Mohon tunggu...
Fina Linda Yanti
Fina Linda Yanti Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar menulis

Tulisan fiksi dan nonfiksi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Aplikasi Quipper terhadap Minat Belajar

9 April 2021   07:40 Diperbarui: 9 April 2021   07:43 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Fina Linda Yanti


Kegiatan belajar mengajar dengan sistem daring (dalam jaringan) atau online sudah berlangsung sejak Senin, 16 Maret 2020. Menurut data Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sekolah daring diatur melalui Surat Edaran Kemdikbud Nomor 4 Tahun 2020 mengenai Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19).
Membahas mengenai sekolah daring akan melibatkan media massa dan juga komunikasi massa dalam proses pelaksanaannya. Terdapat tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu : kognitif, afektif, dan konaktif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek efektif meliputi emosi, perasaan, dan sikap. Sedangkan konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu. (Amri, 1988).
Pada pembelajaran daring, kita mengenal ada istilah pembelajaran sinkron dan pembelajaran asinkron. Menurut Chaeruman (2017), dalam pembelajaran sinkron, siswa dan guru berada di tempat yang sama pada waktu yang sama. Sedangkan pembelajaran asinkron adalah pendekatan belajar mandiri dengan interaksi asinkron untuk mendorong pembelajaran. Penerapan pembelajaran menggunakan aplikasi quipper adalah bentuk dari pembelajaran asinkron dan menjadi pembahasan dalam tulisan ini mengenai pengaruhnya terhadap minat belajar. Masalah ini menarik karena jarang sekolah yang menggunakan aplikasi quipper untuk kegiatan pembelajarannya. Quipper merupakan salah satu produk dari perusahaan EdTech yaitu sebuah platform Learning Management System (LMS) untuk memberikan tugas secara online dan mengakses materi dilengkapi soal-soal yang sesuai dengan Kurikulum 2013 secara gratis. (Hubulo, 2014).
Jika dikaitkan dengan teori komunikasi, teori yang cocok untuk kondisi ini yaitu uses and gratification theory. Teori ini dikenaIkan pertama kaIi oIeh Herbert BIumer dan EIihu Katz. Teori Uses and Gratification ini dikenaIkan pada tahun 1974 daIam bukunya The Uses of Mass Communications: Current Perspectives on Gratification Research. Teori miIik ini menekankan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memiIih dan menggunakan media tersebut. Pengguna media adaIah pihak yang aktif daIam proses komunikasi, pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paIing baik di daIam usaha memenuhi kebutuhannya. (Nurudin, 2007:181).
Uses and gratifikation theory merupakan bagian dari teori komunikasi massa. Menurut Wiryanto (2000: 23), komunikasi massa merupakan tipe komunikasi manusia (human communication) yang Iahir bersamaan dengan digunakannya aIat-aIat mekanik, yang mampu meIipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Dengan demikian, komunikasi massa adaIah bentuk komunikasi yang memanfaatkan media massa untuk menyebarkan pesan kepada khaIayak Iuas pada saat yang bersamaan. komunikasi massa yang dirumuskan Bittner (1980: 10), yaitu "Mass communication is messages communicated through a mass medium to a Iarge number of peopIe" (komunikasi massa adaIah pesan yang dikomunikasikan meIaIui media massa pada sejumIah besar orang).
Asumsi dasar dari teori Uses and Gratification menurut Katz, BIumer & Gurevitch, yaitu : 1) KhaIayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan. 2) Inisiatif daIam menghubungkan pemuasan kebutuhan pada piIihan media tertentu terdapat pada anggota khaIyak. 3) Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber Iain untuk memuaskan kebutuhannya. 4) Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka, minat dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai kegunaan tersebut kepada para peneIiti. 5) PeniIaian tentang niIai isi media hanya dapat diniIai oIeh khaIayak.
Menurut McQuaiI (1992: 33), proses komunikasi massa terIihat ber proses daIam bentuk: 1) MeIakukan distribusi dan penerimaan informasi daIam skaIa besar. 2) Proses komunikasi massa juga diIakukan meIaIui satu arah, yaitu dari komunikator ke komunikan. 3) Proses komunikasi massa berIangsung secara asimetris di antara komunikator dan komunikan, menyebabkan komunikasi di antara mereka berIangsung datar dan bersifat sementara. 4) Proses komunikasi massa juga berIangsung impersonaI (nonpribadi) dan tanpa nama. 5) Proses komunikasi massa juga berIangsung berdasarkan pada hubunganhubungan kebutuhan (market) di masyarakat.
Dengan adanya sekola daring, siswa menjadi bagian dari digital society atau masyarakat digital, dimana mereka bersekolah dan berinteraksi dengan teman-temannya secara digital. Jika dikaitkan antara siswa dengan pembelajaran melalui aplikasi quipper dan uses and gratifikation theory, siswa merupakan khalayak aktif dan quipper adalah medianya. Siswa dapat dengan bebas mengakses materi pembelajaran maupun soal-soal untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya. Selain itu, siswa juga dapat mengakses video atau link yang diupload atau diunggah guru mereka di quipper tersebut. Soal-soal di quipper juga dapat dikerjakan berulang kali jika hasil yang didapatkan siswa tersebut belum maksimal, jadi siswa bisa memperbaiki kesalahan mereka untuk nilai yang maksimal. Pengaruh terhadap minat belajar pun pastinya ada. Dengan memperoleh kemudahan akses dan nilai yang dapat berubah jika dikerjakan ulang dengan benar, membuat siswa menjadi lebih minat belajar dalam sekolah daring ini. Dengan menggunakan aplikasi quipper juga, siswa bisa memiliki waktu yang lebih singkat dalam kegiatan belajar mengajar, tidak seperti saat sekolah offline yang tidak memperbolehkan siswanya keluar kelas saat masih dalam jadwal kegiatan belajar mengajar, walaupun siswa tersebut sudah selesai mengerjakan tugas atau soal. Hal ini menjadikan siswa lebih nyaman dalam belajar. Pendapat ini diambil dari kuisioner yang telah dibuat sebelumnya dan disebar pada beberapa siswa smp di lingkungan tempat tinggal penulis. Namun terdapat efek jenuh pada sekolah daring dimana siswa merasa rindu untuk bersosialisasi secara langsung bersama teman-temannya. Bersosialisasi di sosial media memang dapat dilakukan, dengan sosial media juga mereka dapat berbincang, berbagi cerita, ataupun mengunggah foto dan video. Mereka bebas memilih aplikasi atau platform apa yang dapat mereka gunakan karena mereka adalah khalayak aktif seperti yang pada teori uses and gratifikation. Namun bersosialisasi secara langsung atau tatap muka tidak dapat tergantikan oleh media apapun, media hanya sebagai kemudahan dalam bersosialisasi, tidak bisa dijadikan tempat pengganti bersosialisasi secara langsung.

DAFTAR PUSTAKA
Amri Jahi. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia
Bittner. 1980. John R.Mass communication, an Introduction. Prentice-Hall
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Gafindo Persada
McQuail. 1992. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar edisi ke-2. Jakarta: Erlangga
Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Hubulo, Zakir. 2014. MA Yaspib Bitung Berlakukan E-Learning Quipper School Indonesia. Situs: http://siswakucerdas.blogspot.co.id/2014/11/ma-yaspib-bitung-berlakukan-e-learning.html Diakses pada 28 Maret 2021 pukul 09.54

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun