Mohon tunggu...
Fina Amalia
Fina Amalia Mohon Tunggu... -

I just try my best to share my stories

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Nulis Status di Socmed Bisa Jadi Berita - 2

5 April 2014   05:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:03 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

lanjutan dari tulisan sebelumnya..

Kaitan Antara Social Media sebagai Sumber Berita dengan Jurnalisme Online

Melihat fenomena penggunaan social media sebagai sumber berita, jurnalisme online juga turut memanfaatkannya. Social media dan jurnalisme online pada dasarnya memiliki persamaan-persamaan karakteristik. Social media seperti Twitter, Facebook, LinkedIn, atau FriendFeed tergolong dalammicroblogging service yang memungkinkan penggunanya menyebarkan informasi dalam batas karakter tertentu. Keuntungan dari social media adalah kemudahan dalam hal penggunaan dan penyebaran informasi. Informasi yang ditulis lalu disebarkan via social media dapat diakses oleh semua orang tanpa batas. Informasi-informasi tersebut juga akan tersimpan dalam akun social media masing-masing orang dan bisa diakses oleh siapa saja dan kapan saja. Namun saat ini, berbagai social media mulai menerapkan fitur yang bisa menjaga kerahasiaan informasi para penggunanya (Briggs, 2010). Jurnalisme online pun demikian. Berita-berita yang ditulis oleh jurnalis dapat langsung dipublikasikan dengan mudah dan cepat. Kekuatan utama dari jurnalisme online adalah kecepatan dalam menyampaikan berita. Keuntungan lainnya, berita-berita yang pernah dipublikasikan akan terarsip di masing-masing portal berita online.

Berbasis kecepatan membuat para jurnalis dalam jurnalisme online ‘dipaksa’ memproduksi berita secepat-cepatnya dan sebanyak-banyaknya. Pencarian ide dan sumber berita pun bisa beraneka ragam, termasuk menggunakan social media. jurnalis tak perlu repot-repot pergi ke lapangan mencari berita. Cukup akses ke akun social media, lalu mencari topik yang sedang hangat dibicarakan di sana (trending topic dalam Twitter), dan menyusun berita yang kemudian dipublikasikan melalui portal berita online. Aktivitas ini dinilai lebih efektif dan efisien dalam produksi berita (Som, 2012). Masih menurut Ratana Som, penggunaansocial media sebagai sumber berita juga memungkinkan jurnalis dalam mengembangkan berita-berita yang ditulisnya dengan mencari informasi-informasi tambahan melalui interaksi dengan para pengguna social media. Apabila seorang jurnalis menggunakan social media sebagai sumber berita, maka format follow up news bisa mendukung dalam menceritakan kronologi suatu peristiwa. Untuk peristiwa semacam bencana alam atau kecelakaan misalnya, informasi tentang peristiwa terkadang lebih dulu tersebar di social media. Jurnalis bisa memanfaatkan update terkini dalam social media dari peristiwa yang terjadi sebagai breaking news. Namun jurnalis online tetap harus mengutamakan disiplin verifikasi dalam beritanya. Hasil dari pengecekan fakta dan pengembangan berita atas peristiwa yang terjadi kemudian dipublikasikan dalam berita lanjutan (Briggs, 2010).

Namun kemudahan dan kecepatan akses dalam mendukung produksi berita yang ditawarkan social mediamembuat jurnalis online benar-benar harus berhati-hati saat mengambil pernyataan atau informasi dari sebuah akun. Ismujiarso dalam artikelnya menyebutkan bahwa salah satu unsur penting yang perlu diterapkan dalam menggunakan social media sebagai sumber berita adalah unsur relevansi. Jurnalis sebaiknya tidak mentah-mentah mengangkat peristiwa yang terjadi di social media sebagai sumber/bahan berita. Mengapa publik perlu mengetahui adanya suatu peristiwa tersebut? Apa kepentingannya bagi publik? Apabila suatu peristiwa yang ramai dibicarakan dalam social media masih simpang siur, maka jurnalis harus melakukan interpretasi dan analisis pada beritanya yang tentu bisa diperoleh lewat verifikasi kepada pihak-pihak terkait (Ismujiarso, 2010). Verifikasi dalam memproduksi berita menjadi sangat penting, termasuk dalam jurnalisme online. Walaupun sumber berita berasal dari pernyataan tokoh terkenal via akun social media, jurnalis tetap harus melakukan pengecekan fakta ke pihak-pihak lain yang terkait. Hal ini penting untuk menjaga agar berita yang dipublikasikan tetap cover both sides, tidak hanya dari satu sudut pandang/sumber berita saja. Selain itu, publik yang mengakses dan membaca berita tersebut juga bisa tetap bersikap netral (Widodo, 2010).

Permasalahan tentang disiplin verifikasi dalam menggunakan social media sebagai sumber berita turut ditegaskan oleh Uni Lubis, anggota Dewan Pers dan Arswendo Atmowiloto dalam wawancara dengan Antara. Apabila mengambil pernyataan dari sebuah akun social media, maka jurnalis harus tahu siapa pemilik akun tersebut. Tidak semua pernyataan dalam akun social media bisa dipakai sebagai sumber berita, terlebih bila pemilik akun tersebut identitasnya tidak jelas atau menggunakan akun palsu (Bambang, 2011). Di sini jurnalis online tetap dituntut untuk berhati-hati dalam mengutip pernyataan via social media, jangan karena mengejar kecepatan semata lalu jurnalis jadi ‘malas’ untuk melakukan verifikasi dan jurnalis tidak peduli akan kebenaran informasi yang diperoleh Apabila hal ini terjadi, maka karya dari jurnalis tadi menjadi tidak berbobot dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun