Menuangkan perasaan lewat tulisan banyak dilakukan untuk mendapatkan ketenangan walaupun nantinya sambil nangis atau tertawa sendiri, its ok. Kegiatan menulis sebagai kebiasaan agar kita bisa melepaskan segala beban yang kita rasakan dan merasa lega, kita bisa bebas menceritakan sesuatu, bebas berekspresi dengan kata-kata sendiri. Dengan menulis kita bisa menjadi seseorang yang selalu jujur kepada diri sendiri tentang perasaan yang sedang dialami. Terkadang jikalau kita bercerita langsung kepada seseorang, pasti ada saja hal-hal yang masih terasa sulit untuk jujur diungkapkan karena berbagai alasan, entah itu malu atau takut tidak terjaga kerahasiaannya. Menulis juga akan membuat kita lebih kreatif dan bisa memahami permasalahan yang dihadapi, sehingga bisa segera menyelesaikannnya. Ketika kita menulis apa yang kita rasakan, kita jadi bisa lebih mengenal diri kita sendiri. Apa yang membuat kita sedih, senang, kecewa, marah, dan sebagainya.
Dari penelitian salah seorang Psikolog di New South Wales University menyebutkan bahwa saat kita menulis peristiwa yang penuh emosi, tekanan, dan hal traumatis, maka kita dapat merasa lebih baik dibandingkan kita menulis topik netral yang tidak melibatkan sisi emosional.
James W. Pennebaker, seorang psikolog yang mempelajari masalah remaja, mengatakan sebaiknya kita perlu menulis selama 15 sampai 20 menit per sesi. Lebih baik lagi jika memiliki 5 sesi menulis dalam sehari. Sehingga, perasaan kita selama sehari ini bisa dituangkan ke dalam tulisan.
Severine Balon dan Bernard Rime (2015) melakukan penelitian untuk menemukan perbedaan substantif antara berbagi emosi secara sosial (melalui bahasa) dan tulisan ekspresif.
Dalam studi pertama, 92 peserta berbicara dengan peneliti dan menulis tentang pengalaman emosional mereka sendiri. Dalam studi kedua, setelah menonton film yang menyebabkan emosi, 112 peserta diminta untuk menuliskan perasaan mereka atau mengungkapkan perasaan mereka dengan berbicara sendiri dengan perekam suara, orang tidak dikenal, atau orang yang akrab.
Secara konsisten, hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa tulis memiliki proporsi kata-kata emosional yang lebih tinggi daripada bahasa lisan. Penggunaan kata ganti orang, nada emosional, dan proporsi kata kognitif juga tampaknya bervariasi sesuai dengan mode ekspresi dan sifat tujuan naratif.
Lewat menulis, memungkinkan orang untuk mengekspresikan perasaan mereka lebih bebas daripada berbicara. Menulis dapat menghilangkan rasa takut dan khawatir bahwa orang lain akan mengetahui hal-hal buruk yang kita coba sembunyikan. Oleh karena itu, seseorang lebih ekspresif dan dapat dengan bebas mengekspresikan keadaan emosinya melalui tulisan.
Kita bisa membaca ulang tulisan kita dan mencari cara penyelesaiannya. Suatu saat nanti, tulisan itu bisa jadi kenangan jika kita menyimpannya bahwa kita pernah merasakan hal-hal yang mengganggu pikiran kita dan bisa menyelesaikannya.
Ayo coba tuangkan perasaanmu dan mulai menulis!
Luapkan emosi dengan cara tepat, mental jadi sehat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H