Mohon tunggu...
Fina Rudati
Fina Rudati Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga. Sedang berusaha mendalami jurnalistik. Pecinta drama Korea.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Media Sebagai Ajang Komersialisme

24 Desember 2016   00:32 Diperbarui: 24 Desember 2016   00:32 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sejak media mengalami kemajuan yang sedemikian pesat, saya pribadi sedikit khawatir. Terlebih kini berlaku kebebasan pers, sehingga setiap warga negara bebas dalam menyatakan pendapatnya, selagi hal itu tidak menyinggung SARA. Dengan kebebasan yang sebebas-bebasnya itu, masyarakat yang belum sepenuhnya melek teknologi akan terpengaruh dengan berbagai informasi di media yang saat ini banyak memihak. Berulang kali setiap saya ada kajian mengenai media, pembicara selalu berpesan agar lebih selektif dalam menerima informasi. Saring terlebih dahulu sebelum dicerna.

Setiap media memang memiliki prinsip tersendiri dalam menyampaikan beritanya. Hal ini dibutuhkan agar mereka bisa lebih udah dalam me-manage isu-isu yang sedang bermunculan. Jika media A berfokus kepada informasi politik, tentu reporter tidak akan menayangkan berita kuliner atau pengeboman. Pun juga sebaliknya. Namun jika kita perhatikan, media-media terkini sudah terbagi menjadi berbagai kubu. Seperti yang kita ketahui dalam teori-teori mengenai media, bahwa fungsi utama media adalah sebagai penyampai informasi kepada masyarakat. Hal ini bahkan tercantum dalam kode etik dan nilai berita (news value) jurnalistik, yang seharusnya menjadi pedoman pemilik media dalam mengelola medianya. Namun kenyataannya, banyak sekali media yang justru melanggarnya.

Salah satu contohnya adalah berita yang saya baca via L*ine Today ketika terjadi aksi damai 4/11 lalu.  Di sana jelas sekali terdapat dua kubu yang menceritakan tentang aksi terbesar sepanjang sejarah itu. Satu sisi menayangkan tentang betapa tertibnya peserta, mereka tetap menjaga kebersihan lokasi dan bersikap tertib tanpa rusuh. Namun di sisi lain menceritakan sebaliknya. Saat itu, baru membaca judulnya saja saya sudah menebak bahwa tulisan-tulisan ini diprovokasi oleh anti-fans, mereka-mereka yang ingin meraup keuntungan dan menimbulkan kebencian dari aksi tersebut.

Entah sadar atau tidak, orientasi media kini lebih pada komersialisme. Fokus mereka bukanlagi bagaimana membuat hiburan atau menyampaikan informasi yang bermanfaat kepada masyarakat,namun bagaimana membuat tayangan yang dapat meraup untung tinggi. Sehingga  mereka menampilkan tayangan-tayangan atau tulisan yang kurang bermanfaat atau menguntungkan salah satu pihak agar mendapat rating dan popularitas tinggi dan dapat meraup banyak untung dari penjualan iklan. Karena semakin tinggiatau populer suatu berita atau tayangan, semakin mahal biaya iklannya. Akibatnya, tayangan-tayangan yang kurang bermanfaat atau berita yang berkonotasi negatif itu merubah tatanan moral yang ada dalam masyarakat. Hal ini bisa kita lihat pada tingkat kejahatan dan kasus kerusakan moral yang meningkat tajam belakangan ini. Hal ini sedikit banyak merupakan pengaruh (dampak) dari media. Karena jika saya perhatikan, tayangan-tayangan sekarang hanya menampilkan sinetron yang beralur rumit, berita yang penuh dengan informasi bersifat negatif, dan acara-acara hiburan yang kurang bermanfaat. Jika hal ini terus terjadi, bagaimana nasib moral bangsa ini? Akankah kita disuguhi berita-berita yang memihak seperti ini setiap hari?

Oleh karena itu, mari kita menjadi penonton dan pengguna media yang cerdas. Pilah kembali informasi yang sudah didapat. Saring dulu sebelum mencerna berita yang ada. Tulisan ini juga tidak selalu benar. Jangan percaya seutuhnya, karena tuisan ini tidak lebih dari opini pribadi saya yang galau melihat penyalahgunaan media saat ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun