Sudah kurang lebih 1,5 tahun Gibran memimpin Kota Solo. Tentunya banyak perubahan-perubahan dan dobrakan yang ingin dilakukan Gibran sebagai seorang wali kota. Ketika menjalankan suatu program kerja , kepemimpinan Gibran perlu dievaluasi.Â
Pada masa kepemimpinannya, Gibran mempunyai 10 program kerja yang akan direalisasikan, seperti Kebun Binatang Jurug, Masjid baru, Persimpangan Joglo, Stadion Manahan, Taman Balekambang, Islamic Center, Solo Technopark, Ngarsopuro, Lokananta, dan Sentra IKM. Inilah yang menjadi produk Solo, dengan begitu pendapatan asli daerah Solo akan meningkat. Program-program ini bagus karena tidak bersumber pada APBD Solo, kalaupun ada anggaran dari APBD Solo itu angkanya kecil. Akumulasi uang yang akan digunakan untuk 10 proker itu sangat besar, tidak hanya ratusan miliar, tetapi mencapai triliun. Dari sisi tersebut, bisa diapresiasi karena tidak banyak wali kota yang bisa melakukan gebrakan sebesar ini. Nilai pembangunannya besar, tetapi tidak membebani APBD. Hal ini tentu berkaitan dengan privilege Gibran sebagai anak seorang Presiden, tidak bisa ditiru oleh kepala daerah yang lain.Â
  Dalam mengukur kinerja walikota, DPRD menilai dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD). RPJMD ini merupakan cikal bakal dari sebuah peraturan daerah. Pasca dilantik, seorang kepala daerah harus punya RPJMD semaksimal-maksimalnya enam bulan setelah dilantik. RPJMD itu semacam penjabaran dari kisi-kisi walikota saat kampanye, lalu di-breakdown dalam program strategis tahunan. Gibran dilantik tahun 2021, maka ia harus menyusun RPJMD untuk 2022 sampai 2026. APBD 2022 menjadi APBD tahun pertama genuine yang dikelola Gibran karena pada tahun 2021 yang menyusun masih walikota sebelumnya. Pada tahun 2022 ini, kalau pembangunan fisik rata-rata sifatnya melanjutkan apa yang dirintis walikota sebelumnya seperti pembangunan rel, revitalisasi Pasar Legi, dan Manahan. Kalau Gibran, gebrakannya dari sisi APBD belum terlalu terlihat. Gibran banyak terfokus pada penanggulangan Covid-19, jadi memaksimalkan vaksinasi. Lalu, setelah penanganan Covid-19 ini selesai, supporting kepada UMKM dan bagaimana agenda-agenda kota baru bisa berjalan lagi. Pada tahun 2022 ini, banyak event-event besar diadakan di Solo, seperti ASEAN Para Games dimana Solo menjadi tuan rumah. Hal ini lumayan menggeliatkan perekonomian. Secara APBD, banyak program-program yang sifatnya melanjutkan dari 2021. Fokus Gibran sudah terealisasikan lebih kepada menggeliatkan perekonomian.
  Vaksinasi Covid-19 saat kepemimpinan Gibran menjadi program yang berdampak bagi masyarakat Solo. Hal itu karena Solo mampu mendapatkan jatah vaksin di awal. Capaian vaksinasi di Solo termasuk tinggi dan cepat dibandingkan dengan daerah lain. Dari sisi itu, Solo sangat luar biasa dalam memastikan masyarakat mendapatkan supply untuk bisa vaksin. Vaksinasi dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Upaya tersebut patut diapresiasi dalam penanganan Covid-19. Lalu, jika dilihat dari aspek masifnya, pembangunan-pembangunan fisik di Kota Solo pada tahun 2022 ini seperti Jembatan Jurug, Kebun Binatang Jurug, Jembatan Mojo, dan Simpang tujuh Joglo juga patut diapresiasi. Pembangunan-pembangunan yang akan direalisasikan itu menggunakan APBD dengan jumlah yang sedikit, artinya APBD bisa dimaksimalkan untuk membuat program-program yang bersinggungan langsung dengan masyarakat. Kalau APBD digunakan untuk bangun jembatan, masjid, dan pembangunan lainnya, kesejahteraan rakyat akan menjadi berkurang karena dialokasikan untuk infrastruktur. Akan tetapi, ketika kepemimpinan Gibran ini berjalan, pembangunan infrastruktur di Solo sekitar 2,4 triliun bisa dioptimalkan untuk program kesejahteraan masyarakat, seperti vaksinasi, bantuan sosial sembako, serta kebijakan-kebijakan event yang menstimulasi perekonomian.
  Kalau dilihat dari apa yang disampaikan Gibran saat kampanye, ia ingin membawa Solo untuk dapat melompat lebih jauh kepada pembangunan fisik. Solo tidak punya sumber daya alam mineral yang bisa menjadi andalan pendapatan kota. Oleh karena itu, Solo mengandalkan sektor perdagangan, jasa, dan pariwisata. Secara umum, lompatan-lompatan yang dikampanyekan Gibran sedang berjalan, terutama dalam pembangunan fisik. Akan tetapi, pembangunan fisik tanpa diimbangi dengan pembangunan mental, spiritualnya akan bermasalah. Semua fasilitas fisik terpenuhi, tetapi spiritual mentalnya tidak diisi. Jadi, walikota perlu didorong untuk lebih peduli dan memperhatikan aspek-aspek spiritualitas. Pembangunan fisik memang penting, tetapi juga harus diimbangi dengan pembangunan manusianya. Misal, dalam bidang pendidikan. Bangunan SD dan SMP di Solo itu bagus-bagus, tetapi di Solo masih terjadi penerimaan siswa baru yang pendaftarnya hanya satu orang. Banyak SD di Solo yang regrouping, karena muridnya tidak ada. Masyarakat sekarang lebih percaya ke sekolah swasta karena sekolah negeri dinilai kurang kualitasnya, karena tidak dibangun SDM-nya. Kualitas pendidikan akan berbeda kalau yang mengajar anak SD di Solo itu tamatan S2, akan lebih berkualitas. Menyekolahkan guru dan menjadikan anak SD itu pintar-pintar bisa jadi alternatif untuk pembangunan SDM yang mumpuni. Mewariskan bangunan itu bagus, tetapi mewariskan masyarakat yang terdidik itu jauh lebih bagus. Pembangunan fisik saja tidak cukup, harus dibangun SDM-nya, aspek mental spiritual, dan pendidikan. Hal tersebut yang belum tersentuh oleh Gibran
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H