yang mereka mau. Kakak ku yang pertama mengambil jurusan bahasa arab dan kakaku yang kedua mengambil jurusan matematika. Sempat aku merasa cemburu akan sikap orang tuaku, karena aku sendiripun berniat untuk masuk jurusan yang berbau bahasa inggris, entah itu pendidikan maupun sastra. Namun, setelah menimbang-nimbang akhirnya aku menyadari bahwa aku adalah satu-satunya harapan bagi mereka untuk regenerasi yang mengelola di bidangnya. Dan akupun sadar siapa lagi yang akan memperjuangkan amal jariyah orang tua jika bukan kita sebagai anaknya.
Oke, dengan segala pertimbangan yang ada aku dan orang tuaku berhasil memutuskan, untuk menguliahkan ku di UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG dengan jurusan PIAUD, berbagai tes telah kujalani hingga akhirnya aku bisa diterima, dan satu hal yang membuatku terharu karena ketika aku dinyatakan lulus di jurusan yang mereka harapkan, mamah langsung menangis bahagia. Padahal di event-event yang telah aku memenangkan beberapa perlombaan sebelumnya  mamah  tidak terlalu menampakkan kebahagiannya dengan tetesan air mata. kuliah di Malang dengan jurusan yang diharapkan orang tuaku, menjadi suatu tantangan perjuangan yang harus benar-benar dibuktikan dengan kesungguhan dan prestasi. Karena aku yakin kesuksesan seorang anak ada dalam ridhanya orang tua. Dan kini aku menyadari betapa nikmatnya berada dijurusan ini, sebagai bekalku untuk anakku dan anak didiku dimasa yang akan datang. Mimpiku masih sama ingin menjadi yang bermanfaat bagi sesama. Oh ya, satu lagi, mengenai bahasa, toh aku masih bisa mengekspresikannya dengan storry telling dan lain sebagainya. Kini aku mulai menikmati semua pilihanku, dan aku akan selalu bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, demi orang tuaku, calon anakku, calon anak didiku. Tentunya itu hanya wasilah saja demi mendapat ridha-Nya. Jika Engkau berkenan izinkan aku untuk pergi menuntut ilmu di jenjang selanjutnya S2 Finlandia,  aku yakin kau akan memberikan yang terbaik.  Semoga mimpi kecilku menjadi motivator anak go international dapat benar-benar terwujud. Aamiin..
Terimakasih bapak, mamah. Aku akan berjuang sebaik mungkin, dengan apa yang aku bisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H