Mohon tunggu...
Fina Rohmatika
Fina Rohmatika Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Potret Moralitas Bangsa

4 Oktober 2018   07:44 Diperbarui: 4 Oktober 2018   08:12 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Potret Moralitas Bangsa

Hukum tidak dapat dipisahkan dengan aspek moral, apalagi di Negara kita. INDONESIA. Bila hukum tidak ada secara konkrit yang mengatur, maka moralitas sangat diutamakan. Kebebasan berekspresi melalui berbagai macam kegiatan tidak boleh bertentangan dengan moralitas. Karena Negara kita juga berfalsafah Pancasila yang mengandung nilai keagamaan, persatuan yakni bermoralitas.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Negara kita adalah negara hukum. Artinya, segalanya harus tunduk pada aturan hukum tanpa ada pengecualian (rule of law). Akan tetapi hukum bukanlah esensi dari segala- galanya. Hukum bukanlah suatu esensi yang merupakan suatu tujuan, melainkan hukum diciptakan untuk mencapai sebuah cita-cita luhur, yakni keadilan, kebahagiaan dan kemakmuran rakyatnya. Jadi hukum bukan semata-mata diciptakan untuk mengatur. Hukum tidak dapat dipisahkan dari dimensi moral. Dikarenakan juga bangsa kita adalah bangsa yang berbudaya ketimuran yang sngat berbeda dengan bangsa barat. Bangsa Indonesia ini sangat menjunjung tinggi moralitas bangsa.

Tetapi belakangan ini, tanpa kita sadari ataupun kita sadari, telah terjadi pemrosotan moral dinegara ini. Mengapa tidak! Sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai agama sudah diabaikan atau bahkan dianggap suatu kemajuan. Tanpa dianalisis terlebih dahulu bagaimana dampak negatif yang akan terjadi nantinya. Seperti goyang dua jari dan tik tok yang sedang viral akhir-akhir, dimana mayoritas dari masyarakat pernah mengaktualisasikan dua hal tersebut. Tidakkah ini berarti melegalkan goyang dua jari dan tik tok tersebut?

Mengapa tidak seorang ulama' seperti Aa' Gym yang berperan sangat besar dalam membangun serta meningkatkan moralitas bangsa? Mengapa pula bukan Megawati Sukarno Putri sebagai satu-satunya presiden perempuan di Negara Indonesia? Dimana gender seorang wanita terangkat. Nah, jika kita cermati bersama, maka tampak jelas bahwa seakan-akan goyang dua jari dan tik tok itu sendiri dijadikan objek yang diekspos dengan kemasan yang sangat  menarik di TV atau gadget yang sekarang kita pakai. Tanpa kita sadari juga banyak dari umat muslim dihancurkan dengan cara yang halus melalui perantaan penghancuran moralitas. Padahal akhlak adalah sesuatu yang utama. Sebagaimana yang Rosulullah SAW sabdakan, "Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak (moralitas)."

Disamping itu, bagi wanita yang berpikiran kritis (jeli akan sesuatu) akan merasakan hal ini, bahkan dua hal ini dapat dianggap sebagai pelecehan bagi wanita, bukan malah mengangkat derajat wanita seperti yang diperjuangkan oleh R.A Kartini tetapi malah menjerumuskan pada sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Problem ini menimbulkan kontraversi antara hukum dan moral. Dua hal ini memang menjadi pembahasan yang menarik perhatian. Di satu sisi bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdaulatan pada hukum, dan di sisi lain, bangsa sangat menjunjung tinggi moralitas bangsa.

Dalam menyoroti problem tersebut, hendaknya dicarikan solusi yang tepat karena sejatinya dalam semua permasalahan pasti ada pihak pro dan pihak kontra. Jadi kita harus memperhatikan keadilan HAM bagi seluruh masyarakat tanpa harus mementingkan sebelah pihak. Karena seyogyanya moralitas harus menjadi perhatian yang diutamakan. Kita memang tidak bisa lepas dari era globalisasi dan modernisasi. Dimana ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi media elektronik yang menempati peranan dan posisi sangat penting, tetapi disisi lain juga membawa dampak negatif yang harus dihindarkan. Dengan berupaya untuk menyeleksi berbagai acara atau tayangan-tayangan yang menimbulkan pemikiran negatif bagi yang menontonnya. Betapa tidak!, televisi dan gadget misalnya, dapat diakses oleh semua kalangan. Baik anak-anak, remaja bahkan orang tua yang sudah lanjut usia. Tidak ada batasan terhadap segala tayangan yang ada di televisi maupun di gadget. Semakin canggih teknologi yang ada maka semakin mudah pula kita mengakses segala hal yang kita inginkan. Dimanapun dan kapanpun. Seperti yang kita tahu terkadang ada tayangan-tayangan yang tidak sesuai dengan falsafah Negara kita, yakni Pancansila. Masih banyak yang bertentangan dengan falsafah tersebut. Padahal dalam Islam sendiri sudah menjadi misi Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan moralitas (akhlak) ummatnya.

Yang dibutuhkan sekarang adalah profesionalitas, totalitas dan kesadaran diri dari masing-masing oknum dalam rangka mengangkat bangsa dari keterpurukan, baik keterpurukan dalam hal ekonomi, hukum, terutama keterpurukan moralitas. Hanya kita yang dapat merubah dan meningkatkan moralitas kita. Kalau bukan sekarang kapan lagi? dan Kalau bukan kita, siapa lagi?....

Berusahalah karena "KEBAIKAN YANG DIUPAYAKAN SEADANYA AKAN DIKALAHKAN OLEH KEBURUKAN YANG TERSUSUN".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun